#4

134 92 88
                                    

Selamat membaca^^

.
.
Cerita Syakila
.
.

16.36

Untuk pertama kalinya, Syakila sangat menikmati suasana jalanan. Entah sejak kapan kepalanya sudah di punggung lebar laki-laki itu, begitupun tangan kanannya tau-tau sudah melingkar setengah dari perut Nathan. Tapi Syakila menyadari apa yang ia lakukan, Nathan juga tidak merasa keberatan selagi itu membuat Syakila merasa aman dan nyaman. Walau jantungnya yang gak aman--berdegup sangat kencang. Ia hanya berharap Syakila tidak mendengar detak jantungnya.
.
.
Sampai lah mereka di taman. Begitu Nathan memberhetikan motornya di parkiran, tanpa aba-aba Syakila langsung melompat turun meninggalkan Nathan yang cengo dengan tingkah gadis itu.

'Barusan yang lompat tadi Syakila 'kan? Bukan balita 'kan?'

"Nathan!! Ayok sini!!" Teriakan itu membuatnya tersadar dari lamunannya. Sekarang ia jadi heran sendiri, entah apa yang membuatnya menjadi terheran-heran sekarang. Ternyata Syakila itu cukup berbahaya, bagi jantung dan juga pikiran, Nathan bisa gila karena itu.

Syakila duduk di kursi sambil memejamkan kedua matanya, merasakan angin sore yang menyapu lembut wajahnya. Terasa hangat dan damai.

Nathan yang baru sampai, duduk perlahan di samping Syakila, membiarkan gadis itu merasakan ketenangan. Ia yakin, ada sesuatu yang terjadi padanya. "Sya, tas sama tote bag lo taruh dulu di bawah, biar gak terlalu penuh di lo."

Tak langsung dijawab, Syakila menurut, menaruh barang-barangnya di bawah. Ia sekilas menatap Nathan yang juga menatapnya, bertanya sesuatu, "Lo bolos atau apa? Kok gue dari tadi gak liat tas lo."

Nathan menyandar santai ke sandaran kursi--merentangkang tangannya, lalu memejamkan sejenak matanya dengan nyaman. "Gue sekolah cuma bawa ponsel sama duit doang. Semua perlatan tulis sama buku-buku gue taruh di loker."

"Loh, kalo ada pr gimana?"

"Sekolah gue sistem pr tetap dikerjakan di sekolah, 'kan rumah itu tempat istirahat, kalo belajar ya di sekolah lah." Dengan sombongnya ia berkata.

Syakila mencebik iri, mengapa sekolahnya tidak seperti sekolah Nathan saja?

Nathan terkekeh melihat Syakila yang berkomat kamit seperti dukun. Kekehannya terhenti, teringat sesuatu yang mengganggu pikirannya. "Sya, gue boleh tanya sesuatu gak?" Syakila membalasnya hanya berdehem.

"Duduk di bawah pohon enak kayaknya? Apalagi pas hujan petir." Syakila tertawa mendengarnya.

"Lo mau mati apa?" Ada-ada saja Nathan itu.

Nathan mengambil alih tas juga tote bag pink itu--berjalan mendekati sebuah pohon besar, entah apa namanya, sambil menggandeng tangan Syakila dengan lembut. Syakila tak menolak, ia mengikuti kemana Nathan membawanya.

Sampainya di bawah pohon, Syakila langsung duduk di atas rerumputan halus itu dengan gemas.

'Fix, ini gue lagi bawa balita no debat.' Batin Nathan--ikut duduk tepat di samping gadis yang ia sebut balita itu. 'Beneran salah bawa orang gak sih ini gue?' Nathan menatap cengo Syakila yang asik menoel-noel belalang yang lompat sana sini di atas rumput.

"Tuing tuing.. hihihi lucuk."

Nathan menggeleng pelan dengan tingkah Syakila yang bikin gemas itu.

"Sya?"

"Hum?" Masih sibuk dengan belalang.

"Gue bawa lo ke sini berdua sama aja sama gue, gak ada yang marah emang?"

【𝑾𝒊𝒍𝒍 𝑩𝒆 𝑴𝒊𝒏𝒆?】Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang