Hello....^^
Bertemu kembali^^
Cuma mau bilang.... SEMANGAT😀Selamat membaca readers^^
.
.
.
."Wih, pinter juga lo ngeracik kopinya. Bikinin gue juga dong, kasih gambar naga kalo boleh."
"Yeu... mau bayarin gue berapa lu, hah?" Ia bertanya tanpa melihat lawan bicaranya dengan sambil meracik kopi hitamnya.
"Cih, udah minta tolong, ditolongi, minta dibayari pula. Baru juga lima belas menit lo di Cafe gue, Sam. Udah gue gaji duluan loh padahal." Samudra hanya mengedikkan bahunya acuh. Namanya karyawan walau sementara tetap harus dibayar bukan? Emang ada yang mau jadi karyawan gratisan? Ya kagak ada lah! Sekalipun bos nya adalah sepupunya sendiri, Nathaniel.
"Lo udah pensiun jadi penulis apa sampe ke sini?"
"Kagak."
"Terus?"
"Gue juga butuh refreshing buat otak gue yang baru aja kena virus block writer, gak selalu juga gue nulis mulu. Gini-gini gue masih butuh duit lewat tenaga, gak cuma ngandalkan imajinasi aja, paham?" Ia melepas celemek serta sarung tangan, menaruhnya dengan rapi pada tempatnya dan kembali mendatangi sepupunya itu. "Cariin gue makan dong, laper gue." Titahnya seenak jidat tanpa melihat posisinya sekarang.
Nathan yang mendengar permintaan nyerempet perintah itu menatap tidak percaya pada Samudra. Samudra yang melihat pergerakan Nathan mengacak pinggang membatin, 'ini pasti mo nyemprot gue, hadeh... ngalahin Bunda aja.'
"Pagi-pagi lagi sibuknya gue, lo telepon gue buat nyelamati hidup lo yang lo bilang urgent itu, gak taunya cuma dilanda masa gabut, terus lo mau gue kasih kerjaan di Cafe gue sebagai karyawan sementara, udah gue kasih, sumpah gue thinking gak habis banget sama permintaan lo itu," benar, alasan mengapa Samudra menelponnya ialah menjadikannya sebagai karyawan sementara di Cafe Neo milik Nathan. Karena di antara sepupu lainnya, hanya Nathan yang bisa ia manfaatkan, selain dekat dengannya, ia juga menyukai sifat asik, humoris dan penyayang dari sepupunya itu.
Berbeda dengan sepupu dari keluarga Bundanya. Sifat yang kadang dingin, cuek, judes dan susah ditebak itu sedikit membuatnya kesulitan untuk mengakrabkan diri. Itu sebabnya mengapa ia lebih memilih Nathan, karena Nathan dari pihak keluarga Ayahnya.
'Nah kan bener kata gue, bodoamat gue gak denger. Belum ada tengah hari udah kayak kena siram rohani,' lanjut batin Samudra.
"Udah gitu sampenya, baru gue copot itu kunci motor, lo malah langsung minta gaji padahal lo belum nyentuh kerjaan lo sama sekali, sekarang aja lo kerja belum ada setengah jam Sam, gaji juga udah gue kasih duluan malah sama lo tadi dua juta. Dan sekarang lo minta apa? Minta gue buat cariin lo makan? Ngapa gak sekalian lo jadiin gue babu lo aja, Sam? Herman gue sama lo, dengar gue gak lo?" Lanjut Nathan panjang dikali lebar plus tinggi dipangkatkan volume dan dibagi alas sendal yang lebih terdengar seperti rap, tidak masuk sama sekali di telinganya.
Ia hanya mengangguk-ngangguk tanpa beban menanggapinya sambil menyeruput nikmat teh sepupunya, tidak memperdulikan apa sebenarnya sepupunya itu bicarakan.
Sruupp sruupp...
Glek glek glek
"Ah... mantaf, enak banget teh lo, manis kayak gue. Nih makasih." ucapnya mengembalikan cangkir teh Nathan yang sudah tandas.
Nathan menggeleng tidak percaya menatap Samudra, "gila lo main nyeruput teh gue aja, mana gue baru masuk satu tegukan."
"Aelah sama gue pelit lo, buru ke warteg kek, lapar gue." Samudra berjalan mendahului Nathan yang masih cengo dengan ulahnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
【𝑾𝒊𝒍𝒍 𝑩𝒆 𝑴𝒊𝒏𝒆?】
Fanfiction》FOLLOW SEBELUM MEMBACA^^ ─────────────────── Syakila Auries, gadis yang sejak kecilnya sudah lebih dulu merasakan ketakutan dan mimpi buruk yang menghantui di setiap tidur nyenyak-nya. Seiring waktu berjalan dalam proses penyembuhannya, ia dipertem...