Selamat membaca^^
.
.
• Cerita Samudra •
.
."Assalamualaikum, Sam pulang."
Ia melangkah lemas ke dalam, menjatuhkan asal tasnya, dan terduduk kasar di atas karpet bulu tepat di depan televisi. Suara bising dari televisi dan game dari ponsel Laskar tidak membuatnya tertarik sedikitpun.
"Bang, sepatunya dilepas dong, kasian Bunda udah capek-capek ngepel, nyapu. Lo dateng dateng ngerusak keasrian keramik aja deh." Ujar Laskar sesekali melirik singkat sang Kakak.
Ada apa dengan Samudra? Tumben sekali dia diam.
"Yah~ kalah deh." Laskar melempar ponselnya ke sofa lain, lalu menatap Samudra yang seperti mayat hidup yang memang tidak punya semangat untuk hidup. "Bang? Lo kenapa sih? Ada masalah ya sama sekolah? Atau sama teman? Atau...."
Samudra tetap diam, mengabaikan suara Laskar yang terus menembaknya dengan berbagai pertanyaan.
"Hufftt...," napas Samudra yang terdengar berat itu membuat Laskar berhenti bertanya. Samudra bangkit, melepas sepatu lalu mengambil tas dan pergi ke kamar dengan mood yang tidak baik. Laskar yang melihatnya, matanya berkaca-kaca, ia merasa aneh dengan sang Kakak.
"Huaaaa... Bunda!! Abang kerasukan Bunda!!"
****
23.34
Tik tik tik
Jemarinya terus mengetik dengan lincah, pandangannya tak pernah lepas dari hadapan layar sinar biru di depannya. Kembali mengingat kejadian pulang sekolah, ia tak langsung pulang, tapi mendatangi sekolah lain untuk menemui seseorang. Baru saja ia sampai, orang yang ia cari ternyata sudah tertawa bahagia dengan orang lain, tepatnya teman satu sekolahnya.
Melihat dia tertawa, tersenyum lalu malu-malu karena orang itu, entah mengapa dadanya menyeri dan sesak. Ia tak suka dengan perasaan itu. Rasa yang sama seperti di masa lalunya, ia pernah merasakannya, dan sekarang perasaan itu kembali hadir, kali ini dengan orang yang berbeda.
Tapi tetap saja, ia benci perasaan ini.
Ceklek
"Sam? Kenapa gak turun ke bawah?"
Yang dipanggil tidak mendengarnya sama sekali dan terus menekan-nekan keyboard komputernya dengan lincah.
"Sam? Samudra? Angkala Samudra?!"
Pergerakannya terhenti, ia sedikit terkejud dengan panggilan dari sang Bunda melengking ke gendang telinganya.
Rea mendekati Samudra yang kini menunduk, terlihat wajah putranya itu murung.
"Maaf Bunda..." ucapnya dengan pelan.
Rea duduk di pinggiran ranjang milik Samudra, menatapnya lamat-lamat. Ia tahu mood putranya sedang tidak baik, sejak Samudra sampai ke rumah, Rea yang hendak memanggil Laskar ia urungkan, melihat Samudra tak begitu semangat saat pulang. Ia tahu, putranya itu pasti butuh waktu untuk melampiaskan mood buruknya itu, dengan cara membuat novel sepanjang waktu hingga Samudra benar-benar merasa moodnya kembali membaik. Dan kalo belum membaik, Samudra akan melakukan hal yang lebih, seperti adu kick boxing mungkin?
"Sam, ada masalah?" Samudra menggeleng sambil menatap jari tangannya yang sudah memerah dan sedikit terkupas.
Rea tersenyum, mengusap lembut surai Samudra. "Mau cerita sama Bunda?" Samudra mengangkat kepalanya--menatap mata Bunda--tersenyum ke arahnya.
Samudra tak langsung menjawab, ia langsung ikut duduk di pinggir ranjang dan memeluk Rea dari samping. Rea menyambutnya lebih hangat lagi, sampai Samudra membuka suaranya.
KAMU SEDANG MEMBACA
【𝑾𝒊𝒍𝒍 𝑩𝒆 𝑴𝒊𝒏𝒆?】
Fanfiction》FOLLOW SEBELUM MEMBACA^^ ─────────────────── Syakila Auries, gadis yang sejak kecilnya sudah lebih dulu merasakan ketakutan dan mimpi buruk yang menghantui di setiap tidur nyenyak-nya. Seiring waktu berjalan dalam proses penyembuhannya, ia dipertem...