Sembilan

10.1K 2.2K 101
                                    

Pemandangan yang ditemui Tanto pagi ini saat keluar dari vilanya berbeda daripada biasanya. Gorden tetangganya tidak tertutup rapat seperti kemarin-kemarin. Tempat itu tampak menunjukkan tanda-tanda kehidupan. Ternyata gorden yang terbuka dan tertutup di siang hari bisa memberikan kesan yang benar-benar berbeda.

Si penyewa vila yang diamati Tanto keluar saat Tanto hendak beranjak masuk kembali. Dia lantas membatalkan niat dan memilih menyeberang ke vila sebelah.

"Halo, Tetangga!" tegurnya.

Renjana membelalak. "Mas tinggal di situ?" Mereka sudah beberapa kali bertemu. Kemarin malah menghabiskan waktu cukup lama bersama, tetapi Tanto tidak pernah menyebutkan jika vila mereka bersebelahan. Untung saja Renjana sudah jujur kalau dia sebenarnya berada di sini sendiri. Kalau belum, situasinya akan canggung.

Tanto mengangguk. Tarikan bibirnya melebar melihat reaksi Cinta. "Kita memang bertetangga. Oh ya, mau ke mana?"

Renjana membalas senyum Tanto. Dia mengangkat dan menunjukkan buku catatan dan pulpen yang dipegangnya. "Saya mau ikut kelas memasak, Mas."

"Kelas memasak?" ulang Tanto curiga. "Dari mana kamu tahu kalau di resor ini punya kelas memasak?" Rasanya mustahil Cinta tiba-tiba menanyakan hal seacak itu kepada staf resor.

"Oh, tadi saya ketemu dengan seorang ibu baik hati dan ramah yang nginap di sini juga. Katanya, kalau lebih suka kegiatan indoor daripada outdoor, saya bisa ikut kelas memasak."

Entah mengapa, Tanto langsung bisa menebak siapa ibu baik hati dan ramah yang dimaksud cinta. Dugaannya tidak mungkin meleset. Siapa lagi yang bisa menciptakan kebetulan sebaik Nyonya Subagyo?

"Tahu tempat kelas memasaknya?" tanya Tanto.

Renjana menggeleng polos. "Nanti saya tanyakan sama resepsionis, Mas." Salahnya juga karena tidak berkeliling dan mengeksplor resor.

"Nggak usah. Yuk, saya antar." Tanto mengayun langkah. Tidak terlalu lebar supaya Cinta tidak kesulitan mengikutinya. Anak ini memang lumayan tinggi untuk ukuran perempuan, tapi dia tetap lebih pendek daripada Tanto. "Kamu suka memasak?"

Renjana menggeleng lagi. "Saya malah belum pernah memasak, Mas," jawab Renjana jujur. Dapur bukan bagian dari rumah yang sering dia kunjungi. Renjana sudah mengatakan hal tersebut kepada Ibu yang tadi mengajaknya ikut kelas memasak, tapi Ibu itu dengan entengnya bilang, "Selalu ada pertama kali untuk semua hal yang belum pernah kita lakukan sebelumnya, Nak." Dia juga memberi kesan bahwa memasak tidak sesulit yang Renjana bayangkan. Semoga Ibu itu memang benar.

Tanto menyeringai lebar. "Kalau begitu, semoga hari ini kelas memasaknya bertema western cuisine karena bahan dan bumbunya jauh lebih simpel daripada makanan tradisional."

Kesulitan mengenali bahan makanan termasuk salah satu kekhawatiran Renjana. Terutama di bagian perbumbuan. Entah bagaimana dia akan membedakan bumbu jenis rimpang. Yang mana jahe, lengkuas, kencur, atau kunyit? Tapi kalau tidak belajar sekarang, dia tidak akan pernah tahu, kan?

Perkenalan dengan bahan makanan mentah, bumbu, dan peralatan dapur akan menjadi pelengkap petualangannya. Ini benar-benar keluar dari cangkang seperti yang dimaksud cinta. Entah mengapa, Renjana bersemangat. Rasa khawatir tentu saja tetap ada, tapi hal itu tidak sebesar antusiasmenya.

"Jangan biarkan saya mengendurkan semangat kamu," ujar Tanto lagi setelah Cinta tidak menanggapi ucapannya. "Meskipun memasak bisa sedikit merepotkan untuk pemula, tapi nggak akan terlalu sulit kok. Tapi, belum terlambat untuk berubah pikiran. Kita bisa berbalik arah ke wahana dan bermain flying fox saja. Pasti lebih menyenangkan."

Pilihan itu malah menakutkan Renjana. "Saya lebih pilih kelas memasak, Mas. Nggak enak sama Ibu yang tadi ngajakin."

Tanto tertawa mendengar kata-kata Cinta. Ibunya jelas tahu bagaimana cara membujuk dan membuat orang lain merasa tidak enak kalau membantahnya. "Nanti sore kamu sudah ada acara lain dengan Ibu itu?" Kelihatannya Cinta kesepian. Sudah tugas Tanto sebagai pemilik resor untuk membuat perempuan ini mendapatkan liburan yang berkesan. "Kalau belum, kita bisa jalan-jalan ke desa sebelah, melihat-lihat kehidupan yang benar-benar berbeda dari kota."

The Runaway PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang