Setelah sering bersama Tanto, suara laki-laki itu semakin familier. Sekarang Renjana bisa segera mengenali tawanya yang lepas saat mendengarnya. Tanto terasa seperti ujung magnet yang berbeda kutub dengannya karena Renjana tidak bisa menahan diri untuk menoleh ke sumber suara itu.
Hanya sekejap. Renjana lantas memalingkan wajah. Tanto duduk santai bersama dua orang laki-laki lain. Salah seorang di antaranya sama-sama tidak memakai kaus. Laki-laki bertelanjang dada memang pemandangan yang biasa di pantai. Banyak laki-laki yang melakukannya. Pantai adalah tempat yang lazim bagi mereka untuk melepas pakaian di depan umum tanpa harus merasa melanggar norma kesopanan. Tujuan mereka melepas pakaian bisa supaya lebih leluasa bergerak, atau sekadar memamerkan hasil olahraga yang dilakukan secara teratur. Kotak-kotak di perut bukan bawaan lahir. Orang harus bekerja keras untuk mendapatkannya. Yang aneh itu adalah Renjana tersipu padahal dia hanya melihat sekilas.
Hari ini Renjana belum bertemu Tanto. Perjalanan ke Buton Tengah kemarin cukup menguras energinya, jadi dia memutuskan beristirahat lebih lama daripada biasanya. Pukul 10, barulah Renjana keluar dari vilanya untuk sarapan. Lebih tepatnya, brunch. Sudah terlalu siang untuk disebut sarapan.
Di restoran itu, Renjana sempat bertemu dengan Bu Helga, dan beliau memberitahu jika Tanto sedang pergi ke bandara untuk menjemput teman-temannya yang datang untuk liburan. Sepertinya tempat ini adalah tempat liburan favorit bagi keluarga dan kolega Tanto.
Renjana memilih menjauhi meja Tanto. Dia tidak pernah berinteraksi dengan laki-laki dewasa yang bertelanjang dada, dan tidak akan memulainya sekarang. Apalagi jika orang itu adalah Tanto. Renjana khawatir akan merasa sangat gugup dan salah tingkah di depan laki-laki itu.
Sekarang, Renjana baru menyadari jika dirinya memang kurang bersosialisasi. Tentu saja dia tahu jika lingkungan pergaulannya terbatas karena dia cenderung pendiam, tetapi dia tidak merasa sifatnya itu akan memberinya masalah. Kini, di tempat ini, saat berada sendiri, Renjana baru paham jika kemampuan berinteraksi dengan orang lain adalah hal yang sangat penting. Bahwa manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri. Ternyata, di waktu-waktu tertentu, bacaan dan tontonan saja tidak cukup untuk menghabiskan waktu.
Renjana terus berjalan menjauhi Tanto dan teman-temannya. Dia menuju dermaga, salah satu tempat favoritnya untuk menghabiskan waktu menjelang malam seperti ini.
Ada beberapa tamu yang juga memilih dermaga sebagai tempat nongkrong sambil menungggu malam tiba, tetapi Renjana tetap bisa mendapatkan tempat favoritnya di ujung dermaga. Yang menyenangkan di tempat ini adalah semua pengunjung saling menghargai karena mereka yang datang bersama pasangan mengobrol dengan suara rendah, nyaris berbisik sehingga tidak saling mengganggu. Semua orang sepertinya sepakat membiarkan keheningan hanya dirobek oleh suara alun gelombang yang mistis.
Ketika malam akhirnya jatuh dan lampu-lampu di sepanjang dermaga telah mengambil alih tugas matahari sebagai sumber cahaya, pengunjung dermaga itu mulai mengundurkan diri hingga akhirnya Renjana tinggal sendiri. Tidak seperti di awal-awal kedatangannya, dia tidak khawatir tentang keamanan lagi. Dia yakin tidak akan ada orang jahat yang datang untuk mengganggunya. Ada banyak CCTV di resor ini. Beberapa orang satpam juga berjaga di berbagai sudut. Penjahat yang hendak melakukan aksinya di tempat ini pasti akan berpikir dua kali. Kesempatan untuk berhasil sangat kecil.
Renjana memejamkan mata dan menarik napas dalam-dalam. Saat matanya tertutup seperti ini, indranya yang lain menjadi lebih sensitif. Bukan hanya alun gelombang, debur ombar yang pecah di pasir juga dapat ditangkapnya. Aroma laut yang khas terhidu jelas. Kulit lengannya yang tidak tertutup terasa dingin diembus angin. Sepertinya, ini pertama kalinya indra yang dimilikinya bekerja maksimal di saat yang bersamaan. Renjana mempertahankan posisi itu cukup lama.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Runaway Princess
Fiksi UmumRenjana kabur dari rumah untuk menyelesaikan bucket list yang dibuat oleh saudara kembarnya sebelum meninggal dunia. Dia merasa antusias sekaligus takut karena belum pernah melakukan perjalanan seorang diri. Apalagi dia harus merahasiakan identitas...