Dua

10.7K 2.5K 51
                                    

Setelah membulatkan tekad untuk menyelesaikan bucket list yang dibuat Cinta, Renjana mulai merencanakan perjalanannya. Butuh waktu beberapa bulan sebelum akhirnya dia merasa yakin semua persiapannya sudah mantap dan siap dieksekusi.

Hal pertama yang Renjana lakukan adalah mencari tahu tentang resor Palabusa. Ulasan tentang resor itu lebih banyak dia temukan dalam situs traveling luar negeri daripada media lokal. Semua orang yang menulis ulasan mengatakan puas. Mereka menikmati waktu yang dihabiskan di resor itu. Mereka mengatakan bahwa meskipun tempat itu tidak terletak di daerah wisata seperti Bali atau Nusa Tenggara yang tersohor dengan pantainya, pemandangan dan fasilitas resor jauh di atas ekspektasi mereka. Foto-foto yang disertakan dalam ulasan itu memang menunjukkan pemandangan yang menakjubkan.

Setelah tahu bagaimana cara untuk sampai ke resor itu, Renjana lalu memulai persiapan yang sesungguhnya. Secara bertahap, dia mulai menarik uang dari rekeningnya. Renjana tidak melakukannya sekaligus untuk menghindari kecurigaan Mbak Avi, asistennya, karena meskipun Renjana memegang kartu ATM-nya sendiri, internet banking-nya terdaftar di ponsel Mbak Avi. Semua hal memang diurus Mbak Avi. ATM itu dibuat sejak Renjana masih terlalu kecil untuk memegang uang sendiri, dan dia malas memindahkan M-banking di ponselnya setelah memegang ATM, karena biasanya dia tinggal meminta Mbak Avi yang melakukan transaksi jika ingin membeli sesuatu. Menarik uang dalam jumlah besar sekaligus akan membuat Mbak Avi menanyakan mengapa Renjana membutuhkan uang tunai sejumlah itu. Lebih aman menarik uang secara bertahap.

Renjana tahu jika dia harus melakukan transaksi secara tunai dalam perjalanannya supaya tidak terlacak dan ditemukan sebelum waktunya. Orangtuanya memiliki koneksi yang bisa mengidentifikasi lokasinya melalui jejak transaksi keuangan digital, jadi Renjana harus menutup kemungkinan itu.

Selain transaksi keuangan digital, Renjana juga harus menghindari pemakaian ponselnya. Nomornya akan bisa dilacak dengan mudah. Renjana lalu membeli nomor baru dan mendaftarkannya menggunakan KTP salah seorang teman kampusnya. Tentu saja bukan teman dekat yang dikenal Mbak Avi. KTP itu juga yang digunakan Renjana untuk membeli tiket kapal laut.

Rencana Cinta bepergiaan menggunakan kapal laut turut memuluskan perjalanan Renjana, karena pengecekan identitas penumpang kapal tidak seketat ketika menggunakan pesawat. Renjana sudah menyiapkan fotokopi KTP temannya, tetapi syukurlah dia tidak perlu menggunakannya, karena tidak pernah diminta menunjukkan identitas selama 3 hari berada di atas kapal. Padahal Renjana sudah menyiapkan jawaban jika ditanya mengapa dia tidak membawa KTP asli. Jawaban bohong yang sudah dilatihnya berulang-ulang supaya dia tidak terlihat gugup saat mengucapkannya.

Seandainya petugas kapal memeriksa identitasnya, Renjana yakin mereka tidak akan bisa membedakan antara dirinya dan foto temannya yang tampak buram setelah KTP-nya di fotokopi. Renjana tidak biasa berbohong, dan membayangkan melakukannya pada petugas keamanan kapal sama sekali tidak menyenangkan.

Resor yang dituju Renjana benar-benar mengutamakan kenyamanan pelanggan, karena jemputannya sudah menunggu saat kapal Pelni yang ditumpangi Renjana akhirnya sandar di Pelabuhan Murhum, Baubau.

Proses booking resor termasuk bagian yang sedikit menyusahkan, karena Renjana harus bermain kucing-kucingan dengan Mbak Avi supaya bisa melakukan transfer tunai ke bank untuk membayar biaya pemesanan resor. Renjana tidak mungkin meminta bantuan temannya untuk melakukan pembayaran melalui M-banking mereka. Teman-temannya dengan senang hati akan melaporkannya kepada Mbak Avi. Mereka tahu persis kalau Renjana tidak akan diizinkan bepergian seorang diri.

Renjana ingat bagaimana dia menyelinap dalam taksi daring yang dipesan temannya untuk menghindari Mbak Avi yang juga parkir di tempat yang sama di kampus. Untunglah dia berhasil pergi dan kembali lagi ke kampus tanpa sepengetahuan Mbak Avi. Asistennya itu hanya tahu Renjana berada di dalam kampus untuk mengikuti kuliah.

"Perjalanan dari sini ke resor sekitar satu jam," petugas resor yang menjemput Renjana menjelaskan sementara mereka berjalan beriringan menuju tempat parkir pelabuhan. Koper yang tadi didorong Renjana sudah berpindah ke tangannya. "Cuaca di sana sangat panas. Kalau Mbak tidak membawa sunblock, sebaiknya kita mampir untuk membelinya."

"Saya sudah bawa sunblock kok, Mas. Terima kasih sudah mengingatkan." Renjana berusaha mengimbangi keramahan petugas resor itu.

Jumlah sunblock yang dibawa Renjana mungkin jauh lebih banyak daripada kebutuhan untuk 2 minggu. Dari hasil risetnya, dia sudah tahu apa saja yang harus disiapkan untuk perjalanan ini. Biasanya dia tidak perlu melakukan apa-apa setiap kali bepergian, karena semua hal disiapkan oleh Mbak Avi. Ini pertama kalinya Renjana merencanakan dan mengurus perlengkapannya sendiri. Sejauh ini, dia puas dan bangga pada diri sendiri. Jakarta sudah tertinggal jauh di belakang, dan dia baik-baik saja.

Pemandangan yang mereka lewati sangat kontras. Sepuluh kilometer pertama, Renjana menikmati laut yang tampak teduh. Pelabuhan tempat kapal yang ditumpanginya bersandar terlihat jelas karena meskipun mereka bergerak menjauhinya, jalan yang mereka lewati setengah melingkar sehingga bagian kota yang mereka tinggalkan dapat terlihat.

Setelah laut menghilang, hamparan hijau sawah yang belum lama ditanami ganti memenuhi pandangan. Latar pegunungan menambah asri suasana. Tidak ada lagi ingar-bingar kota yang tadi penuh dengan kendaraan. Mereka hanya sesekali berpapasan dengan mobil lain. Hanya dengan melihatnya dari balik jendela mobil yang ber-AC, Renjana bisa merasakan jika udara di tempat ini jauh lebih sejuk daripada di pusat kota.

Setelah terkurung selama 3 hari di dalam kabin kapal, dan hanya bisa mengintip air laut dari jendela kecil ala kadarnya, pemandangan seperti ini benar-benar menyegarkan mata Renjana. Berbaring di dalam kabin hanya dengan ditemani buku elektronik ternyata lumayan membosankan. Renjana takut terlalu sering keluar untuk menikmati udara laut, karena tidak ingin dikenali. Iya, dia sudah memodifikasi penampilan, tetapi lebih suka menghindari kemungkinan terburuk, dan ditemukan sebelum mencapai daratan Sulawesi.

Beberapa kilometer kemudian, kawasan hutan jati menggantikan hamparan sawah. Rumah-rumah mulai tampak jarang. Setelah hutan jati tertinggal, laut mulai tampak lagi.

Renjana melirik pergelangan tangan. Mereka pasti sudah hampir sampai karena petugas resor itu sudah mengemudi selama satu jam. Benar saja, beberapa menit kemudian mobil yang ditumpangi Renjana memasuki gerbang resor.

Pasir putih dan sebuah dermaga kayu yang menjorok jauh ke laut adalah hal pertama yang menarik perhatian Renjana. Dia bisa membayangkan Cinta berdiri di ujung derrmaga sambil memotret matahari tenggelam.

Kerinduan perlahan menyusup, lalu menghujam kuat. Sangat kuat, sehingga mata Renjana terasa memanas. Aku sudah sampai, Cinta. Aku sudah sampai di tempat yang ingin kamu kunjungi lagi. Aku akan menggantikanmu menyusur kenangan. Lalu kamu akan melupakan, apa pun yang ingin kamu lupakan itu.
**

Untuk yang pengin baca lebih cepet, di Karyakarsa sudah bab 16. Fast update di sana. Cuman, berbayar ya.

The Runaway PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang