58.Ancaman Agnes

1.4K 149 41
                                    

Hilang tapi tetap ada
Tetap ada walau sudah berbeda
Terasa begitu hambar
Tanpa ada lagi warna
Cerita masih tetap terlanjut
Namun warna telah menjadi abu

Syifa pov on

Syifa
Disana gimana kak?
Rame ya pastinya ?
Kabar kak Daniel gimana?
Kalau kak Daniel capek istirahat dulu aja, katanya olimpiadenya dimulai besok lusa ya?
Jangan lupa lima waktunya ya kak, jangan lupa minum vitamin juga ya.

Aku tau ini lebih dari apa yang aku fikirkan tadi
Tapi jika aku menarik pesanku itu saat ini maka hanya akan sia-sia saja karena kak Daniel sudah melihat pesanku itu.
Bahkan kini terlihat dia sedang mengetik balasan dari pesanku.

Daniel
Gua baik - baik aja
Yah disini cukup rame
iya lusa olimpiadenya.

Syifa
Oke kak.

Entah kenapa aku merindukan balasan yang terlihat tidak jelas darinya, melihat balasan yang seformal itu membuatku menjadi bingung dan yah bisa dibilang sedikit kecewa karena ekpetasiku yang terlalu melambung tinggi.
Setelah balasan terakhir dariku kak Daniel tak membalas apapun bahkan hanya sekedar membaca balasanku pun tidak.
Yah aku overthinking oleh sikapnya saat ini!
Sangat overthinking!
Bagaimana tidak seorang kak Daniel yang biasanya lebih cerewet dari seorang ibuk kos yang meminta tagihan pada akhir bulan ini tiba-tiba menjadi seorang yang sangat cuek dan dingin menurutku.

Aku segera mengembalikan ponsel Devi dan meminta dia untuk cepat - cepat mengantarku pulang.
Bukan karena sudah memasuki waktu masuk pesantren namun saat ini aku tidak ingin terus menerus terfikirkan oleh sikap kak Daniel itu.

Devipun menyetujuinya dan dia mengantarku pulang dengan selamat walau perjalanan kami hanya terisi oleh obrolan dari Devi tentang kucingnya yang baru saja melahirkan 7 ekor anak dan bulu dari anak kucing itu tidak ada satupun yang mirip dengan bulu si pacar kucingnya itu.

Sesampainya di pesantren aku segera mengecek jam tanganku dan ternyata baru pukul 2 siang.
Dan tentu saja pesantren ini masih sepi karena beberapa siswa disini baru akan pulang saat adzan ashar.

Aku masuk kedalam kamar dan segera meletakkan tasku pada laci kecil tepat di samping lemariku.
Aku memutuskan untuk membuka kasur lipat ku dan segera kurebahkan tubuhku pada kasur ini.
Ku tatap langit - langit kamar ini dan sayup - sayup mataku hampir terpejam namun rasa sakit pada kepalaku dan rasa pegal pada kakipun begitu menganggu.
Aku segera bangun dari tidurku dan terduduk terdiam dengan menatap kosong pada dinding kamar.

Aku teringat jika sejak kemarin setelah kembali ke pesantren obat bawaan dari rumah sakit belum ku sentuh sama sekali masih terbungkus rapi dalam lemariku.
Segera ku ambil obat itu dan meminumnya satu persatu.
Walau obat - obat ini terlalu banyak bahkan ada yang rasanya begitu pahit jika dibandingkan dengan obat lain tapi aku harus wajib terus meminumnya, karena itulah yang Abi selalu katakan, dan memang setelah meminum semua obat ini beberapa rasa sakit pada tubuhku terasa sedikit berkurang dan terkadang tidak terasa sama sekali.

Aku bukan orang yang begitu mencintai obat - obatan namun jika semua obat ini dapat membuatku menjadi lebih baik maka apa boleh buat aku harus terus meminumnya walau entah sampai kapan dan jujur hingga saat ini aku tidak tau obat apa yang selama ini aku minum ini.

Setelah selesai dengan semua obatku aku melirik pada arah jam dinding dan waktu menunjukan pukul setengah tiga sore, aku segera bergegas mengambil baju dan semua peralatan mandiku dan bergegas menuju kamar mandi pondok.

Saat akan melewati perpustakaan tanpa sengaja aku berpapasan dengan ummi dan ustadzah Fika yang begitu serius dalam membicarakan sesuatu, aku segera menunduk dan mengucap salam saat tepat berada di depan mereka berdua dan mencium kedua tangan mereka bergantian dan saat setelah mereka berdua berjalan kembali aku baru berani menatap ummi  dan ustadzah Fika dari belakang, tapi sayup - sayup terdengar sebuah nama yang terucap.
Kak Daniel Dan ayah kak Daniel .
Walau hanya samar - samar namun aku bisa memastikan bahwa nama yang terucap benar adanya.

Santriwati vs Ketua OSISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang