60. Teman masa kecil

965 30 10
                                    

Tak perlu memaksa untuk terus bersama
Tak perlu meminta untuk terus selalu ada
Yang tersisa hanyalah diri sendiri
Harap hanya membawa sayatan lebih dalam lagi

Author POV on

"Gua sakit kak, gua capek sama semua hal didunia ini! Tuhan udah bikin gua menderita bahkan saat gua mencoba buat lebih dekat sama dia!! Gua kecewa sama semuanya dan gua benci sama diri gua sendiri kak!!." Ucap Alvin dengan nada yang bergetar dan air mata yang membasahi kedua pipinya itu.

Bartender itu segera menghampiri Alvin dan duduk tepat di sebelahnya. ia menatap Alvin dengan iba, Alvin masih terus menundukan kepalanya dan tangisnya pun belum benar-benar usai.

"Vin, gue tau mungkin sekarang lo belum bisa kontrol diri lo seutuhnya tapi Vin jujur ae Ama gue lo kenapa? Apa yang ngebuat lo jatuh gini?!." Tanya bartender itu dengan menepuk pundak Alvin dengan perlahan.

"Paru-paru basah dan bokap atau nyokap gak tau soal ini. Dan gua minta sama lu jangan kasih tau mereka! Gua pengen selesai dengan cara gua sendiri." Balas Alvin yang akhirnya mengangkat wajahnya yang sedari tadi hanya tertunduk.

"Bangsat! Jangan ngejokes kayak gitu sat! Kagak lucu Vin." Balas bartender itu dengan nada yang terdengar penuh amarah.

Alvin hanya diam, ia segera mengambil hasil lab yang sejak tadi ia sembunyikan lalu menyerahkannya pada bartender itu.
Sang bartender pun segera mengambil kertas itu lalu membacanya dengan teliti.
Sesaat setelah sampai pada akhir kalimat ia pun kembali membaca semua isi surat itu lagi dan terus melakukannya selama 3x berturut-turut untuk memastikan apa yang ia baca benar adanya.

"Vin ini surat bohongan kan? Gak mungkin kan ini beneran?! Lo pasti cuman ngeprank kan?!!." Tegas bartender itu dengan menunjuk surat itu.

"Lu bisa tanya ke rumah sakit itu langsung. " Balas Alvin

"Vin.... Bukan ini yang gue mau denger. Kenapa bisa Vin?!!." Tanya yang kini menampakkan wajah yang penuh dengan ibanya.

"Salah satunya karna gua perokok aktif dulu dan faktor keturunan sepertinya karna sepertinya yang lu inget ayah gua dulu meninggal karna penyakit yang sama ini, tapi yah gak apa-apa emang seharusnya gua mati dari dulu mungkin." Balas Alvin dengan tersenyum .

"Maafin gue Vin, seharusnya gue jagain lo bukan malah buat lo jadi kayak gini." Ucap bartender itu dengan nada yang tercekat di ujung kalimat dan perlahan ada air matanya yang tidak bisa terbendung.

"Gua gak apa-apa kak, justru gua terima kasih karna tanpa lu disini gua mungkin udah bener-bener jatuh sekarang. Jangan nyalahin diri lu sendiri atas apa yang terjadi pada diri gua, karena ini bukan kesalahan lu." Balas Alvin.

"Sebagai kakak gue udah gagal buat jagain lu Vin, seharusnya dulu gue gak pernah kenalin lu ke dunia malam kayak gini. seharusnya gue jagain lu bukan malah ngebuat lu jadi sakit kayak gini." ungkap bartender itu.

"Kak, aku yang mutusin buat milih jalan ini, aku gak pernah ngerasa kak Radit salah disini. buat aku kak Radit satu-satunya orang yang selalu ada buat aku ketika saat-saat terpurukku. " ucap Alvin pada Radit. Bartender itu bernama Radit, Radit Oktavian. hubungannya dengan Alvin memang tak sebatas seorang bartender dengan pelanggan namun lebih dari itu. sebuah hubungan dari sebuah konflik yang cukup rumit.

"Besok pagi gue pulang. " Balas Radit dengan menatap lurus ke depan tanpa memperhatikan ekspresi Alvin yang terkejut dan terdiam seketika.

"Kak Radit!!! Woe udah lama banget gak ketemu lu!! Sumpah yak gua kangen banget kesini!." Teriak seorang cewek dengan setengah berlari menuju ke arah Radit dan Alvin.
Radit pun tersenyum manis ke arah cewek itu dan meregangkan tangannya sebagai tanda sambutan.
Dan sambutan itu disambut baik dengan sebuah pelukan hangat.

Santriwati vs Ketua OSISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang