6.Jenguk kak Daniel

12.8K 922 13
                                    

Syifa pov

"Syif udah di tunggu ukhti Syilla. " Tegur Hayati dan membuyarkan lamunanku.

"Eh iya Ti. " Balasku dengan nada terkejut dan segera merapihkan kerudungku.

"Oh ya kata ukhti Syilla kamu juga disuruh bawa perlengkapan kaligrafimu. " Jelas Hayati padaku dan memperhatikanku yg kini tengah cemas karna keadaan kak Daniel.

"Hah iya, nanti aku bawa makasih Ti. " Balasku dengan tersenyum.

"Kamu kenapa Syifa? Baik-baik aja kan?" Tanya Hayati dengan selidik.

"Aku baik baik aja kog ya udah aku berangkat dulu ya. Assalam'ualaikum. " Ucapku seraya membereskan semua keperluan dan segera memasukannya dalam tas ranselku dan segera menemui ukhti Syilla yg kini berdiri tepat di samping ummi.

"Assalam'ualaikum ummi, ukhti. " Ucapku seraya mengecup tangan ummi.

"Waalaikumsalam. Udah bawa semua perlengkapannya kan Syif?" Tanya ukhti Alifa dengan nada bersahabat dan tak menunjukan kesan tegasnya.

"Udah ukhti semuanya sudah Syifa bawa. " Balasku dengan tersenyum.

"Ya sudah mang Marjo ayo kita berangkat sekarang. " Suruh ummi pada lelaki paruh baya yg merupakan supir sekaligus tukang kebun dan terkadang sering membantu para pengurus pondok di dapur, ialah mang Marjo.

"Baik ummi. " Balas mang Marjo seraya membuka pintu mobil dan mempersilahkan ibu kesayangan seluruh santri disini. Dan di susul pula ukhti Syilla, ukhti Alifa dan tak lupa ukhti Fatin.

Ukhti Fatin adalah anak ummi yg paling terakhir sekaligus paling mengagumkan bagiku. Karna tak hanya cantik dia juga sangat cerdas dan ketika ia mulai membuat sebuah kaligrafi maka hasilnya tak main main indahnya.

Akhirnya kamipun bergegas menuju suatu tempat yg tak ku ketahui letaknya. Karna ukhti Syilla tak memberiku keterangan apapun.
Setelah menempuh perjalanan seraya kurang lebih setengah jam akhirnya mobilpun berhenti pada satu gedung yg tak asing untukku.

Ya gedung ini adalah tempat ukhti Fatin dulu mengikuti kejuaraan kaligrafi tingkat provinsi dan aku ingat saat itu juga aku tak sengaja menabrak ketosku namun saat itu aku belum mengenalnya karna saat itu aku baru saja tiba di pesantren dan belum masuk sekolah.

"Ayo kita turun, bismillah semoga semuanya lancar. " Ucap ummi dengan tersenyum tenang dan menatapku dalam.

"Nah Syif sekarang saatnya untuk kamu gantiin aku. Aku yakin insyaallah kamu pasti bisa. " Ucap ukhti Fatin dengan tersenyum lembut dan merangkul pundakku.

"Maksudnya ukhti Fatin? " Tanya ku tidak mengerti.

"Ah pantas saja akhi Daniel sering bilang kamu itu suka lola ternyata emang bener. Hihihi" Ungkap ukhti Fatin sedikit tertawa dan langsung melirik ummi yg sedang sibuk dengan ukhti Syilla di tempat pendaftaran.

"Maksudnya ukhti Fatin kak Daniel ketua OSIS di sekolah Syifa? " Tanya ku memperjelas.

"Hahaha iya Syifa. Gini bentar lagi aku kan pergi ke mesir dan sekaligus kuliah di al-azhar jadi aku gak akan bisa ikut kejuaraan kaligrafi lagi dan saatnya kamu untuk gantiin aku. Aku yakin kamu bisa, aku pernah liat kaligrafi buatan kamu menurutku itu jauh lebih bagus Daniel buatan ku. " Terang ukhti Fatin dengan tersenyum.

"Tapi ukhti menurutku aku belum pantas untuk bisa Gantiin ukhti di kejuaraan ini. " Ungkap ku pada ukhti dari yg hanya tersenyum lembut.

"Menang atau kalah itu hal biasa nak, kita disini bukan untuk meraih kemenangan tapi untuk bisa lebih mengenal dan memperkenalkan seni kaligrafi pada semua orang. Jangan takut untuk melangkah pada kebaikan. Serahkan semuanya kepada Allah. " Terang ummi dengan tersenyum penuh arti padaku.

Santriwati vs Ketua OSISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang