Malam harinya, Arga melangkah menuju ruang kerja bapaknya usai makan malam. Pria itu masuk kemudian duduk berhadapan dengan sang bapak dengan dibatasi oleh sebuah meja.
Terlihat, Dirman yang semakin tua dengan rambut putih dan keriput yang sudah sedikit menonjol di wajahnya. Sangat berbeda dengan papa Bima yang masih terlihat awet muda karena memang papa Bima selalu tahu cara merawat diri dan mengatur pola makan. Ditambah lagi, Papa Bima hidup bahagia bersama keluarga kecilnya. Sangat berbanding terbalik dengan Dirman yang memang hidupnya dipenuhi dengan rasa bersalah dan penuh tekanan dari orang tuanya.
"Bapak panggil aku untuk apa?" Arga mengalihkan pikirannya dan menatap sang bapak.
"Bapak dengar dari nenek kamu kalau beliau mau menjodohkan kamu dengan cucu temannya."
"Bapak juga mendukung keputusan nenek?" Segera, Arga mengangkat sebelah alisnya menatap sang bapak. Jika bapaknya berani memaksa ia untuk menuruti keinginan sang nenek, maka mimpilah.
Dirman tentu saja langsung menggelengkan kepalanya atas tuduhan sang putra. "Bapak enggak ingin menjodohkan kamu dengan siapa-siapa. Bapak hanya ingin kamu menentukan pilihan kamu sendiri, untuk masalah jodoh. Temukan wanita yang benar-benar kamu cintai dan harus terus berjuang. Jangan seperti bapak, yang dulu enggak bisa mempertahankan ibumu."
"Enggak usah bahas masa lalu lagi, Pak. Sekarang udah ada Bu Ratna, wanita baik yang setia menemani bapak."
Arga tidak bohong jika Ibu Ratna memang wanita baik yang sewajarnya dicintai oleh sang bapak. Mungkin, jika bapaknya tidak menikahi Ibu Ratna, hidup bapaknya tidak akan teratur seperti sekarang. Pasti akan sangat berantakan terlebih lagi beliau mendapatkan istri yang tidak baik.
"Bapak tahu, Arga. Sekarang, Ibu Ratna adalah wanita yang bapak cintai." Dirman terkekeh menatap putranya. "Ngomong-ngomong, bapak mau bahas soal perusahaan sama kamu."
Tubuh Arga langsung melemas ketika membahas soal perusahaan. Arga memang mengambil kuliah di jurusan bisnis karena ia adalah satu-satunya pewaris perusahaan milik keluarga dari pihak bapaknya. Sementara perusahaan Bima tentu saja akan diturunkan pada Kello yang memang anak kandung Bima.
"Kenapa, Pak?"
Melihat ekspresi wajah anaknya yang tegang, Dirman terkekeh. "Bapak ingin kamu mempelajari struktur perusahaan dan isinya. Biar nanti, saat bapak sudah pensiun, kamu enggak perlu lagi bingung. Belajar aja dari sekarang sambil nunggu bapak pensiun, mungkin masih lama."
Dirman kemudian menyerahkan tumpukan buku dan berkas penting pada Arga.
"Kamu bisa baca ini di sela senggang. Bapak enggak akan memaksa kamu sekarang."
Menatap ragu tumpukan buku dan berkas yang diberikan sang bapak, Arga akhirnya mengambilnya dengan enggan. Ia tahu jika seberapa lama waktu berlalu, tugas ini akan tetap jatuh padanya.
"Aku akan bawa ke apartemen."
"Baiklah. Minggu ini bapak sama Ibu ada rencana untuk main ke rumah orang tua kamu. Bapak dan Ibu diundang untuk buat acara kumpul-kumpul begitu," ujar Dirman memberi informasi.
"Minggu ini? Kenapa Mami enggak ada bicara sama aku?"
"Mungkin Mami kamu lupa," sahut Dirman. "Oh, iya, kamu minap malam ini?" tanyanya pada sang putra.
"Iya, Pak. Besok subuh aku juga harus berangkat lagi untuk manggung di acara TV."
"Baiklah. Kalau begitu kamu langsung istirahat aja."
"Baik, Pak."
Arga bangkit dari duduknya kemudian melangkah keluar dari ruang kerja sang bapak.
Saat akan menaiki tangga, Arga kebetulan bertemu dengan Ratna.
"Arga, ini susu untuk kamu. Tadi ibu kira kamu di atas dan mau antar susu ke kamu," ujarnya pada Arga.
Tangan pria itu terulur dan mengambil segelas susu dari tangan ibu tirinya.
"Terima kasih banyak, Bu," ucap Arga. "Ini udah malam. Ibu enggak tidur?"
Ratna membalas senyuman Arga sambil menggeleng kepalanya pelan. "Enggak. Ibu mau ke ruang kerja bapakmu dulu," katanya.
"Ya sudah, kalau begitu, aku ke atas, Bu."
"Iya. Selamat malam."
_____
Suara bel terdengar dari luar membuat Nat yang saat ini sedang rebahan santai terpaksa bangkit dari posisinya.
Malam ini seharusnya waktu yang dimanfaatkan untuk beristirahat. Namun, sepertinya ada tamu yang berniat datang untuk berkunjung.
Saat membuka pintu, Nat sedikit terkejut mendapati sosok Neva yang berdiri di depan pintu dengan sebuah koper kecil.
"Mbak, malam ini sama seminggu ke depan, aku numpang di rumah Mbak, ya. Pokoknya aku janji enggak akan lama sambil aku nyari kost-kostan yang dekat sama kantor." Neva mendorong tubuh Nat masuk sambil menarik kopernya dan menutup pintu.
Aksinya tentu saja membuat Nat bingung. "Kamu memangnya kenapa, Nev? Kos kamu yang lama enggak kamu bayar dan akhirnya kamu diusir?"
"Enggak begitu, Mbak." Neva duduk di sofa tanpa dipersilakan. "Aku enggak diusir. Aku cuma pengen pergi aja. Enggak tahan diganggu sama Kello terus. Niat aku mau move on nanti susah," ujarnya santai.
"Kalau kalian masih sama-sama cinta, kenapa harus putus?"
Nat dibuat bingung sendiri dengan hubungan antara Kello dan Neva. Neva yang masih mencintai kekasihnya itu berusaha untuk move on dan melupakannya. Sementara, Kello sendiri masih berusaha untuk mengejar Neva agar kembali menjadi kekasihnya.
"Kello itu udah buat aku kecewa, Mbak. Dia lebih mentingin teman-temannya itu daripada aku. Aku enggak mau lagi berhubungan sama seseorang yang enggak bisa memprioritaskan aku." Neva menghela napas. "Mbak tahu 'kan kalau aku ini yatim piatu. Kalau punya pasangan yang mengabaikan aku, apa bedanya aku dengan enggak punya orang tua? Jadi, sebelum semuanya terlambat, aku lebih baik mundur."
"Tapi, apa enggak di pikir-pikir dulu. Kello itu masih sayang banget, lho, sama kamu, Nev."
"Enggak kata aku, Mbak. Kalau dia sayang sama aku, aku enggak mungkin ditinggalinnya demi ketemu sama teman-temannya. Dia enggak mungkin lupa jemput aku pas dia ngantar teman perempuannya ke rumah."
Mendengar penjelasan Neva, Nat menghela napas. "Ya udah kamu bisa tinggal di sini sampai kapanpun. Kebetulan Mbak juga di sini sendirian. Anggap aja kamu temani Mbak di sini." Nat berdiri. "Kebetulan ada kamar kosong juga di sebelah kamar Mbak. Kamarnya masih bersih, kok. Soalnya orang tua Mbak pernah tinggal di sini beberapa waktu lalu."
Raut wajah Neva berubah cerah saat mendengar apa yang diucapkan oleh Nat.
"Serius, Mbak? Oke, Mbak. Aku akan bayar sewa sebulan deh, sama mbak."
"Enggak perlu, Nev. Lagi pula, apartemen ini punya Mbak sendiri kok. Enggak perlu bayar apa-apa."
"Ah, terima kasih, Mbak. Aku akan bantu mbak beres-beres ruangan. Tenang aja, aku jago masak, kok."
Nat terkekeh mendengar ucapan Neva yang begitu bersemangat. Gadis itu kemudian menunjukkan kamar yang akan ditempati oleh Neva yang memang terletak di sebelah kamarnya. Baru kemudian ia memesan makanan untuk makan malam mereka kali ini.
Assalamualaikum, wr,wb, emak-emak. Racan mau open PO buku Om Playboy itu suamiku dan pdf ya.
Untuk buku harganya 75rb untuk versi cetak dan 55ribu untuk versi pdf. Dara dan Juan hanya sekali cetak ya. nggak ada cetak kedua 🙏 bonusnya hanya 5 Bab yang panjang-panjang ya 🙏 bagi yang minat, bisa japri
![](https://img.wattpad.com/cover/247403315-288-k721893.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
KEJAR TARGET (sequel Dilema Istri Kedua)
RandomCover bye @aimeeAlvaro Nathalya Silvia. gadis cantik 24 tahun ditinggal menikah oleh kekasihnya tanpa kepastian. Keluarga Nat--sapaan akrabnya-- yang masih percaya mitos di keluarga besar mereka mendesak Nat untuk segera menikah dan mencari suami...