Bab 37
Jam pulang kantor akhirnya tiba. Berhubung Arga akan menjemputnya, Nat meminta agar Neva pulang lebih dulu. Kebetulan Neva tidak langsung pulang ke apartemen karena ia akan membeli beberapa kebutuhannya sebelum pulang.
Saat ini Nat sedang di depan kantor menunggu kedatangan Arga yang masih berada dalam perjalanan. Gadis cantik itu menatap layar ponsel yang menampilkan gambar dirinya dan Arga pada saat malam acara ulang tahun restoran.
Senyum kecil tersungging menatap layar tersebut dengan mata cerah. Tidak menyangka jika ia mendapatkan kesempatan untuk memiliki foto berdua bersama Arga. Nat memiliki akun sosial media, namun tidak berarti Nat akan dengan lancang memposting fotonya bersama idola para remaja tersebut di akun sosial medianya.
Nat tidak mau orang beranggapan jika ia memanfaatkan popularitas Arga sebagai aktor sekaligus penyanyi.
Tak lama kemudian terdengar suara ketukan heels berhenti tepat di sampingnya. Dari parfumnya pun tanpa menoleh, Nat tahu jika orang yang berdiri di sampingnya adalah Hasna. Gadis itu segera menutup layar ponselnya, sebelum perempuan yang sudah menghianatinya itu melihat gambarnya bersama Arga.
"Sendirian, ya? Kasihan sekali kamu, Nat." Hasna mengejek dengan senyum miring. "Sudah sendirian di kota besar ini, kita juga bekerja di perusahaan dan divisi yang sama. Setidaknya, aku bisa mengungguli kamu dengan Riko yang bersamaku. Ngomong-ngomong kami tinggal di apartemen bareng. Kamu pasti iri, ya?"
Hasna tanpa malu tertawa mengejek Nat yang hanya diam menatap lurus ke depan.
"Aku bekerja di sini karena mencari pengalaman. Tentu saja berbeda dengan kamu, bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup." Nat berucap datar. "Kamu enggak akan bisa mengungguli aku dalam segala hal. Entah itu keluarga, atau soal derajat. Mohon maaf, bukannya aku sombong, tapi faktanya kamu memang masih akan tertinggal jauh di belakangku."
"Kamu--"
"Jangan marah, Hasna," sela Nat lebih dulu. "Kenyataan itu memang menyakitkan. Makanya sekarang mendingan kamu rajin kerja, kumpulkan uang yang banyak, biar kamu bisa mengungguli aku. Oh, jangan lupa, buat juga keluarga kamu supaya enggak jadi tontonan tetangga karena harus bertengkar setiap hari."
Ekspresi wajah Hasna pecah saat mendengar apa yang diucapkan oleh Nat. Ini adalah hal sensitif yang paling ia benci ketika orang membahasnya. Keadaan ekonomi keluarga mereka yang tidak seperti keluarga Nat, dan juga keharmonisan yang tidak dimiliki oleh keluarganya.
"Jangan sombong dengan apa yang kamu punya sekarang. Siapa tahu nanti Tuhan akan mengambilnya dari kamu."
"Kamu harusnya melihat kaca sambil bicara seperti itu. Kamu selalu membanggakan diri, mendapatkan pasangan dari hasil merebut." Nat tersenyum dingin menatap Hasna. "Kamu enggak takut, kalau-kalau, cowok hasil tikungan kamu, nanti bakalan direbut sama cewek lain? Laki-laki yang pernah berkhianat dan meninggalkan kekasihnya dengan alasan yang enggak jelas, bukan cowok baik-baik yang harus diperjuangkan."
Hasna melotot marah. Bibirnya terbuka bersiap untuk memaki Nat, namun saat melihat sebuah mobil masuk ke pelataran halaman kantor, Hasna tersenyum.
"Tuh, kamu lihat, aku dijemput sama Riko. Sementara kamu?" Hasna mencibir sinis sebelum akhirnya ia pergi dan masuk ke dalam mobil Riko.
Sengaja gadis itu menurunkan kaca mobil saat ia mencium bibir Riko, agar terlihat oleh Nat. Sayangnya Nat hanya menatap mereka dengan ekspresi datar, seolah apa yang ia lihat bukanlah dua orang yang ia kenali.
Kesal melihat reaksi datar Nat, Hasna kemudian meminta agar Riko segera pergi.
Tak lama setelah mobil yang ditumpangi Riko dan Hasna pergi, sebuah mobil sport berwarna merah menyala tiba di depan lobby kantor.
Kaca mobil diturunkan membuat Nat bisa melihat dengan jelas siapa pemilik mobil. Nat tersenyum manis dan melangkah masuk ke mobil setelah menyapa Arga terlebih dahulu.
"Gimana kalau kita makan dulu sebelum pulang?"
"Mas Arga lapar?"
Bukannya langsung merespon, Nat justru bertanya lebih dulu.
"Iya," aku Arga jujur. "Saya belum makan dari tadi siang karena harus sibuk syuting."
"Oh, oke. Kita cari makan dulu kalau begitu."
Mobil dengan hanya dua penumpang tersebut akhirnya melaju membelah jalanan kota mencari sebuah restoran yang tidak terlalu ramai oleh pengunjung, mengingat identitas Arga sebagai publik figur, tentu saja mereka akan mencari tempat yang sedikit lebih privasi.
Arga akhirnya menemukan sebuah restoran di mana ia bisa memesan sebuah ruangan hanya untuk mereka berdua agar terhindar dari tatapan orang lain. Turun dari mobil, pria itu mengenakan topi, kacamata, dan juga masker hitam. Diikuti oleh Nat, yang berjalan di samping pria itu.
Setelah masuk ke dalam ruangan, pelayan datang dan mereka menyebutkan menu yang akan menjadi hidangan mereka sore ini.
"Saya akan vakum dari dunia entertain. Enggak nyanyi atau akting lagi. Mungkin, setelah ini saya bakal sibuk dengan syuting untuk film terakhir saya sebelum vakum."
"Sibuk syuting?"
"Iya." Tidak tahu mengapa Arga menceritakannya pada Nat. "Setelah vakum dari dunia entertain, saya akan bekerja di perusahaan bapak saya."
Nat termenung mendengar apa yang diucapkan oleh Arga. Tidak menyangka jika pria yang ia sukai akan berhenti dari dunia entertain dan mulai bekerja di perusahaan.
"Berarti Mas Arga bakalan sibuk? Biasanya kelar syuting sampai berapa lama?"
"Dua atau tiga bulan."
Sekali lagi Nat tertegun mendengar jawaban yang ia dengar dari Arga. Dua atau tiga bulan bukanlah waktu yang singkat. Sementara waktu yang ia butuhkan untuk membawa calon suami ke keluarganya tidak lama lagi. Nat dilema. Jujur saja, ia sudah menyimpan rasa sayang dan sedikit-sedikit sudah menumbuhkan cinta untuk pria di hadapannya.
Jika Arga akan disibukkan dengan pekerjaannya, maka intensitas pertemuan mereka pun akan singkat, dan Nat tidak memiliki banyak waktu untuk membuat Arga jatuh cinta.
"Kenapa melamun?" Arga melambaikan tangannya di depan wajah Nat, membuat gadis itu tersadar dari lamunannya.
Andai saja tidak ada pantangan di dalam keluarganya, mungkin saja Nat masih memiliki banyak waktu untuk membuat Arga jatuh cinta. Apa ia jujur saja pada Arga tentang dirinya yang menginginkan pria itu untuk menikahinya? Perang batin bergejolak, membuat gadis itu tanpa sadar kembali melamun.
"Hei."
"Ah?" Nat tergagap kemudian menggelengkan kepalanya sambil tersenyum kecil. "Enggak apa-apa, Mas."
"Kalau ada apa-apa, cerita sama saya. Kamu ada masalah?"
Nat menatap dalam manik mata Arga. Bibirnya terbuka ingin berucap dan mengatakan yang sejujurnya agar Arga bisa berpikir lebih lama lagi, namun pelayan sudah datang dan menghidangkan menu yang mereka pesan.
Nat tidak melanjutkan apa yang ingin ia katakan. Keduanya akhirnya makan dengan tenang menikmati hidangan sore hari. Nat mungkin akan berbicara dengan Arga di tempat yang sepi.
![](https://img.wattpad.com/cover/247403315-288-k721893.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
KEJAR TARGET (sequel Dilema Istri Kedua)
RandomCover bye @aimeeAlvaro Nathalya Silvia. gadis cantik 24 tahun ditinggal menikah oleh kekasihnya tanpa kepastian. Keluarga Nat--sapaan akrabnya-- yang masih percaya mitos di keluarga besar mereka mendesak Nat untuk segera menikah dan mencari suami...