54

2.8K 709 29
                                    


Bab 54

Satu hal yang membuat Nat tersenyum pagi-pagi sekali saat membuka kelopak matanya adalah pemandangan wajah tampan suaminya dengan kelopak mata terpejam.

Tubuh panas mereka menempel hingga membuat perempuan yang sudah menjadi wanita dewasa itu yakin jika apa yang terjadi semalam bukanlah mimpi.

Nat menarik diri dari pelukan Arga kemudian mencium bibir suaminya yang masih terpejam.

Suaminya bergerak sedikit yang mungkin terganggu dengan ciumannya, membuat Nat sedikit tegang. Takut jika apa yang dilakukannya akan ketahuan. Beberapa detik menunggu, pria itu tidak juga membuka kelopak matanya membuat Nat tanpa sadar mendesah lega.

Tersenyum kecil, wanita itu turun dari tempat tidur dan memungut pakaiannya kemudian dengan hati-hati melangkah ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

Tubuh bagian bawahnya terasa nyeri, sementara tulang-tulangnya juga seperti akan remuk.

Setelah membersihkan diri dan mandi, wanita itu melangkah keluar dengan pakaian lengkap. Melihat ke tempat tidur, suaminya masih terlelap, Nat kemudian keluar dari kamar. Ia merapikan sisa-sisa tadi malam yang belum sempat dirapikan sebelum akhirnya memutuskan untuk memasak dengan bahan-bahan yang tersedia di dalam kulkas.

Tepat pada pukul 07.30 menit, Nat tersenyum puas setelah berhasil menyiapkan sarapan yang akan dihidangkan  nanti.

Wanita itu kemudian mencuci piring agar mengurangi pekerjaannya saat selesai sarapan nanti. Saat sedang sibuk, tiba-tiba sebuah lengan hangat melingkar di pinggangnya, membuat wanita itu terkejut dan menoleh ke belakang hanya untuk melihat senyuman suami yang menyambutnya.

"Mas Arga sudah bangun? Sudah mandi juga."

Wanita itu dapat melihat rambut basah suaminya dengan mata cerah tersenyum manis padanya.

"Selamat pagi," sapa pria itu. Tidak lupa ia juga mendaratkan kecupan di bibir sang istri, membuat rona merah menjalar di pipi Nat.

"Mas," tegurnya malu.

"Jangan malu-malu. Kita berdua bahkan melakukan hal yang lebih dari ini."

Bibir wanita itu mengerucut penuh senyum saat mendengar apa yang diucapkan oleh suaminya.

"Mas duduk aja dulu. Aku cuci piring sebentar, nanti setelah selesai kita sarapan bersama."

"Enggak apa-apa. Kamu lanjut aja cuci piringnya, aku tunggu di sini."

Bukannya pergi, pria itu masih tetap melingkarkan kedua tangannya di perut sang istri, sambil menyandarkan dagunya di bahu Nat. Sungguh, hal yang paling menyenangkan saat bangun dari tempat tidur adalah melihat punggung seorang wanita yang sudah sah menjadi istrinya berada di dapur.

Tidak bisa mengusir suaminya, Nat hanya bisa membiarkan Arga tetap memeluknya dari belakang, dan pergi ke mana pun ia melangkah.

Baru setelah selesai mencuci piring dan menyusunnya dengan rapi di rak penyimpanan, barulah mereka duduk untuk sarapan bersama.

Arga mengambil posisi duduk tepat di sebelah istrinya, kemudian meminta Nat untuk mengisi piringnya dengan nasi goreng pedas yang merupakan favoritnya, dicampur dengan udang goreng dan sepotong paha ayam dibuat dengan bumbu manis.

Pria itu tersenyum manis. Dalam waktu dekat, ia tidak akan syuting iklan ataupun film yang mengharuskannya untuk menjaga pola makan agar tubuhnya tetap proporsional. Sekarang, ada istri yang memasak makanan enak untuknya, tentunya ia tidak akan menyia-nyiakannya dengan alasan diet.

"Hari ini kita menghabiskan waktu berdua di apartemen. Besok baru pulang ke rumah."

Nat melebarkan kelopak matanya saat mendengar kata rumah yang disebutkan oleh suaminya.

Dirinya baru ingat jika mereka pamit pada orang rumah untuk makan malam di luar. Tapi, sekarang mereka justru bermalam di apartemen yang pasti akan membuat cemas keluarga.

"Mas--"

"Tenang aja. Aku udah izin sama mami dan papa dari kemarin. Enggak akan kenapa-napa."

Pria itu dengan lembut mengusap kepala istrinya.
Saat ini mereka sedang berada di ruang tengah dengan televisi menyala yang menayangkan adegan pertempuran dari beberapa orang dengan monster.

Film yang dipilih adalah film jenis Hollywood yang juga merupakan film favorit Arga dan Nat. Pria itu juga sedikit terkejut saat mengetahui jika istrinya ternyata menyukai film dengan genre action saat ia bertanya rekomendasi film apa yang cocok untuk mereka tonton seharian ini.

"Aku kira kamu bakalan suka dengan film yang genrenya romantis," kata Arga pada istrinya.

"Enggak. Enggak tahu kenapa aku kurang suka kalau mau nonton film seperti itu. Palingan aku suka yang action, komedi, atau mungkin horor," jawab Nat.

"Istriku berarti bukan perempuan penakut."

"Aku enggak takut dengan hal-hal mistis. Bagiku, hal mistis itu cuma ada di film ataupun fantasi manusia." Wanita itu tersenyum dan merebahkan kepalanya di dada sang suami. "Mas kalau ambil film biasanya ambil genre apa aja?"

"Horor dan action. Kalau romantis aku kurang suka. Soalnya banyak adegan skinship."

"Kenapa Mas enggak mau? Padahal, biasanya laki-laki paling suka kalau bersentuhan dengan perempuan."

Sengaja ia menguji untuk mendengar apa jawaban dari suaminya. Nat menantikan ini dengan perasaan yang cukup penasaran.

"Aku enggak mau kalau ada adegan kissing. Kalau pelukan masih normal mungkin. Tapi, kissing, aku cuma mau sama perempuan spesial, bukan sembarangan perempuan."

Pria tersenyum manis dan mengeratkan pelukannya pada sang istri. Sesekali ia akan mengecup pipi dan kening istrinya yang membuat jantung wanita itu berdebar terus menerus.

Hari ini Nat dan Arga  menghabiskan waktu hanya berdua di apartemen sebelum mereka memutuskan untuk pulang ke rumah keesokan harinya.

Saat sampai di rumah, senyum usil Kello menyambut mereka di depan pintu utama.

"Gimana, Bang? Berapa ronde?" Kello menaik turun alisnya, membuat Arga segera melayangkan pukulan di pundak sang adik.

"Anak kecil mau tahu aja urusan orang dewasa."

"Aku bukan anak kecil lagi." Kello cemberut menatap tidak senang dengan apa yang diucapkan oleh kakaknya. "Aku sudah dewasa," lanjutnya bangga.

"Tapi kelakuannya masih seperti anak TK," balas Arga dengan suara merdunya.  "Udah sana, nyingkir. Mbak kamu mau pergi ke kantor. Nanti kalau dia kesiangan dimarah sama papa, kamu yang bakalan Abang jadikan kambing hitam."

Pagi-pagi sekali mereka sudah pulang ke rumah bahkan matahari belum muncul. Anehnya, saat mereka menekan bel, yang membuka pintu utama bukanlah asisten rumah tangga melainkan adiknya sendiri, Kello.

Mendapat peringatan dari kakaknya, Kello segera menyingkir sambil menatap rambut basah Nat dan Arga. Pemahaman diam-diam muncul di benaknya, membuat pemuda itu tersenyum penuh arti.

"Oke, sekarang aku paham."

Kello berbalik pergi meninggalkan Nat dan Arga yang saling menatap tidak mengerti dengan apa yang diucapkan oleh adiknya itu. Namun, beberapa detik kemudian ekspresi wajah Arga berubah saat menyadari apa yang dimaksud oleh adiknya.

"Arkello Sanjaya!"

"Argano Sanjaya, masih pagi kamu sudah berteriak!"

Terdengar sahutan saat Arga berteriak. Siapa lagi jika bukan maminya yang sedang berada di dapur. Arga segera menarik Nat untuk menuju lantai atas menghindar dari omelan yang sebentar lagi pasti akan terjadi.








KEJAR TARGET (sequel Dilema Istri Kedua)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang