3. Argano Sanjaya

3.5K 801 53
                                    

Argano Sanjaya.

Sebuah nama yang terdiri dari dua kata yang sebenarnya tidak mengandung makna apa-apa. Kata papanya dulu, beliau memberi nama Argano karena memang suka dan Sanjaya adalah nama belakang Bima Sanjaya, yang tak lain adalah papanya Arga.

Pria yang sudah memasuki usia 27 tahun itu baru saja turun dari mobil dan berniat masuk ke dalam rumah. Arga sendiri tidak memberitahu orang rumah jika ia akan pulang hari ini. Jadinya, ia berniat untuk memberikan kejutan pada orang rumah, terutama mami dan kedua adik kembarnya. Namun, saat ia akan melangkah masuk menuju pintu utama, tiba-tiba sebuah sepatu melayang ke arahnya. Beruntung Arga bisa menghindarinya tepat waktu. Jika tidak, kemungkinan wajahnya bisa saja lebam.

"Wow!" seru Alana. Tubuhnya berlari keluar dari pintu nyaris melewati Arga begitu saja. Namun, gerakan Arga yang tangkas segera menahan kerah baju adiknya itu.

"Bang Arga?" seru Alana terkejut. "Kapan Abang pulang? Kok, aku enggak dengar suara Abang? Apa Abang jalan kaki?" cercanya. Sesekali gadis kecil itu menatap ke dalam rumah dan melihat maminya sedang melangkah ke arah mereka dengan wajah marah. "Lepas, Bang!" Alana berusaha bergerak untuk menjauhkan tubuhnya dari jangkauan kakaknya.

"Kamu buat ulah apalagi hari ini?" tanya Arga. Tangannya yang semula menarik kerah belakang Alana kini berganti untuk merangkul pundaknya. Tinggi Alana yang hanya sebatas perutnya membuat Arga dengan mudah menahan sang adik.

"Ini dia." Nia tiba di hadapan Alana kemudian menarik lengan putrinya itu. "Sekarang kamu bersihin kamar kamu yang berantakan itu. Semua mainan dikeluarkan dari kamar biar rapi. Kalau enggak, Mami akan buang semua mainan itu dan kamu Mami hukum enggak kasih uang jajan."

Nia mengancam Alana dengan serius. Pasalnya ia baru saja memasuki kamar putrinya itu, dan melihat kamar anak gadisnya itu begitu berantakan. Tidak seperti kamar Alea yang begitu bersih, rapi, serta harum. Kamar Alana justru mirip seperti kandang babi, menurut Nia.

"Iya, Mi. Tapi, nanti aja ya aku merapikannya. Aku mau pergi keluar dan main sebentar."

"Enggak ada pergi keluar dan main sebentar, Alana. Mami maunya sekarang!" Wanita itu berteriak di akhir kalimat membuat Alana segera bergegas berlari masuk ke dalam kamarnya sebelum maminya menambah oktaf suaranya.

Nia menghela napas kemudian beralih menatap Arga yang saat ini terkekeh menatapnya.

"Enggak usah ketawa-ketawa, kamu Argano. Nakalnya Alana pasti turun dari kamu," ujar Nia sambil mendengus.

"Aku anak baik, kok, Mi. Enggak pernah nakal." Arga kemudian memeluk wanita yang sudah dianggap seperti ibu kandungnya sendiri. "Miss you, Mami."

"Masih ingat kamu pulang ke rumah? Ingat, ya, Argano Putranya Bima Sanjaya, kamu Mami izinkan untuk masuk ke dunia entertain, dan jangan sampai lupa dengan keluarga sendiri karena kesibukan kamu. Pastinya juga kamu udah harus cari jodoh. Lihat umur kamu yang sudah 27 tahun ini. Kamu udah tua, dan Mami belum pernah melihat kamu bawa pacar ke rumah."

Arga diam-diam berdecak dalam hati mendengar omelan maminya. Jika waktu masih sekolah dulu, sang mami selalu mengomelinya karena terlalu nakal dan suka ikut tawuran, kini maminya mengomelinya dengan topik yang berbeda. Apalagi jika soal pacar ataupun ia harus selalu rajin pulang ke rumah.

"Aku nanti nikah kalau udah umur 50 tahun, Mi."

Sahutan santai dari Arga sontak saja membuat Nia mendelik.

"Enggak usah menikah sekalian. Kamu ini, ngomong kok enggak dijaga."

Keduanya kemudian melangkah masuk ke dalam rumah dan menemukan Alea yang saat ini sedang menonton berita di televisi.

"Daripada kamu nonton berita, mending kamu lihat Abang nyanyi di TV, Lea," ujar Arga pada adiknya.

"Abang." Alea yang tahu suara kakaknya menoleh. Gadis kecil itu melempar senyum manisnya kemudian beralih menatap berita lagi. "Dengan menonton berita, kita bisa menambah wawasan," tambahnya.

"Iya-iya, deh yang jenius," ujar Arga menggoda Alea.

Pria itu kemudian mendudukkan dirinya di samping Alea dan ikut menonton berita. Sementara Nia saat ini sedang berada di dapur untuk mempersiapkan makan malam mereka. Berhubung malam ini Arga ada di rumah, wanita itu berniat untuk memasak makanan kesukaan anak sulungnya itu.

Tak lama kemudian, Jillo datang bersama istri dan anak-anaknya. Melihat keponakannya yang lucu dan menggemaskan, Arga segera mengambil alih Alvaro dari Jillo.

"Keponakan paman, makin ganteng aja." Pria itu dengan gemas mencubit pipi sang keponakan, kemudian menciumnya.

Tak lama setelah itu, Alana yang sudah selesai merapikan kamarnya, segera ikut bergabung dengan yang lain. Gadis kecil itu sudah memindahkan semua mainannya ke dalam ruang bermain yang dibuat khusus untuk mereka.

"Kalau Alvaro itu menggemaskan, harusnya Bang Arga segera menikah. Biar bisa punya anak sendiri," ucap Alana, membuat Arga mendelik sebal.

"Alana, udah, deh, enggak usah kayak Mami. Lagi pula kamu ini masih anak kecil, kok bahas nikah sama orang dewasa," gerutu Arga tidak terima. Siapa yang mau menerima omelan dari anak yang usianya bahkan belum genap 10 tahun itu, ujar batin Arga.

"Aku ini calon penerus mami. Jadi, sebagai anak yang baik, aku akan support Bang Arga untuk menikah." Alana tersenyum lebar, membuat wajah Arga semakin cemberut dibuat adiknya.



KEJAR TARGET (sequel Dilema Istri Kedua)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang