Nat memang jarang diajari oleh mamanya untuk memasak. Namun, bukan berarti ia tidak bisa memasak. Neneknya lah, wanita yang selalu mengajari Nat dalam memasak beberapa menu makanan.
Jujur saja, Nat selalu dimanjakan oleh orang tua dan kakaknya karena ia merupakan satu-satunya anak perempuan. Namun, bukan berarti Nat lepas tanggung jawab sebagai seorang perempuan untuk urusan dapur. Neneknya selalu berkata padanya, setinggi apa pun pendidikan wanita, sebagus apa pun karirnya dalam pekerjaan, urusan dapur dan perut tetap adalah urusan wanita. Jika kelak Nat menikah, neneknya berharap kalau Nat lah yang memasak. Bukan asisten rumah tangga yang di sewa. Cara membuat suami semakin mencintai istrinya adalah lewat makanan. Entah benar atau tidak, Nat juga tidak tahu karena itu merupakan wejangan dari neneknya.
Gadis itu selesai menata makanan ke dalam kotak makanan dan tersenyum lega.
Setelah itu ia mengangkatnya dan melangkah keluar dari pintu apartemen miliknya menuju apartemen milik tetangga depan.
Nat menarik napas beberapa kali, dan menghembuskannya perlahan, sebelum akhirnya ia menekan bel beberapa kali. Namun, tidak ada sahutan dari dalam.
"Sabar," gumamnya.
Nat kemudian menekan kembali bel apartemen hingga beberapa kali sambil berharap agar pria yang mungkin saat ini sedang terlelap segera membuka pintu.
Tak lama kemudian pintu terbuka dan muncul sosok pria dengan wajah kuyu serta rambut yang acak-acakan dan diperkirakan jika Arga sepertinya baru saja bangun tidur.
"Ada apa?" Arga menggaruk kepalanya yang gatal sambil menatap Nat dengan mata menyipit. Maklum saja ia masih mengantuk saat suara bel berbunyi terus menerus.
"Saya mau antar Mas Gaga makanan ini." Nat mengangkat kotak makanan.
"Oh, terima kasih."
Tangan pria itu terulur untuk mengambil kotak dari tangan Nat. Namun, segera dijauhi oleh gadis itu.
Arga mengangkat sebelah alisnya menatap bingung pada reaksi dari gadis di depannya.
"Biar saya yang menyiapkan makanan untuk Mas Gaga. Boleh saya masuk?" izinnya, menatap Arga dengan tatapan polos.
Arga berpikir sejenak sebelum akhirnya ia menggeser tubuhnya untuk membiarkan gadis dengan tinggi sebahunya itu masuk. Baru setelah itu ia mengunci pintu dan menuju sofa ruang tengah yang langsung menghadap ke arah layar televisi.
"Dapurnya yang itu. Kelihatan 'kam?"
"Kelihatan, kok, Mas. Cuma beberapa langkah dari sini." Nat menggeleng kepalanya kemudian melangkah menuju dapur yang memang terletak tepat di samping ruang tengah.
Sementara Arga sendiri merebahkan tubuhnya di atas sofa dan berniat untuk lanjut tidur. Ia sungguh mengantuk karena tadi malam ia sempat membuat lirik lagu yang terus diulang.
Sementara, Nat sendiri saat ini sedang menatap ke arah dapur yang berantakan karena ada banyak bekas piring dan gelas kotor belum dicuci.
Arga memang tidak menyewa asisten rumah tangga tetap untuk membersihkan apartemennya. Hanya meminta Bibi yang bekerja di rumahnya untuk membersihkan apartemennya seminggu sekali. Hal ini dilakukan karena beberapa kali asisten rumah tangga yang dipekerjakan olehnya ketahuan mencuri barang miliknya. Ini tentu saja membuat Arga jera dan memilih asisten rumah tangga kepercayaan maminya yang sudah bekerja bertahun-tahun di kediaman mereka.
Nat langsung mencuci piring dan merapikan dapur milik Arga terlebih dahulu. Setelah dapur dibersihkan, gadis itu segera menata hidangan yang ia buat ke dalam beberapa wadah yang ia temukan.
Ini adalah jenis lauk makanan sederhana yang diajari oleh neneknya.
Saat akan mengambil nasi ke dalam rice cooker, ternyata isinya kosong, membuat Nat bergegas untuk memasak terlebih dahulu.
Sambil menunggu nasi matang, Nat melangkah keluar dari dapur dan menghampiri ruang tengah di mana Arga berada.
Terlihat Arga yang merebahkan tubuhnya di atas sofa dengan mata terpejam. Nat memerhatikan bulu mata pria itu yang terlihat panjang saat memejamkan mata. Sementara bibirnya terlihat pas untuk ukuran bibir seorang pria yang memiliki wajah putih tampan seperti Arga.
Nat terus memerhatikan wajah Arga dengan lekat hingga tiba-tiba kelopak mata pria itu terbuka dan tatapan mereka berdua akhirnya bertemu.
"Sudah puas menatap wajah saya?"
Nat yang berdiri di kaki sofa sedikit mundur saat Arga tiba-tiba membuka matanya. Gadis itu sedikit gelagapan sebelum akhirnya ia menenangkan diri.
"A-aku enggak lihat Mas Gaga, kok. Tadi niatnya mau bangunin Mas Gaga karena mau bilang kalau nasi baru saya masak. Iya, begitu."
Nat menggaruk kepalanya canggung saat Arga memicingkan mata menatap ke arahnya curiga.
"Beneran. He-he."
"Ya sudah kalau begitu." Arga kembali merebahkan tubuhnya. "Kamu enggak ada niat untuk pulang?"
Bukan apa-apa, Arga hanya sedikit risih karena ada seorang perempuan yang berada di dalam apartemen miliknya. Tidak ada wanita asing yang pernah bisa masuk ke dalam ranah pribadi miliknya selain Nat.
"Kalau begitu saya bantu Mas Gaga beres-beres ruangan dulu, ya? Soalnya ruangan Mas-nya agak berantakan."
"Enggak perlu. Nanti akan ada Bibi yang datang seminggu sekali buat bantu beres-beres."
Itu benar yang dikatakan oleh Arga. Pria itu memang tidak mempercayai orang lain untuk membersihkan apartemen miliknya selain asisten rumah tangga yang bekerja di rumahnya. Arga cukup trauma karena beberapa kali ia mempekerjakan orang asing yang membuat masalah. Entah mencuri barang miliknya, pekerjaan yang tidak beres, atau bahkan sengaja mengambil fotonya secara diam-diam kemudian disebarkan ke internet. Hal itu tentu saja membuat Arga memilih untuk meminta tolong pada asisten rumah tangga yang sudah lama bekerja di rumahnya untuk membantu merapikan apartemen miliknya.
"Enggak apa-apa, kok, Mas. Saya juga enggak terlalu sibuk." Nat berbalik kemudian mengambil sapu untuk membersihkan ruangan yang memang terdapat debu dan juga ceceran bungkus cemilan di atas meja dan bawah meja bekas Arga tadi malam.Sementara Arga yang memang acuh membiarkan saja Nat melakukan apa yang ia mau. Mumpung ada orang yang mau dengan sukarela membersihkan apartemennya, Arga tidak masalah, pikir pria itu. Ia kemudian melanjutkan tidurnya kembali karena memang ia masih mengantuk.

KAMU SEDANG MEMBACA
KEJAR TARGET (sequel Dilema Istri Kedua)
SonstigesCover bye @aimeeAlvaro Nathalya Silvia. gadis cantik 24 tahun ditinggal menikah oleh kekasihnya tanpa kepastian. Keluarga Nat--sapaan akrabnya-- yang masih percaya mitos di keluarga besar mereka mendesak Nat untuk segera menikah dan mencari suami...