20: Terang-terangan

3K 665 36
                                    

Langkah pertama yang harus diambil oleh seorang perempuan jika ingin memikat pria yang diinginkannya adalah dengan cara memberikan perhatian dari yang kecil hingga yang besar. Kemudian, menunjukkan keahlian yang dimiliki oleh si perempuan agar bisa membuat sang pria terpesona.

Langkah pertama sudah dilakukan oleh Nat. Memberikan makanan, membersihkan dapur, dan bersikap akrab dengan adik serta keponakannya itu telah dilakukan oleh Nat.

Kemudian, langkah kedua adalah dengan cara menunjukkan bakat memasaknya. Hal inilah yang sedang dilakukan Nat di dapur milik pria itu.

Perempuan cantik itu tengah memasak makan malam untuk Arga, adik-adiknya, dan kedua keponakannya.

Hal ini merupakan permintaan dari Alana yang menginginkan masakan tangan dari Nat langsung.

"Anggap aja ini sebagai ujian buat Kak Nat cocok atau enggak buat jadi ibu rumah tangganya Bang Arga."

Itu adalah sepenggal kalimat dari Alana yang membuat Nat sedikit malu. Apalagi diam-diam tadi ia sempat kepergok oleh pemilik mata tajam yang tak lain adalah Arga sedang meliriknya.

"Alana memang permintaannya aneh-aneh. Apa pun yang di omong sama dia, jangan diambil hati," kata Arga saat mereka berdua berada di dapur. Arga tentu saja membantu Nat membersihkan bahan-bahan yang perlu dibersihkan.

"Mas Gaga punya pacar?"

Arga sedikit terkejut mendapat respon yang berbeda dari gadis di sebelahnya. "Saya enggak punya pacar."

"Kalau perempuan yang lagi pdkt?"

"Saya juga enggak punya." Arga menatap Nat heran. "Kenapa memangnya?"

Nat meletakkan pisau di atas talenan kemudian beralih menatap Arga.

"Jujur aja sejak awal saya sudah tertarik dengan mas Gaga dan beberapa minggu ini saya berpikir untuk mendekati Mas Gaga. Makanya sebelum itu saya bertanya dulu apa Mas Gaga memiliki kekasih. Syukurlah ternyata Mas Gaga masih single."

Arga dibuat tertegun dengan penuturan jujur dari gadis di depannya ini. Terlalu blak-blakan dan tiba-tiba sehingga Arga tidak tahu harus merespon dengan cara seperti apa.

"Kamu apa tadi?"

Arga menggaruk telinganya yang tiba-tiba terasa gatal. Ditatapnya dengan intens gadis di depannya yang saat ini sedang menunduk dengan malu-malu.

Tolong, Jangan menambah daftar perempuan yang menyukainya karena Arga tidak akan sanggup lagi untuk menampungnya.

Arga kira Nat berbeda dengan gadis yang lain dan tidak akan menyukainya. Tapi, ternyata, sama saja. Pesonanya memang bisa membuat banyak orang jatuh cinta, pikir Arga.


"Saya suka dengan Mas Gaga. Mas, boleh membiarkan saya untuk mendekati Mas? Siapa tahu Mas bisa membuka hati untuk saya," balas Nat. Gadis itu mendongakkan kepalanya menatap Arga yang terlihat terbengong di depannya.

"Kamu suka saya?" ulang Arga. "Tapi, maaf, banyak perempuan juga yang mengaku suka dengan saya, bukan hanya kamu saja. Hasilnya, mereka enggak bisa mendapatkan hati saya."

"Kenapa bisa begitu? Apa Mas sudah mempunyai perempuan lain di hati Mas?"

Arga menggeleng sebagai jawaban.

"Punya trauma dengan perempuan?"

Lagi, Arga menggelengkan kepala sebagai jawaban.

"Lalu?"

"Saya memang enggak berniat untuk menjalin hubungan dengan siapapun dari dulu. Jadi, kamu bisa buang rasa suka kamu untuk saya karena saya enggak akan bisa membalasnya."

Arga berbicara blak-blakan seperti apa yang sering ia lakukan pada para perempuan yang sering mendekatinya. Arga tidak ingin membangun harapan mereka yang akan berakhir dengan sia-sia.

Terlihat, Nat menundukkan kepalanya sambil berpikir apakah ia harus maju atau mundur untuk mendapatkan hati Arga. Namun, menurutnya, Arga berbeda dari laki-laki lain yang akan langsung menyukainya hanya melihat paras cantiknya. Sepertinya juga, pria di hadapannya adalah tipe pria yang tidak mudah jatuh cinta dan pastinya setia. Tidak seperti Riko, yang sudah mengkhianatinya.

"Saya akan tetap berjuang untuk mendapatkan hati Mas Gaga. Saya enggak peduli kalau Mas Gaga menganggap saya perempuan seperti apa. Tapi, yang pasti, saya suka dengan Mas Gaga," ujar Nat tegas.

Gadis itu semakin merasa tertantang dan bertekad untuk mendapatkan Arga. Selain karena laki-laki di depannya sepertinya adalah tipe pria yang setia dan tidak mudah jatuh hati pada perempuan, Arga juga adalah sosok yang mengayomi. Terbukti, bagaimana ia memperlakukan adik serta keponakannya yang memiliki karakter berbeda.

Nat menata hidangan yang sudah ia masak di atas meja. Kemudian, dengan cekatan ia mulai mengisi piring-piring dan meletakkannya di hadapan semua yang berada di meja makan tersebut.

"Jangan lupa baca bismillah sebelum makan. Nanti kalau lupa baca doa, ada hantu di dekat kalian yang menjatuhkan liurnya di dalam makanan kalian. Mau kalian seperti itu?" Arga menatap adik dan keponakannya secara bergantian. Kemudian ia menyunggingkan senyum sinis saat melihat raut wajah jijik Alana dan Clara.

"Idih! Uncle, kita mau makan, dan harap jangan ngomong yang jorok-jorok." Clara mendengus sambil menatap pamannya dengan kesal. Begitu juga dengan Alana yang saat ini sudah mengerucut bibirnya.

"Dasar Bang Arga jelek. Aku aduin ke mami, tahu rasa."

"Dasar Alana, suka ngadu," balas Arga.

"Biarin." Alana mamelet lidahnya menatap Arga dengan penuh kemenangan.

"Sudah. Ayo, kita makan dulu. Nanti makanannya keburu dingin. Jangan lupa untuk berdoa sebelum makan," lerai Nat.

Mereka kemudian makan dengan memulai membaca doa terlebih dahulu.

Sambil menyantap makanannya, Nat menatap semua orang yang berada di meja makan dan diam-diam ia tersenyum senang membayangkan jika anaknya dan Arga akan secantik dan menggemaskan seperti adik dan keponakan pria itu.

KEJAR TARGET (sequel Dilema Istri Kedua)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang