Bab 50
Langit belum terang saat Nat mengantar Arga di pintu depan rumah yang akan memasuki mobil.
Subuh tadi mereka terbangun dengan Nat berada dalam pelukan Arga. Hal pertama yang dirasakan tentu saja canggung. Namun, bagi Nat tentu saja ia akan membiasakan diri. Setelah bangun tidur dan merapikan tempat tidur, perempuan itu juga mempersiapkan pakaian serta bekal sarapan yang akan dibawa oleh Arga ke lokasi syuting.
Beruntung semua bahan makanan ada sehingga membuat Nat tidak sulit untuk memilih bekal yang akan disantap oleh suaminya.
Nat melambaikan tangannya pada Arga yang menurunkan kaca mobil sambil melempar senyum manis mengantar kepergian suaminya mencari nafkah. Setelah itu ia masuk ke dalam dan mengunci pintu utama lalu pergi ke dapur.
"Masih subuh, Nat. Mendingan kamu tidur aja lagi," ujar Nia.
Karena sudah terbiasa, Nia juga ikut bangun dan hafal dengan jadwal putranya. Wanita itu juga menonton saat Nat memasak di dapur.
Saat melihat menantunya masuk ke dapur lagi, Nia langsung menegurnya.
"Enggak apa-apa, Mi. Aku mau bantu Bu Idah masak. Kalau udah bangun, aku susah kalau mau tidur lagi," ujar Nat, tersenyum.
"Ya udah kalau begitu. Mami masuk ke kamar lagi, mau lanjut tidur." Nia menguap. Andai saja ia tidak ingat jika Arga akan pergi ke lokasi syuting, mungkin ia tidak akan bangun.
"Iya, Mi."
Nia melambaikan tangannya pada Nat kemudian pergi ke kamarnya di mana sang suami sedang terlelap. Sementara Nat sendiri memilih untuk membuat sarapan pagi yang mungkin akan menjadi rutinitasnya setiap hari.
Tepat pada pukul 07.00 pagi, semua anggota keluarga sudah hadir di meja makan. Termasuk Nat.
"Wah, nasi gorengnya enak banget. Pasti ini Mbak Nat yang masak," komentar Alana, sambil mengacungkan kedua jempolnya. Gadis kecil itu baru saja mencicipi nasi goreng yang dibuat oleh kakak iparnya.
"Terima kasih. Kalau mau nambah, bilang aja. Nanti Mbak tambah."
"Iya, Mbak. Terimakasih." Alana tersenyum manis dan melanjutkan santapan nasi gorengnya.
"Oh, iya, Nat, kamu bisa kembali ke kantor lagi. Semua suratnya sudah diurus sama sekretaris papa," ujar Bima pada menantunya.
"Iya, Pa. Apa boleh kalau aku masuk besok?"
"Iya, enggak apa-apa." Bima mengangguk.
"Kenapa harus kerja, Nat? Mending di rumah aja kayak mami. Nanti kita tinggal menikmati hasil kerja keras suami," ujar Nia pada menantunya.
"Enggak apa-apa, Mi. Daripada nanti enggak ada kegiatan." Nat tersenyum. "Lagi pula, Mami juga punya usaha toko baju 'kan?"
"Salah." Nia menggeleng kepalanya. "Bukan cuma toko baju aja, tapi toko emas jangan lupa disebutkan," tambahnya.
"Iya, Mi. Toko emas dan toko baju." Nat tersenyum mengoreksi ucapannya yang salah.
"Ngomong-ngomong, kalau kamu mau main ke rumah Pak Dirman, pastikan kamu bawa Arga. Kalau enggak, kamu ketemu sama monster, enggak ada yang nolongin kamu."
Kelopak mata Nat bergerak dengan ucapan mami mertuanya. "Monster?"
"Monster yang mami maksud itu neneknya Bang Arga. Mbak Nat pasti pernah ketemu sama orangnya 'kan?" Kali ini Kello yang hampir menghabiskan sarapannya, buka suara.
"Oh." Nat mengulum senyum. "Aku udah ketemu sama neneknya Mas Arga."
"Benar 'kan?" Nia menatap Nat yang menganggukkan kepala sebagai respon. Pertama kali bertemu dengan wanita tua itu, Nat sudah tahu jika wanita bernama Ningrum itu suka mengatur hal-hal yang menurut pendapatnya sendiri adalah hal baik.
Siang harinya, Nat tersenyum puas setelah selesai memasukkan nasi beserta lauk ke dalam wadah makanan yang akan dibawanya ke tempat di mana lokasi syuting Arga berada.
Setelah menyiapkan hidangan cuci mulut, makanan utama, dan minuman, perempuan itu pamit pada Mami Nia untuk pergi mengendarai salah satu mobil Arga yang tentunya setelah ia izin lebih dulu pada wanita yang menjadi Mama mertuanya.
"Pakai aja, terserah mau pilih yang mana. Mobil Arga ya mobil kamu juga," tutur Nia saat itu.
Di sinilah Nat saat ini berada. Perempuan itu menatap gugup sebuah tempat yang dijadikan lokasi pengambilan beberapa adegan sesuai dengan alamat yang diberikan oleh Arga.
Membawa tote bag berisi makanan dan minuman, Nat turun dari mobil dan menghampiri gerbang yang tertutup setelah memarkirkan kendaraannya pada tempatnya.
Berhubung ini pengambilan film yang sangat serius, para penggemar tidak diperbolehkan untuk masuk ke lokasi. Jadi, Nat harus menunggu sebentar sebelum suaminya mengirim seorang asisten untuk menjemputnya.
Ehem. Suami. Rasanya cukup menyenangkan untuk menyebutkan kata suami, pikir perempuan itu.
Tak lama kemudian sesosok perempuan muda datang ke gerbang dan menatap ke arah Nat dari atas ke bawah berusaha mengingat ciri-ciri yang diberikan oleh Arga padanya.
"Mbak Nat?"
Nat tersenyum kecil menatap perempuan yang lebih muda darinya. Perempuan itu menganggukkan kepalanya dan mengkonfirmasi jika memang dirinya adalah Nat.
"Saya udah bilang sama Mas Arga kalau saya mau ke sini," katanya, pada gadis muda itu.
"Iya, Mbak. Bang Gaga juga yang minta aku supaya datang jemput Mbak di depan sini."
Gadis yang tidak lain adalah Melly, asisten Arga segera memberi kode pada satpam untuk membuka pintu gerbang.
Baru setelah pintu gerbang terbuka dan Nat bisa masuk, Melly kemudian memperkenalkan dirinya.
"Aku Melly, Mbak. Asistennya Bang Gaga. Selain aku, ada kakak kembar aku juga Miko, asistennya Bang Gaga."
Nat membalas uluran tangan Melly. "Saya Nathalya, bisa panggil saya Nat."
"Enggak bisa, Mbak. Tua Mbak dari aku. Enggak sopan kalau harus panggil nama."
Melly kemudian membawa Nat ke lokasi tempat di mana Arga sekarang berada.
Arga sendiri sedang menunggu adegan di dalam sebuah rumah besar yang terdapat banyak orang.
Pria itu tidak duduk sendiri melainkan ditemani oleh Lusi yang sudah beberapa kali berusaha untuk mendekati Arga, namun ditolak halus oleh pria itu.
"Bang, ini Mbak Nat." Melly segera menghampiri Arga diikuti oleh Nat. "Bawa bekal makan siang juga. Jadi, aku enggak perlu beli makanan di luar lagi ya, Bang."
"Beli aja untuk kamu dan Miko." Arga berdiri kemudian menghampiri Nat dan membawa istrinya ke kamar yang disediakan khusus untuknya beristirahat.
Ada kasur lantai tebal, dan peralatan Arga lainnya tergeletak di dalam kamar.
Nat yang melihat itu segera mengambil posisi duduk di atas karpet kemudian mulai menata makanan untuk makan siang suaminya.
"Mas, makan dulu."
Arga yang sejak tadi dia memperhatikan gerakan istrinya menoleh. "Kamu masak sendiri 'kan?"
Entah mengapa masakan Nat menjadi candu untuknya.
"Iya, Mas."
"Kamu sudah makan?"
Nat menggeleng kepalanya dengan jujur. Jujur saja setelah selesai masak ia langsung pergi ke lokasi tempat suaminya sekarang berada.
"Kalau begitu kita makan berdua."
Pria itu segera bangkit dan mengambil piring serta gelas untuknya dan sang istri. Keduanya makan dengan lahap di dalam kamar.
Sementara di luar diam-diam Lusi yang sejak tadi memperhatikan pertama kali perempuan itu datang dan menghampiri Arga, membuatnya merasa tidak suka. Mengapa perempuan itu bisa disambut baik oleh Arga sementara dirinya justru diabaikan? Batin Lusi meronta tidak terima.
![](https://img.wattpad.com/cover/247403315-288-k721893.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
KEJAR TARGET (sequel Dilema Istri Kedua)
SonstigesCover bye @aimeeAlvaro Nathalya Silvia. gadis cantik 24 tahun ditinggal menikah oleh kekasihnya tanpa kepastian. Keluarga Nat--sapaan akrabnya-- yang masih percaya mitos di keluarga besar mereka mendesak Nat untuk segera menikah dan mencari suami...