Bab 58
Arga menatap istrinya dari ujung kaki sampai ujung kepala. Kemudian, ia mulai mengelilingi tubuh istrinya dan memperhatikannya dengan cermat.
Pria itu baru saja tiba di rumah sore harinya dan mendapat kabar dari mami Nia jika istrinya mendapat bullying dari kantor. Ia yang mengetahui jika istrinya dibully, langsung datang untuk memeriksa tubuh istrinya. Tidak ingin jika sesuatu terjadi pada Nat. Jika ia menemukan sebuah luka, Arga berjanji akan memberi perempuan itu pelajaran.
"Aku enggak apa-apa, Mas."
Nat tersenyum menatap suaminya yang tampak khawatir.
"Beneran kamu enggak apa-apa? Enggak ada yang luka 'kan?"
Pria itu meletakkan kedua tangannya di pundak sang istri dan menatap matanya.
"Aku enggak apa-apa, Mas."
Arga memeluk Nat merasa lega karena istrinya tidak kenapa-napa.
"Kenapa bisa seperti ini? Cerita sama aku." Pria itu segera menarik istrinya dan duduk di sofa dalam kamar mereka. "
Nat kemudian mulai menceritakan apa yang terjadi padanya tadi saat di kantor. Nat tidak mengurangi atau melebihkan kalimatnya.
Sementara, duduk di sebelahnya Arga mendengar dengan cermat apa yang diucapkan oleh istrinya tentang kejadian tadi. Dalam hati, Arga tahu jika istrinya bukanlah tipe perempuan yang mudah ditindas dan ia merasa lega untuk tidak khawatir istrinya akan mendapat perlakuan tidak mengenakkan di luar.
"Kamu mau kerja di kantor aku aja? Jadi sekretaris aku. Gimana?"
"Enggak usah, Mas. Lagi pula aku sudah nyaman bekerja di kantor papa. Di sana juga enggak banyak yang tahu kalau aku ini menantunya Papa Bima Sanjaya, pemilik perusahaan." Nat tersenyum menatap Arga. "Mas sendiri bagaimana pekerjaannya di kantor?" tanyanya.
Menghela napas berat, pria itu bersandar pada sofa dan mengusap kasar wajahnya. "Berat," ucapnya setelah hening.
"Belajarnya pelan-pelan saja, Mas. Aku yakin Mas Arga pasti bisa."
"Amin. Terima kasih doa dan supportnya, Sayang." Pri itu kemudian merebahkan kepalanya di pundak sang istri. "Bapak bakalan ambil pensiun mungkin sekitar beberapa tahun lagi. Makanya sebelum aku ambil alih kepemimpinan, aku harus belajar lebih giat, biar enggak keteteran nanti."
"Iya, Mas. Pokoknya aku bakalan dukung Mas Arga."
Wanita itu mengusap kepala suaminya yang berbaring di pundaknya. Menoleh sejenak, dia mengecup kening suaminya.
"Kalau kayak gini lelahnya rasanya sudah hilang." Lengan Arga melingkar di pinggang sang istri dan merapatkan tubuh mereka. "Nanti malam kita ke rumah bapak. Bapak sama Ibu ngajak makan malam, sekaligus pengenalan formal kamu sebagai menantu di rumah," kata pria itu sedikit lesu.
Rasanya malas sekali kalau harus pergi ke rumah bapaknya. Apalagi kalau harus bertemu dengan neneknya yang selalu ingin mengatur tentang kehidupannya.
"Iya, Mas. Kita bawa apa mau ke rumah bapak?"
"Enggak usah bawa apa-apa. Semuanya udah ada di sana."
"Hmm." Nat mengangguk.
Malam ini Nat tampak cantik dengan balutan gamis berwarna cream yang diberikan oleh Mami Nia tadi sore. Sementara di sisi lain Arga hanya mengenakan kemeja hitam polos dipadukan dengan celana jeans hitam dibalut sepatu putih sebagai outfitnya malam ini.
Mami Nia bilang jika ia harus berpakaian agak tertutup untuk bertamu ke rumah keluarga bapak kandung Arga. Pasalnya, ada Ningrum yang pasti akan mencari celah untuk mengomentari Nat dengan sesuka hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KEJAR TARGET (sequel Dilema Istri Kedua)
SonstigesCover bye @aimeeAlvaro Nathalya Silvia. gadis cantik 24 tahun ditinggal menikah oleh kekasihnya tanpa kepastian. Keluarga Nat--sapaan akrabnya-- yang masih percaya mitos di keluarga besar mereka mendesak Nat untuk segera menikah dan mencari suami...