Bab 22Arga lupa jika kunci dan kartu apartemennya berada di dalam tas milik Miko yang dibawa oleh asistennya itu. Sementara untuk smart lock pintu apartemennya sedang bermasalah. Hal inilah yang membuat Arga akhirnya untuk diam di apartemen milik Nat terlebih dahulu.
Pria itu memegang cangkir berisi coklat hangat dengan selimut tipis yang menutupi sebagian tubuhnya. Beruntung mereka berhenti langsung di lobby dan masuk sehingga tidak ada drama pakaian basah.
"Hujannya semakin lebat. Mungkin nanti mas Miko akan mengantar kunci Mas Gaga kalau hujan sudah lega," ujar Nat. Gadis itu meletakkan setoples cookies agar bisa dinikmati oleh pria di depannya dengan secangkir coklat hangat.
"Iya. Tadi saya sudah menelponnya juga." Arga menyesap coklat hangat buatan Nat. "Kamu tinggal di apartemen ini sendiri?" Arga sudah memerhatikan dua kali masuk ke dalam apartemen ini dan hanya menemukan Nat sendiri.
"Enggak, Mas. Seminggu ini ada teman yang tinggal di apartemen bareng saya. Cuma sekarang dia lagi terjebak hujan dan masih ada di cafe. Mungkin sebentar lagi dia pulang," jelas Nat panjang lebar.
Mendengar penjelasan Nat, Arga menganggukkan kepalanya. Pria itu kemudian beralih menatap wajah Nat yang memang tampak cantik meski tidak mengenakan make up sama sekali. Lihat saja habis mandi, gadis itu tidak mengenakan apa-apa selain menyisir rambutnya dan memakai piyama tidur lengan panjang. Rambut hitamnya tergerai panjang di punggung. Arga terus memperhatikan wajah Nat sehingga membuat si empunya merasa gugup.
"Mas Gaga ngeliatin apa? Apa ada yang aneh dengan wajah saya?" Nat menyentuh pipinya yang memang masih dingin karena ia baru saja selesai mandi dan langsung menghampiri Arga di ruang tamu.
"Enggak."
Arga menggeleng kepalanya kemudian fokus menyesap coklat hangat miliknya. Sial, rutuk Arga karena memerhatikan Nat sedemikian rupa. Hal yang tidak pernah dilakukan Arga pada perempuan lain tentunya.
"Mas Gaga sudah makan?"
"Belum." Arga menjawab dengan jujur karena ia belum makan dari siang tadi. Terlalu sibuk dengan semua aktivitasnya ia sampai melupakan jadwal makan siangnya sendiri. Meski sudah beberapa kali diingatkan oleh Melly, Arga tetap lupa. Maklum saja, artis sibuk memang harus seperti ini, ujar batin Arga terkekeh.
"Kalau begitu saya masak sebentar untuk Mas Gaga sambil menunggu hujan reda. Kebetulan saya juga belum makan." Nat bangkit dari duduknya kemudian langsung pergi menuju arah dapur untuk memasak makan malam mereka.
Sementara Arga yang tidak enak tinggal sendiri di ruangan ini memutuskan untuk mengikuti Nat ke dapur guna melihat perempuan itu memasak. Ia duduk di atas kursi tinggi yang langsung menghadap ke arah mini bar dan dapur.
"Sepertinya kamu memiliki hobi memasak," celetuk Arga.
Pria itu memperhatikan bagaimana lincahnya Nat bergerak di dapur. Sepertinya Nat adalah tipe perempuan yang memiliki hobi memasak, pikir Arga.
"Bisa disebut seperti itu juga, Mas. Soalnya saya kurang puas kalau makan di restoran. Tahu saja, porsinya enggak memuaskan," aku Nat jujur.
Nat bersama kedua orang tua dan kakak-kakaknya jika ada acara penting memang mereka memutuskan untuk makan di restoran. Namun, jika tidak ada acara penting mereka lebih memilih untuk menghabiskan waktu untuk makan di warung makan. Sederhana, namun nyaman di perut.
Meski ia terlahir dari keluarga yang bergelimang harta, mereka tetap diajarkan untuk hidup sederhana.
"Saya boleh tanya sesuatu sama kamu?" tanya Arga sambil menatap Nat.
"Boleh, Mas. Mas mau tanya apa?"
"Kenapa kamu suka sama saya? Apa karena saya artis? Tampan? Terkenal? Hem, masih banyak lagi kelebihan saya lainnya."
"Mas mau tahu jawaban saya?"
"Iya."
Nat meletakkan pisau di atas talenan kemudian menatap Arga dengan tatapan serius. "Saya suka mas karena Mas adalah orang baik dan juga sayang sama keluarga. Terbukti dengan cara Mas memperlakukan adik dan keponakan Mas."
"Hanya karena itu? Hei, semua laki-laki juga baik kalau sama keluarga sendiri," sahut Arga ringan.
"Enggak juga, Mas. Intinya Mas Gaga itu orang baik." Nat berucap ringan. "Saya justru enggak tahu kalau Mas Gaga itu artis. Jujur saja, saya enggak mengerti dengan dunia hiburan sekarang. Baru tahu tentang Mas Gaga dari Sasha dan internet setelah beberapa kali kita bertemu."
"Kenapa kamu bisa yakin kalau saya orang baik? Kamu bahkan belum mengenal saya lebih dekat."
"Saya bisa melihat Mas Gaga orang baik dari gestur tubuh Mas Gaga sendiri. Mas sangat sabar menghadapi adik-adik dan keponakan Mas dan kesabaran seperti itu kadang enggak dimiliki oleh laki-laki yang punya adik atau keponakan."
Contohnya saja Bisma, kakak tertuanya yang akan marah atau mengadu pada kedua orang tua mereka, kalau Nat tidak menuruti keinginannya. Nicholas pun bukan tipe pria sabaran yang akan membujuk adiknya pelan-pelan jika adiknya keras kepala. Namun, berbeda dengan Arga yang akan membujuk dengan lembut dan penuh pengertian untuk meluluhkan kenakalan adik dan keponakannya.
"Oh, iya kamu bekerja di mana sekarang?" tanya Arga mengalihkan pembicaraan.
Pria itu canggung sendiri saat ada seorang gadis yang memujinya di depannya langsung.
Bukan apa-apa, biasanya, gadis-gadis hanya akan memujinya saja yang dianggap hanya bentuk basa-basi untuk menarik perhatiannya. Berbeda dengan Nat yang menatapnya dengan penuh binar.
"Saya bekerja di perusahaan yang letaknya enggak terlalu jauh dari sini." Nat kembali melanjutkan pekerjaannya. "Mas Gaga sendiri sudah lama jadi artis?"
"Enggak terlalu lama. Mungkin sudah tujuh tahun saya menggeluti dunia entertaint."
"Bekerja seperti itu apa sangat sibuk?"
"Sibuk. Cuma saya mencintai pekerjaan saya, dan saya senang menjalaninya."
Nat mengangguk mengerti dengan jawaban Arga.
"Mas Arga sendiri kenapa enggak mau pacaran? Walaupun jujur aja saya merasa senang karena mas adalah pria single. Tapi, saya cukup penasaran karena saya enggak menemukan gosip atau info tentang Mas yang punya pacar," ujar Nat panjang lebar.
Arga diam sambil menatap gerakan tangsn Nat yang begitu lincah memotong sayuran.
"Mas?" Gadis itu mendongakkan kepalanya saat tidak mendapat jawaban dari Arga.
Deg.
Tatapan keduanya bertemu membuat Nat segera menunduk dengan gugup.
"Selain Mami dan keluarga saya yang lain, saya enggak percaya perempuan lain."
"Kenapa bisa begitu? Mas Gaga pernah dikhianati sama pacar Mas?"
"Pernah ada yang menghianati saya, Tapi bukan pacar."
Iya, mamanya sendiri adalah pengkhianat yang sesungguhnya. Meski Arga sudah memaafkan sang mama, tetap saja rasa sakit hati dan kecewa serta trauma akan perempuan membuat Arga sulit untuk mempercayai adanya kesetiaan.
Tidak ingin bertanya lebih lanjut lagi dan takut akan membuat Arga tidak nyaman padanya, Nat tersenyum sambil menganggukkan kepalanya.
"Mas tenang saja. Saya enggak akan menghianati Mas Gaga kalau Mas Gaga bersedia membuka hati untuk saya," kata Nat menatap Arga tegas. "Karena saya sendiri pernah dikhianati oleh laki-laki. Saya tahu rasanya sakit sekali."
![](https://img.wattpad.com/cover/247403315-288-k721893.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
KEJAR TARGET (sequel Dilema Istri Kedua)
AléatoireCover bye @aimeeAlvaro Nathalya Silvia. gadis cantik 24 tahun ditinggal menikah oleh kekasihnya tanpa kepastian. Keluarga Nat--sapaan akrabnya-- yang masih percaya mitos di keluarga besar mereka mendesak Nat untuk segera menikah dan mencari suami...