44

2.6K 740 60
                                    


Bab 44

Tamu undangan yang semula hadir di acara akad nikah akhirnya memutuskan untuk pulang karena proses ijab qobul dilakukan tepat pada dua siang menjelang sore dan beberapa lagi memutuskan untuk diam dan menunggu menyaksikan acara ijab qobul. Hanya ada segelintiran tetangga, selebihnya yang tersisa adalah keluarga dari Rudi Herlambang serta Bima Sanjaya.

Para tamu yang pulang lebih dulu tentu saja diberikan souvenir dengan harga yang cukup mahal oleh keluarga Herlambang. Hal ini mereka lakukan agar para hadirin yang tidak sempat untuk melihat acara proses ijab qobul tidak begitu kecewa.

Setelah selesai mengurus semuanya, akhirnya ijab qobul diucapkan Arga dengan lantang dan disahkan oleh para saksi serta penghulu yang hadir.

"Saya terima nikah dan kawinnya Nathalya Silvia binti Rudi Herlambang, dengan mas kawin tersebut dibayar tunai!"

"Bagaimana saksi, sah?"

"Sah!"

"Sah!"

"Sah!"

Pengucapan yang begitu lantang, dan disahkan oleh saksi serta penghulu, membuat Nat dan Arga akhirnya sah menjadi pasangan suami istri.

Rencananya beberapa minggu ke depan, Nat akan mengurus surat pernikahan mereka agar sah secara hukum. Namun, untuk sekarang ia akan berpuas diri lebih dulu menjadi istri dari Arga.  Hal inilah yang mereka obrolkan tadi sambil menunggu anggota keluarga lain mengurus surat.

Bacaan doa dilantunkan oleh penghulu agar pasangan suami istri yang baru sah secara agama tersebut sakinah, mawadah dan warohmah.

Nat kemudian mencium punggung tangan Arga, begitu juga dengan Arga yang mencium kening Nat.  Rona merah menjalar di pipi Nat, saat melakukan skinship yang sedikit intim dan baru pertama kali ia rasakan setelah menjadi istri Arga.

Kemudian dilanjutkan dengan proses  penyerahan mahar dan sungkeman pada orang tua. Berhubung Arga memiliki dua orang tua, pria itu melakukan prosesnya secara adil. Baik Bima dan Dirman, serta istri mereka tentu saja mendapat sungkeman dari Nat dan Arga.

"Bang Arga sudah menikah. Sekarang giliran Bangke lagi yang belum menikah," komentar Alana. Gadis itu duduk di samping sang mami, dan juga Neva yang turut hadir.

"Doain aja tahun depan Abang bisa menikah dengan Kak Neva." Kello melempar senyum miring pada Neva yang memasang wajah cemberut, tidak peduli meskipun saat ini ada mami dari pria itu.

"Kakak males kalau harus nikah sama Abang kamu. Dia orangnya setia sama kawan, tapi enggak setia sama pasangan." Neva melirik sinis pada sosok Kello yang tidak sedap di pandang mata.

"Siapa bilang aku enggak setia sama kamu? Pacar aku itu cuma kamu satu-satunya." Kello tidak terima dengan tuduhan Neva yang mengatakan ia tidak setia.

"Terserah. Nyatanya kamu memang enggak setia."

"Aku setia."

"Kello, enggak malu debat sama perempuan?" Nia melirik putranya. "Setia yang dimaksud sama Neva enggak melulu tentang kamu punya pacar lain atau enggak. Hal lain juga bisa dilihat kamu setia apa enggak."

"Maksud Mami apa?" Kello menatap maminya tidak mengerti.

"Seperti itu saja kamu enggak paham. Sok-sokan mau rencana nikah tahun depan. Bisa mati muda Neva kalau jadi istri kamu," cibir Nia.

"Mi," protes Kello tidak terima. Namun, Nia memilih untuk mengabaikannya.

"Maksud Mami, kalau kamu punya istri nanti, kamu harus setia sama istri. Hal yang harus kamu prioritaskan itu istri kamu, bukan teman-teman kamu, Kello." Jillo yang tidak tega melihat wajah kebingungan adiknya segera menjelaskan. "Karena Abang lihat selama ini, kamu terlalu memprioritaskan teman-teman kamu. Teman-teman kamu itu enggak hanya laki-laki, tapi juga perempuan. Enggak takut kamu kalau di antara mereka ada yang suka sama kamu?"

"Enggak. Mereka murni teman-teman aku, kok. Enggak ada hubungan apa-apa selain pertemanan."

"Nah, kamu bengak 'sih kalau dibilangin. Kalau begitu Abang dukung supaya Neva putus sama kamu."

"Enggak bisa!" Kello berseru begitu bersemangat tidak menyadari jika saat ini mereka sudah menjadi tontonan keluarga besar yang hadir.

"Kello," bisik Nia, melotot pada putranya.

"Iya, Mi. Maaf."

"Ingat kata mami, sekesal apapun kamu sama orang, jangan pernah teriak di depan orang yang lebih dewasa dari kamu."

Nia selalu mengajarkan anak-anaknya untuk bersikap sopan pada orang yang lebih tua termasuk Kakak atau orang tua mereka. Wanita itu tidak mengizinkan putranya menaikkan oktav suara.

"Iya, Mi." Kello menundukkan kepalanya. Di sampingnya Neva yang melihat sikap mantan pacarnya itu hanya mencibir sinis. Sudah salah tidak mau disalahkan, batinnya berujar kesal.

Bima tersenyum geli menatap tingkah laku anak dan istrinya. Kemudian, ia mengalihkan tatapannya pada putra sulungnya, yang sudah sah menjadi seorang suami. Hal yang tidak pernah disangka oleh Bima dan Nia akhirnya Arga memutuskan untuk menikah meskipun terkesan sangat dadakan. Persiapan yang mereka lakukan pun sangat terburu-buru  hingga mereka tidak bisa mempersiapkan segala sesuatu dengan sempurna.

Sementara di sisi lain, Arga dan Nat saat ini berada di kamar gadis itu. Keduanya sedang duduk di sofa yang hanya cukup untuk dua orang menghadap ke arah kaca jendela berukuran besar yang mengarah ke balkon.

Nat gugup saat ini berada di kamar berdua bersama Arga. Ibu dari pria itu memintanya untuk berbicara dulu dengan Arga di kamar. Sementara yang lain akan bersantai lebih dulu sebelum mereka memutuskan untuk pulang ke hotel yang sudah mereka pesan sebelumnya.

"Mas," panggil Nat pelan.

Arga yang sejak tadi diam juga menoleh menatap Nat. "Hmm?"

"Mas Arga, kenapa tiba-tiba sudah ada di sini? Kenapa Mas Arga juga enggak kasih tahu aku kalau Mas siap untuk menikah dengan aku? Mas tahu, beberapa hari ini aku terus menangis, membayangkan kalau aku akan menikah dengan laki-laki yang enggak pernah aku kenal."

Arga menatap wajah Nat dan matanya yang sedikit bengkak meski sudah tertutup make up. Tanpa sadar, tangannya bergerak mengusap dengan lembut ujung mata sang istri.

"Sebelum memutuskan untuk menikah dengan kamu, aku harus memikirkan dengan matang. Enggak bisa terburu-buru yang akan membuat kita berdua pada akhirnya menyesal," kata Arga.

Suaranya terdengar sangat lembut. Cara panggilannya pun untuk dirinya sendiri sudah berubah menjadi aku dan kamu. Arga menatap dalam manik mata wanita yang sudah sah menjadi istrinya.

"Berapa lama waktu yang Mas butuhkan untuk memikirkan aku?"

"Sejak pulang dari apartemen kamu, sampai keesokan sorenya. Terus, waktu aku datang ke apartemen kamu, tiba-tiba Neva yang membuka pintu apartemen."

Nat juga pertama kali melihat Neva dan Kello terkejut saat mereka hadir dalam rombongan keluarga Arga.

"Oh, iya, Mas kok bisa kenal dengan Neva?"

"Kalau kamu kenal dengan Neva, berarti kamu kenal dengan Kello. Kello itu adik aku." 

"Kandung?"

"Satu Ibu lain ayah. Nanti kalau kita sudah sampai di Jakarta, aku akan cerita semuanya sama kamu tentang silsilah keluarga kami dan kenapa aku punya dua pasang orang tua."

"Iya, Mas." Nat mengangguk setuju. "Terus, setelah Mas Arga ketemu dengan Neva, bagaimana kelanjutannya?"

Arga menurunkan tangannya kemudian mulai menceritakan  hal-hal yang terjadi beberapa hari ini.

KEJAR TARGET (sequel Dilema Istri Kedua)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang