"Loe ngapain disini?" Tanya Minho yang kemudian menuntun sepedanya.
"Bukan urusan loe" ucap Karina yang tak melihat ke Minho sama sekali.
"Mending loe pergi deh!" seru Karina sambil menatap Minho, hingga kedua langkah mereka terhenti.
Minho melihat wajah Karina yang tampak berbeda, matanya sembab dan memerah.
"Loe gapapa?" Tanya Minho penasaran, bahkan Minho memegang pundak kanan Karina.
Karina tidak kuat, ia langsung menundukkan kepala bersamaan dengan itu air matanya pun jatuh lagi. Karina menangis tanpa bersuara.
"Loe kenapa?" Tanya Minho yang jadi hawatir melihat Karina menangis, cukup deras pula.
Tapi bukannya menjawab, Karina hanya bisa menangis. Bibirnya terlalu kelu untuk mengatakan apa yang sebenarnya terjadi, apa yang sebenarnya ia rasakan, ia juga tak berharap Minho mengerti perasaannya.
Melihat Karina menangis sampai segitunya, membuat Minho akhirnya iba. Lelaki yang memiliki tubuh tinggi itu pun pergi memeluk Karina, tangannya yang semula memegang sepedanya kini ia lepas ganti memeluk Karina. Tanpa banyak bicara Minho mencoba menenangkan Karina, dengan menepuk pelan punggung Karina yang mungkin bisa merubah perasaannya.
Minho bahkan tak peduli sepeda kesayangannya jatuh begiti saja, karena hatinya lebih tergerak untuk membuat Karina berhenti menangis. Bukan karena ia suka dengan Karina, tapi ini hanya sebuah empati terhadap teman sekolah.
Karina pun semakin deras menangis dalam pelukan Minho, bahkan air mata dan keringat lelaki yang baru bersepeda itu bercampur menjadi satu. Karina lupa bahwa dirinya tak ingin terlihat menyedihkan, tapi entahlah dia tidak dapat menahan kesedihannya kali ini. Ia butuh seseorang untuk memeluknya, dan beruntungnya ada Minho di sini. Seseorang yang ternyata masih ia sukai, terlepas Minho adalah mantan kekasih Winter.
Akhirnya, setelah lama menyimpan rasa Karina bisa merasakan hangatnya pelukan seorang Minho. Yang dulu hanya bisa ia bayangkan, tapi sekarang hal itu terwujud meskipun dalam keadaan dan status yang tak semestinya.
❄❄❄
"Aku anterin pulang pake motor mau?" Tanya Jeno sambil ikut merapikan rantang Winter, yang sudah dicuci oleh yang lain.
"Em emangnya kamu gapapa?" Tanya Winter balik, yang jelas lebih menghawatirkan Jeno. Takutnya ada yang lihat malah jadi skandal.
Memang berkencan dengan seorang idola bukan perkara mudah, meskipun orangnya indah. Selalu bersembunyi dan memakai masker juga topi, tak bisa melakukan hal bebas yang harusnya wajar dilakukan oleh pasangan lain. Tapi memang itu resiko yang harus dihadapi bersama, walaupun sulit tapi cinta yang menguatkan mereka.
"Gapapa dong" balas Jeno santai sambil tersenyum manis. Winter pun mengangguk cepat dengan senyum yang bersemangat.
Jeno lalu membawakan rantang dan memegang tangan Winter, mereka sudah siap untuk pergi ke rumah Winter.
"Ciye mau kemana nich" goda Haechan sambil menyenggol pundak Jeno dengan pundaknya.
Tapi mereka berdua hanya tersipu malu.
"Udah jangan ganggu temen gw" timpal Jaemin sambil menyeret Haechan dengan memegang lehernya.
Seketika Winter dan Jeno pun terkekeh melihatnya. Setengil apapun Haechan, dia hanya bisa kalah dengan Jaemin.
KAMU SEDANG MEMBACA
CERITA HIDUP DI BUMI 1 [JENO × WINTER] END 💨
FanfictionJudul sebelumnya: Time Of Our Life HIDUP - PERSAHABATAN - PERCINTAAN - MIMPI Cerita Winter yang memiliki kekasih idol seperti Jeno Start:29 Maret 22 Highest Ranking 💚 aespa 💚 dispatch 💚 nctdreamff 💚 kehidupan 💚 straykidsff 💚 enhypenff 💚 karin...