PAGE 47

68 17 11
                                    

Winter dan Jeno lanjut duduk santai di atap rumah Winter, yang lebih terasa seperti cafe. Hari ini sudah sore, bahkan bisa dibilang senja telah datang. Pemandangan dari atap sangatlah indah, meskipun ini tidak dipantai dan melihat matahari terbenam, namun Winter dan Jeno sudah puas melihat langit senja yang mulanya jingga perlahan berubab menjadi pink keunguan hingga akhirnya menggelap.

Dirumah hanya ada bibi Kang dan pegawai Winter yang lain. Sedangkan papa masih sibuk bekerja, dan Doyoung juga sibuk pemotretan. Sehingga bisa dibilang tidak akan ada yang mengganggu mereka.

Winter dan Jeno duduk disebuah bantal besar yang ukurannya mirip dengan sofa, mereka duduk disana sembari memakan popcorn yang asin.

"Cantik ya langitnya" ujar Jeno dengan wajah tersenyum, melihat ke arah langit dengan awan tipis yang bergerak tenang.

"Iya, cantik banget" balas Winter yang juga tersenyum, terkagum melihat indahnya ciptaan Tuhan yang membentang luas tak terbatas ini.

"Iya cantik kayak mama kamu, anggap aja pemandangan indah ini senyum mama kamu. Dari atas sana dia tersenyum melihat anak perempuannya yang cantik, sedang berbahagia. Anak perempuan yang ia lahirkan sepenuh hati juga tersenyum melihat senyumnya" kata Jeno dengan suaranya yang lembut.

"Lewat senja ini, mama kamu ingin kamu tahu bahwa dia selalu tersenyum kepadamu. Dia tidak pernah sedih, muram, kecewa atau apapun itu. Menurut dia, kamu adalah anak yang sangat berharga hingga Tuhan memberi cobaan terbesar pada dirinya. Dimana ketika ia sudah hampir bertemu kamu, Tuhan membuatnya koma sehinga membuat pertemuan dengan anaknya tertunda. Sampai berhari-hari, berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun Tuhan tetap membuatnya koma. Sampai dirasa anak perempuannya sudah tumbuh besar dengan baik, namun Tuhan tidak mempersilahkannya untuk menemui anaknya. Tapi justru memanggilnya" Jeno menarik napas dalam.

"Kenapa? Setelah semua penantian yang tak sebentar itu, mama kamu tidak mendapatkan hasil yang sesuai dari buah sabarnya. Saat nyawanya telah dicabut pasti mama kamu tidak terima, sedih sekali rasanya melihat anak perempuannya bersama suami dan anak pertamanya menangisi kepergiannya. Namun ini memang sudah takdir, menurut Tuhan tugas mama kamu menjadi manusia di dunia sudah selesai. Sebab ternyata papa dan kakak kamu bisa merawat kamu dengan baik, bisa mengisi semua kekosongan peran mama dengan baik. Hingga kamu tumbuh menjadi anak yang cantik, baik, ceria, dan berhati bersih"

"Di atas sana mama kamu tersenyum, bangga melihat anak perempuannya bisa melewati semua kesedihan. Ingin hati rasanya ia memeluk anak perempuannya sebentar, tapi takdir tak pernah mengizinkannya. Tuhan membuat takdir ini bukan karena membenci kamu atau mama kamu, tapi karena Tuhan menyayangi kalian dan punya takdir lain yang lebih indah. Mungkin kalian tidak bertemu di dunia, tapi suatu hari pasti kalian bertemu disurga. Toh yang selamanya itu surga, bukan dunia. Jadi kamu harus kuat dan lebih menghargai kehidupan kamu, agar mama kamu bisa tambah berbangga telah melahirkan seorang anak perempuan yang baik" sambung Jeno yang kemudian menengok ke samping kiri, karena mendengar isakan tangis yang semakin mengeras.

Melihat Winter berlinang air mata, Jeno pun langsung mengusapnya hingga kemudian membawanya dalam pelukan.

"Kamu tahu kan tadi pagi sempat hujan? tiba-tiba hujan deras" kata Jeno. Yang dibalas anggukan lemah dari Winter yang masih tersedu.

"Waktu itu kamu lagi sedih kan? Alam aja gak mau lihat kamu sedih apalagi mama kamu. Udah buang sana, buang jauh jauh semua ucapan buruk yang buat kamu sedih. Bukan ini bae, bukan ini yang pengen Tuhan dan mama kamu lihat setelah kepergiannya. Tuhan dan mama kamu ingin melihat betapa kamu memang anak yang istimewa, anak yang pantas dilahirkan oleh mama yang berjuang sepenuh hati tanpa pernah mengeluh. Jangan buat semua ini jadi sia-sia, jangan bae jangan! Kamu pasti bisa! Kamu anak baik" sambung Jeno yang kemudian mempererat pelukannya, ia berusaha menenangkan kekasih yang sedang menangis dengan air mata yang deras.

CERITA HIDUP DI BUMI 1 [JENO × WINTER] END 💨Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang