PAGE 43

66 17 3
                                    

Setelah mengatakan semua hal itu, Giselle dan kedua temannya pun keluar. Tanpa rasa bersalah, mereka meninggalkan gadis yang tengah berulang tahun itu dalam keadaan basah dan bau.

Setiap ada yang membahas mamanya, ia selalu langsung menjadi sensitif. Apapun itu perkataannya, Winter bisa merasa sedih berlipat-lipat. Seperti keadaannya sekarang Winter merasa kotor dan kacau. Hari ini, harusnya menjadi hari bahagia Winter tapi...apakah dia pantas bahagia? Setelah merenggut nyawa mamanya, merenggut cinta sejati papa, merenggut cinta pertama kak Doyoung. Apa Winter harus menyusul mama.

Entahlah, semua pikiran itu berkecamuk dalam benaknya. Winter memang selalu merasa bersalah atas kejadian yang menimpa mamanya, tapi ini kali pertamanya berpikiran untuk mengakhiri hidup.

Winter masih berdiri disana, didalam toilet yang kini penuh dengan wangi bau susu pisang busuk dari badannya. Ia sebenarnya ingin cepat pergi dan membersihkan diri, tapi dirinya terlalu malu untuk keluar dihadapan semua orang. Ditambah suasana masih tegang perihal gosipnya dengan Jeno, yang karena itu pula dirinya menjadi seperti sekarang.

Tidak, Winter tidak boleh menyalahkan Jeno. Tapi, jika saja hari itu Jeno tidak menghampiri dan mengajaknya apa hari ini Winter baik-baik saja??

Dikelas, ada Sunghoon yang menyadari kalau Winter belum kunjung kembali dari toilet. Padahal bel masuk sekolah kurang satu menit lagi, tapi Winter belum muncul juga.

Tanpa pikir panjang lagi, Sunghoon yang tiba-tiba memiliki firasat buruk pun berlari keluar kelas. Bersamaan dengan itu bel sekolah berbunyi, melihat Sunghoon keluar seketika membuat Jihoon dan Felix keheranan.

"Mau bolos dia?" Ucap Felix. Sedangkan Jihoon hanya mengangkat bahu sambil geleng-geleng kepala.

Sunghoon langsung pergi ke toilet cewek. Awalnya ia menunggu diluar hingga tak ada seorang di dalam sana kecuali Winter, sembari ia berpura-pura berdiri di depan toilet cowok.

"Apa dia lagi poop ya, makanya lama" ucap Sunghoon dalam hati, mencoba menerka-nerka. Hingga sesekali ia mengintip ke arah toilet wanita, dengan berhati-hati. Karena mungkin sekarang ada yang menyadarinya, dan menganggap sikap Sunghoon yang aneh.

"Eh Sunghoon!" Sapa Lami yang kebetulan keluar dari toilet tersebut.

Melihat Lami keluar dari tempat itu, seketika membuat Sunghoon langsung antusias.

"Eh di dalem kamu lihat Winter gak?" Tanya Sunghoon langsung, tanpa basa basi.

Namun begitu pula dengan Lami yang langsung menggeleng kuat, "aku masuk tadi juga gak ada orang" ujar Lami dengan santai.

Loh Winter kemana?

"Em yaudah makasih ya" sambung Sunghoon, yang kemudian berlari meninggalkan Lami disana karena dia hendak pergi ke basecamp mereka. Mana tahu Winter sedang santai disana.

Sunghoon berlari secepat mungkin, bahkan ia tak peduli dengan peraturan sekolah dimana tidak boleh berlari ketika bel masuk sudah berbunyi.

"Winter!" Teriak Sunghoon sambil membuka pintu ruangan tersebut. Tak berhenti disitu, Sunghoon lanjut melangkah memasuki ruangan yang cukup besar itu.

Tapi sejeli apapun seorang Sunghoon mencari Winter, tapi dia sama sekali tak melihat sosok Winter, bahkan tak ada tanda-tanda ruangan tersebut ada yang masuk.

Sunghoon menghela napas, karena ia baru merasa lelah setelah berlari. Lalu lelaki itu meraih ponsel yang berada di dalam saku celananya, ia hendak pergi menelepon Winter. Tapi sudah beberapa kali ia mencoba memanggil Winter, namun tetap tidak ada jawaban. Kemudian Sunghoon baru teringat kalau ransel Winter masih dikelas, yang otomatis ponselnya juga ada didalamnya karena ia tahu Winter jarang menyaku ponselnya.

CERITA HIDUP DI BUMI 1 [JENO × WINTER] END 💨Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang