PAGE 79

62 18 14
                                    

"Kamu udah sadar?" Suara Doyoung lah yang pertama kali di dengar oleh Winter, lalu mata buramnya yang semakin lama dapat melihat dengan jelas kemudian melihat sosok kakaknya.

Winter kemudian terduduk, dia tampak menoleh ke kanan dan ke kiri dengan raut wajah yang bingung, ia juga sempat memegangi perutnya untuk memeriksa sesuatu.

"Kenapa? Perutnya sakit? Ini kata dokter kamu barusan waktunya mestruasi. Kamu tadi shock berat ditambah kena serangan nyeri haid jadi double, sampek pingsan deh" jelas kakaknya sambil duduk dikasur rumah sakit.

Mendengar apa yang dikatakan Doyoung barusan, membuat Winter otomatis menghela napas lega. Sebab ternyata itu tadi hanyalah mimpi, ia tidak benar-benar hamil, hm syukurlah.

Tak disangka semua itu hanyalah mimpi, yang terasa sangat nyata. Bahkan rasa sesaknya masih tersisa ketika Winter bangun, ditambah nyeri haidnya yang masih terasa kuat juga.

Karena keadaannya yang begini, lagi-lagi Winter tak dapat menghadiri upacara kematian Sunghoon sang sahabat tercinta. Saking ia sibuk memikirkan Jeno, sibuk memikirkan keadaan yang buruk terjadi setelah perbuatan kelewat batas mereka, Winter sampai lupa kalau dirinya sekarang sudah kehilangan Sunghoon untuk selama-lamanya.

Namun selain itu, tanpa siapapun tahu. Dibalik pintu ruangan ini ada seseorang yang sedari tadi diam-diam mengamati apa yang terjadi di dalamnya, melihat apa yang terjadi pada seorang Winter. Hingga seseorang yang memakai hoodie putih, lengkap dengan masker dan topinya berjalan pergi entah kemana. Dari sorot matanya nampak terlihat bahwa sebenarnya ia ingin masuk menghampiri, tapi apalah daya kasihnya tak boleh sampai dengan yang berurusan, walaupun tentu memandang dari kejauhan saja tidak cukup.

Setelah malam datang dan dirinya dilanda rasa bosan, Winter pun meminta izin untuk berkeliling rumah sakit mencari angin segar. Ia bukan bermaksud untuk menghibur diri, tapi justru ia ingin menatap langit malam yang menampilkan bulan dan bintang yang bersinar dengan indahnya. Ia ingin menyampaikan perasaannya melalui langit malam, dengan angin yang berhembus sedikit dingin tapi Winter tak peduli. Gadis itu terus berjalan menuju rooftop rumah sakit, tempat andalan Winter dalam berbagai kondisi hati.

"Mama, Winter kangen" ucap gadis itu dengan suaranya yang bergetar.

"Sunghoon, sampai jumpa dilain semesta. Aku juga bakalan kangen sama kamu, yang tenang dan bahagia ya disana. Sunghoon, maaf aku belum jadi sahabat yang baik buat kamu. Aku yang gak pernah ada saat kamu butuh tapi kamu selalu ada disaat aku butuh, maaf aku juga gak bisa balas cinta kamu. Maaf aku gak bisa jadi tempat cerita kamu, aku selalu sibuk sendiri. Maaf Hoon, maaf" Winter yang tadinya berdiri sambil memegangi infusnya, kini tak sanggup menahan kakinya yang melemah, tubuhnya tak mampu ia topang lagi sehingga gadis itu tak dapat menahan jatuhnya bersamaan dengan tiang infusnya yang sampai mengeluarkan suara.

Winter tak dapat membendung kesedihan yang kesekian kalinya, semua yang ia katakan barusan rasanya belum juga cukup atas apa yang telah ia perbuat terhadap sahabatnya, ia merasa tak melakukan sesuatu untuk Sunghoon selain mempersilahkannya mendapat posisi pertama. Tapi bukan kebahagiaan setelahnya yang Winter dapat, namun malah luka yang Sunghoon berikan karena ia rupanya sudah lelah dengan kehidupan miliknya, yang semua itu juga terjadi bukan tanpa alasan.

Winter hanya tahu masalah Sunghoon sekedarnya, ia tak tahu ternyata luka yang papinya tanam sedalam dan seperih itu. Hingga anak baik itu berani membunuh dirinya sendiri, menjatuhkan tubuhnya begitu saja ke lautan yang luas dan dalamnya tak terbatas.

"Winter juga kangen Jeno" sambungnya sembari berlutut, memeluk dirinya sendiri yang terbalut dalam kesedihan.

Gadis itu akhirnya selesai menangis, malam semakin larut dan dia ingin kembali ke ruangannya untuk tidur, untuk mengakhiri hari yang berat ini.

CERITA HIDUP DI BUMI 1 [JENO × WINTER] END 💨Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang