PAGE 35

77 20 11
                                    

Tepat pukul satu dini hari dan Doyoung sudah terlelap disofa empuk nan fancy milik ruangan Winter, tapi sementara itu Winter sendiri belum juga tidur. Karena ia memang sengaja mencari momen ini, agar bisa mengendap-endap untuk bertemu Jeno.

Winter mulai mengeluarkan kedua kakinya dari selimut tebal, hingga akhirnya ia menginjakkan kaki ke lantai bersama sandal pasien yang agak licin. Tak lupa ia melepas infus yang menempel ditangan kirinya, agar tak mengganggu geraknya nanti dan bisa leluasa ketika memeluk Jeno.

Namun sebelum pergi, dirinya memastikan lagi keadaan kakaknya; apakah sudah benar-benar tidur.

"Oke, pules tidurnya" ucap Winter dengan berbisik.

Ia lalu lanjut merogoh ransel milik kakaknya, yang selalu dibawa setiap habis latihan. Disana juga terdapat lipbalm yang memang Winter tuju, sambil sesekali merapikan rambut pendeknya yang lurus. Gak mungkin kan mau ketemu ayang dalam keadaan pucat pasih.

Winter pun keluar dari ruangannya, lalu menghela napas dalam.

Gadis remaja itu lanjut berjalan menuju ke ruangan sang kekasih, yang memang menjadi tujuannya sejak awal.

Tak lupa ia melihat sekeliling sebelum akhirnya masuk, tak hanya itu dia juga memastikan kedua orang tua Jeno yang di dalam juga sedang tidur. Karena sudah satu bulan berselang dan dirasa aman, maka penjagaan juga tidak ketat sehingga tak ada bodyguard di depan ruangan.

Winter pun mendorong pelan pintu ruangan Jeno, hingga kemudian masuk. Langkahnya berusaha ia buat tidak menimbulkan suara, sebab orang tua Jeno tertidur di sofa seperti Doyoung tadi.

Winter pun tak mau membuang waktu dan langsung pergi mendekati Jeno yang pastinya sudah tidur.

Melihat kekasih terlelap tidur di tengah ruangan yang setengah gelap itu, ia malah tak tahan untuk tidak mencium pipi Jeno yang terlihat sedikit tembem.

Winter lalu menggoyang pelan tubuh Jeno agar dia terbangun, sehingga bisa melihatnya ada disini.

"Jeno bangun, aku dateng nih" bisik Winter berusaha tetap pelan, agar tidak berisik dan ketahuan. Tapi Jeno belum juga bangun, matanya masih tertutup rapat.

Winter menggerakkan tubuh Jeno sedikit lebih keras agar kekasihnya segera bangun, karena waktu mereka singkat dan Winter tak ingin semua usahanya sia-sia.

"Jen bangun!" Seru Winter berbisik tepat ditelinga Jeno, dimana ia kemudian memukul pelan kedua pipi Jeno serta membuka mata lelaki itu agar segera bangun.

Hingga akhirnya berbaga cara itu berhasil membuat Jeno terbangun, untungnya memang Jeno mudah dibangunkan daripada Jaemin dan Haechan.

Jeno membuka matanya pelan, dimana masih buram dan gelap. Selain itu nyawanya juga belum genap terkumpul.

"Jeno oppa" bisik Winter lagi begitu melihat Jeno membuka mata.

Mendengar itu Jeno yang masih berusaha menyadarkan diri, seketika langsung tersentak begitu ia melihat ada Winter tepat dihadapannya.

"Huh, yaampun aku mimpi ya. Jelas banget" ujar Jeno sambil melongo melihat Winter, ia bahkan memegang kedua pipi gadis itu saking merasa semua ini mimpi tapi terlalu nyata.

Winter tersenyum lalu mengecup bibir merah Jeno, "ini bukan mimpi" bisiknya pada telinga kanan Jeno.

Jeno kembali terkejut, saking terkejutnya ia bahkan membuka mulutnya lebar-lebar tapi segera ditutup oleh Winter. Gadis itu lalu memberi isyarat dengan menempelkan telunjuknya ke bibirnya.

"Jangan berisik!" Seru Winter memperingati Jeno, karena mereka harus tetap waspada.

Jeno kemudian bangkit dari tidurnya dan sekarang duduk, ia tampak sangat kebingungan.

CERITA HIDUP DI BUMI 1 [JENO × WINTER] END 💨Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang