CERITA HIDUP DI BUMI 1 [JENO × WINTER] END 💨

PAGE 82

Winter kira dia sudah cukup dewasa untuk bersikap, untuk bertanggung jawab dengan keputusannya dan legowo dengan semua itu. Tapi ternyata bukan memutuskan hubungan yang sulit baginya, bukan mengatakan perpisahan yang berat untuk dilakukan. Namun semua ini soal kehidupan setelahnya, soal langkah selanjutnya, soal hari demi hari yang terus berjalan meski harus tertatih. Rasanya berat, seperti ada sesuatu yang ditekan dan tetap tinggal disana.

Wintet kira mengakhiri hubungan dengan Jeno bisa mudah dilakukan, ia pikir lelaki itu bosa dengan mudah dilupakan seperti apa yang telah Winter lakukan pada mantan sebelumnya. Tapi ternyata, semakin ia mencoba melupakan justru makin ingat. Winter mencoba tidak melihat apapun tentang NCT, namun malah membuatnya semakin rindu. Tak jauh beda jika dirinya melihat konten grup BESAR itu, luka Winter yang belum mengering rasanya seperti disayat kembali, sungguh perih dan sakit rindu ini.

Padahal biasanya Winter akan lupa dengan urusan patah hatinya jika dia mengisi waktunya dengan kesibukan, tapi sejak Sunghoon meninggal persahabatannya tak lagi sama. Seperti api unggun yang kehilangan kehangatanya, terlihat utuh tapi dalamnya sudah hancur. Entah mengapa demikian, karena semua ini baru terasa ketika sosok Sunghoon tidak ada. Jihoon sibuk merawat nunnanya yang masih butuh bantuan, sedangkan Felix sudah mulai magang dan ikut papanya bekerja dari proyek ke proyek, sementat Winter masih berkutat dengan cerita patah hatinya.

Padahal seseorang yang tengah ia pikirkan tengah sibuk mengejar mimpinya, atau lebih tepatnya mempertahankan apa yang menjadi miliknya--yang jelas hanya dia yang lelaki itu singkirkan dari kisah hidupnya. Meskipun sempat bertemu waktu itu bahkan lebih dari itu, tapi tidak ada yang berubah setelahnya. Winter tidak ingin mengganggu urusan dunia lelaki itu, dan Jeno juga tidak bisa memaksa meski sebenarnya dia ingin balik menjalin kasih seperti dulu.

Jeno memang terkesan keras kepala, rasa-rasanya Winter sudah seperti mainan baginya. Saat itu memang tidak ada pilihan lain selain putus, demi keberlangsungan hidup masing-masing atau lebih tepatnya demi Jeno. Intinya keputusan dan dunia ini berpihak ke Jeno, tanpa melihat perasaan Winter sama sekali. Keduanya tidak salah, hanya saja Jeno seperti tidak menghargai sikap pengertian Winter padanya. Bukannya Winter tidak ingin balikan, tapi untuk apa jika sewaktu-waktu mereka ketahuan dan kejadian akan terulang seperti template. Winter sangat mencintai Jeno, bahkan detik ini perasaan itu masih utuh. Tapi dia tidak mampu menjadi egois hanya untuk mewujudkan cintanya, berbeda dengan Jeno yang selalu berpikir pendek seperti ketika Doyoung photoshoot dimasa lalu, yang sampai sekarang menjadi bahan olok-olokan.

(dilarang ketawa)

Diruang latihan, Jeno baru saja merebahkan tubuhnya yang penuh keringat itu ke lantai. Sampai sekarang tak seharipun dalam dirinya jika tidak terlintas sosok Winter, dengan apapun yang ada pada gadis itu semuanya tengah Jeno rindukan. Tapi yang paling utama ingin ia lihat lagi adalah tawa kecilnya dan wajahnya ketika kesal. Kadang ia menyesal telah bertemu seorang Winter dalam hidupnya, menjadi cinta pertamanya, dan menjadi seseorang yang membuatnya bahagia dan sedih disaat yang bersamaan. Jika saja waktu itu dirinya tidak sengaja bertemu di lift, apa mungkin Jeno tidak akan merasakan perasaan sesakit ini, rasa sesak, ia bisa melihat Winter tapi tidak bisa menjamahnya. Sekalipun beberapa hari lalu dirinya dan Winter kembali berciuman, tapi hal tersebut juga tak merubah apapun. Jeno ingin egois dalam menggapai cintanya dengan Winter, namun sayangnya gadis yang ia cintai tidak sejalan, Winter terlalu sayang dirinya sehingga tak ingin merusak apapun itu. Yang menjadi alasan mereka berpisah, tak lain adalah karir, reputasi, dan popularitas.