PAGE 33

70 19 11
                                    

Winter bersama teman-temannya sedang melihat mading disekolahnya, yang terpajang indah di lobby sekolahnya. Dimana pada majalah dinding tersebut terpajang nilai mereka di tes yang beberap hari lalu dilakukan secara mendadak.

"Hm peringkat kita tetap" ucap Jihoon dengan santai.

"Itu ada nama baru, gantiin Karina" timpal Felix sambil menunjuk tulisan dengan nama Ha La Mi, yang sekarang jadi teman seperjuangan Sunghoon.

"Dan aku tetap nomor dua" sambung Sunghoon dengan muka yang datar.

Winter lalu menepuk pundak kiri Sunghoon, "sorry ya bro, aku tetep nomor satu eheh" lanjutnya yang malah mengejek.

"Nanti pulang ke rumah gw aja bro" tambah Felix, berbicara dengan Sunghoon, dengan sumringah.

"Widih, tumben loe baek wkwk" ledek Jihoon yang ikutan mengejek Felix, yang disambut lirikan sinis kepada Jihoon dimana ia kemudian merangkul Sunghoon dan bergelayut manja.

Tak lama dari itu ada Lami datang, dengan wajah yang sumringah.

"Eh cantik. Selamat ya kamu peringkat lima" ucap Felix dengan wajah yang cerah, tangan kanannya juga mengajak berjabat.

Lami kemudian tersenyum dan menyalaminya, ia tak menyangka bisa naik ke peringkat lima padahal semula ia ada di posisi ke sebelas. Ternyata berteman dan belajar dengan Sunghoon, sangat menguntungkan.

"Makasih ya Hoon, udah bantuin aku belajar" ucap Lami kemudian.

"Sama-sama. Belajar sama aku juga bisa" Felix dengan santai menyambar, kalimat yang harusnya kelur dari mulut Sunghoon malah ia rebut.

Sunghoon langsung geleng-geleng. Hingga kemudian Winter menyeret tangan kiri Lami, menjauh dari Felix yang sedang berdiri di depan Lami diikuti Jihoon dibelakang.

"Hati-hati Felix itu playboy, ceweknya ada dimana-mana. Terus hobinya juga nonton video x" bisik Winter pada telinga kiri Lami. Tapi dengan sengaja, meskipun lagaknya ia sedang berbisik namun Winter sengaja membuat suaranya tetap dengan volume ia biasa bicara. Agar Felix mendengarnya dan jadi malu sediri.

"Gw denger pendek!" Sahut Felix dengan nada bicara yang ketus dan sorot mata tajam menusuk.

"Jadi temen tuh jangan ngumbar yang jeleknya dong, elah" keluhnya, sambil berlagak sedih memeluk Jihoon sekarang.

Namun ada hal yang tidak disangka terjadi, saat yang lain tertawa kecuali Lami.

"Gw juga pendek" kata Lami dengan polosnya. Membuat semua orang terdiam dan melongo, melihat kearahnya dengan wajah terkejut tak percaya. 'Kenapa dia yang baper?' Begitulah kira-kira yang ada di dalam otak mereka. Karena sekarang, Winter yang diejek saja santuy. Mungkin Lami iku merasa dan jadi tersinggung karena dia memang juga sama pendeknya, seperti Winter.

"Yaampun lucu" batin Jihoon sambil memandangi wajah Lami. Yang setelah ia lihat-lihat dari lubuk hati terdalam, rambut panjang dan kulit cerah serta senyum manisnya benar-benar tipe idealnya. Haruskah Jihoon mendekati Lami? Ehe.

❄❄❄

"Udah mulai sekarang kamu gak boleh pegang hp!" Mama Jeno berkata sambil merebut ponsel anaknya.

Setelah diberitahu oleh managernya terkait berbagai komentar jahat yang tertuju ke Jeno, ibunya yang hawatir dengan keadaan mental Jenopun terpaksa merebut ponsel anaknya dan menggantinya dengan game.

"Udah kamu main ini aja, atau mama beliin komik lanjutannya ini?" Tawar mamanya, yang sebenarnya kasihan dengan keadaan Jeno sekarang.

CERITA HIDUP DI BUMI 1 [JENO × WINTER] END 💨Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang