PAGE 16

119 26 10
                                    

"Jen, Jeno bangun! Jen" panggil Doyoung sambil menggoyang-goyangkan tubuh Jeno yang tidur di lantai.

"Dek, cobak kamu yang bangunin!" Seru Doyoung sembari mencolek adiknya yang menengok dari atas tempat tidur.

Winter yang tadinya cuman diam memperhatikan pun kini ikut turun tangan, karena ternyata Jeno lumayan ngebo tidurnya. Bisa-bisanya anak itu tertidur di lantai semalaman seperti ini, apalagi dia ada jadwal lagi setelah ini.

Winter dengan pelan turun dari tempat tidurnya, meski sedikit riweh dengan infus yang menyangkut hingga akhirnya Winter bisa menunduk mendekat ke Jeno.

"Bae bangun, udah pagi. Kamu ada jadwal" bisik Winter lembut, sembari terus mengoyak tubuh Jeno pelan.

Winter lalu menyentuh wajah Jeno dan lanjut menowelnya, "bangun Jeno!!" Ucapnya dengan lantang. Hingga membuat Jeno pada akhirnya bangun, sampai menjingkat karena terkejut mendengar suara Winter yang cukup keras, ditambah serak-serak gimana gitu.

"Manager udah nelfon aku terus, mending kamu cepetan balik Jen" ujar Doyoung sambil jongkok dan memegang pundak kanan Jeno, dimana Jeno sendiri masih belum genap mengumpulkan nyawa.

"Huh jadi tadi malem aku tidur disini?" Jeno tampaknya tak sadar telah tertidur disitu.

Winter dan Doyoung pun mengangguk bersama. Jeno lalu mengucek kedua matanya, kemudian ia tampak gugup sambil memperhatikan tubuh Winter.

"Tapi aku gak apa-apain kamu kan?" Tanya Jeno yang tampak gugup.

Seketika mendengar itu membuat keduanya terkekeh, disaat-saat sedih seperti sekarang Jeno ternyata bisa dengan polosnya membuat hal yang lucu.

"Hayo diapain nih adik hyung?" Timpal Doyoung yang malah menggoda sambil mengacak-acak rambut Jeno.

Winter yang masih terkekeh kini memegangi perutnya, "Jen aku masih lemes, belum kuat ketawa" sahut Winter.

"Yaampun maaf, aku minta maaf. Apapun yang terjadi semalam aku minta maaf" sambung Jeno yang malah mengira bahwa ia telah berbuat sesuatu semalam, ia pun minta maaf sambil berulangkali membungkuk.

"Yaampun Jen, enggak Jen. Kamu gak apa-apain aku, kita gak ngapa-ngapain" tambah Winter yang semakin terkekeh, ia tertawa tanpa suara kali ini karena akibat menangis terlalu keras kemarin membuat tenggorokannya kering dan semakin serak.

"Emang mau ngapain sih Jen? Aigoo, sesange sesange" goda Doyoung sambil mengacak-acak rambut Jeno.

"Jeno sudah besar ya ternyata, udah ngerti gituan" lanjut Jeno yang kini ganti menowel pipi adik favoritnya digrup NCT dengan gemas. Jeno yang bersamanya sejak trainee, dulu menggemaskan dan polos. Tapi siapa sangka Jeno juga yang mengencani adiknya, dan sudah tumbuh dewasa secara perlahan. Rasanya Doyoung tak ingin membiarkan kedua adik kesayangannya, yakni Winter dan Jeno tumbuh dewasa secepat ini. Doyoung suka adiknya tetap polos.

Jeno pun membulatkan mata dan kemudian tersenyum lebar, menampilkan barisan gigi putihnya yang rapi. Pagi begini melihat Jeno bangun tidur, membuat pagi Winter jadi lebih cerah dan manis. Sejenak ia lupa akan sedihnya, tapi sekejap itu juga keceriaan itu lenyap. Lebih tepatnya setelah sekretaris papa menyuruh Winter dan Doyoung untuk bersiap pergi ke pemakaman.

Karena kondisi Winter yang tak memungkinkan untuk mengikuti upacara pemakaman, dan Doyoung harus menemani adiknya. Maka sekarang lah waktu dimana kedua anak ini harus memberikan salam terakhir, yang dipersembahkan secara istimewa kepada sang mama tercinta.

Meskipun tidak pernah bertemu dan berbicara, tapi Winter sangat mengagumi perjuangan mama yang telah melahirkannya, ia juga sangat mencintainya lebih dari siapapun. Karena bagaimanapun secara tidak sengaja Winter pula penyebabnya, kelahiran Winter yang membuat mama menjadi koma hingga akhirnya meninggal.

CERITA HIDUP DI BUMI 1 [JENO × WINTER] END 💨Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang