🌸 Nadira
Aku menyandarkan tubuhku di kepala ranjang, menunggu panggilan teleponku diterima oleh sahabatku tersayang.
"Assalamu'alaikum, ukhti."
Kekehanku segera mengudara, karena mendengar Fifi yang langsung menerima panggilan telepon dariku dengan sapaan seperti itu disertai lengkingan suaranya.
"Wa'alaikumsalam, dear."
"Kenapa? Habis ngapain aja? Kok baru telepon jam segini?"
Aku menarik napas cukup panjang.
"Maaf. Tadi, di rumah sakit beneran lagi hectic banget. Hari pertama, dan pasien yang harus kuperiksa udah langsung rame banget. Terus siangnya, juga ada tugas sama dokter senior. Mana konsulenku juga kaya yang tipe ketat banget penilaiannya. Jadi beneran kejutan cukup besar buat aku. Makanya tadi aku jadi nggak bisa terima telepon dari kamu."
"Nggak papa. Aku ngerti. Dinikmati aja, Nad. Kamu ambil internship di Solo, yang termasuk kota besar, jadi kasus pasiennya juga pasti beragam. Kamu juga dapat tempat tugasnya di rumah sakit yang cukup besar di Solo, jadi wajar juga kalau dokter pembimbing di sana juga pasti jago-jago banget."
"Ya, Fi. Dan kamu tahu apa berita mengejutkannya?"
Aku langsung terkekeh saat mendengar suara Fifi yang jadi begitu antusias di seberang sana.
"Apa? Apa? Ada berita heboh apa?"
Segera menarik satu bantal untuk kuletakkan di atas pangkuanku, aku segera bersiap untuk bercerita panjang bersama sahabat tercintaku.
"Dokter Haris. Kamu inget dokter Haris?"
Menunggu beberapa lama, aku langsung tertawa, sebab saat ini Fifi sudah langsung bersorak riang sekali di seberang sana.
"Dokter Haris, dokter ganteng yang dulu pernah jadi pelatih kamu waktu lomba?"
"Iya."
Jawabanku terdengar semangat sekali. Seiring dengan jeritan Fifi yang juga sudah terdengar saat ini.
"Astaga. Ya ampun. Jadi bener dokter Haris, dokter ganteng, yang dulu pernah jemput kamu di sekolah waktu mau latihan di PMI?"
Aku langsung menganggukan kepalaku.
"Iya, Fi. Iya. Dokter Haris yang itu."
"Oh My God. Ini beneran berita heboh banget, Nad. Kamu beneran ketemu sama dokter Haris?"
Anggukan kepalaku jelas kembali lagi.
"Iya, Fi. Aku ketemu dokter Haris di rumah sakit tempat tugasku sekarang."
"Terus? Gimana? Dokter Haris makin ganteng?"
"Dan yang paling mengejutkan, menurutku, dokter Haris beneran kelihatan sama kaya waktu dulu aku masih SMA."
Tawaku kembali mengudara. Saat kini pendengaranku jelas menangkap Fifi sedang menjerit dengan suara melengkingnya.
"Oh tidak. Godaan Ahjussi memang benar-benar sangat membahayakan."
Setelahnya, aku dan Fifi jadi tertawa di waktu yang sangat sama.
"Ya, Fi. Asli. Bener banget. Berasa Oppa langsung lewat dan kegeser tempatnya."
"Apalagi kalau Ahjussi yang ada, seganteng dan sepinter dokter Haris. Aduh, berat. Susah banget buat nggak dilihat."
"Kamu mah yang kaya gitu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Nadira Beserta Bahagia Miliknya ✔
RomansaJANGAN LUPA FOLLOW YA 😊😍 Mari kita dukung para penulis yang sudah berusaha keras mempublikasikan dan menyelesaikan setiap tulisannya dengan memberikan apresiasi pada karya serta kehadirannya 😊 ***** [COMPLETED] SEQUEL "RASA PUNYA NADIRA" Katanya...