55. Surat Cinta

1.2K 118 51
                                    

🌸 Nadira

Dan ya, malam minggu ini aku dan Mas Alan sudah ada di Yogyakarta. Memenuhi keinginan Mas Alan yang sedang ingin sekali meminum es kelapa muda.

Setelah berhasil melepas dahaga dengan minuman murni seperti keinginan suamiku tercinta, aku dan Mas Alan langsung bergegas masuk ke dalam villa yang sudah Mas Alan pesan sebelumnya.

Dan tentu saja, pilihan tempat liburan dari Mas Alan memang selalu luar biasa. Yang selalu membuatku terpana, juga senang tak terkira, karena lagi-lagi mengunjungi tempat baru bersama pria tampan yang kini sudah bergelayut dengan begitu manja.

Sudah semalam kami menginap di Yogyakarta, dan sikap aneh dari Mas Alan seperti ada-ada saja. Yang membuatku sering sekali jadi geleng-geleng kepala, karena kenapa bisa?

Bukan tak suka. Hanya masih terkejut dengan kebiasaan baru yang tak biasanya dilakukan oleh suamiku tercinta.

Seperti hari ini, sejak semalam, entah kenapa, Mas Alan sungguhan selalu saja mengikutiku ke mana-mana. Tak bisa ditinggal barang sebentar saja. Baru menoleh barang sekejap, namaku sudah berulang kali dipanggil oleh suamiku tercinta.

Dan yang membuatku semakin terkekeh dengan begitu geli, adalah sikap Mas Alan saat ini. Di mana pergelangan bajuku sudah asik dimainkan sampai berkali-kali. Sampai aku jadi khawatir kalau ruffle bajuku akan berubah jadi keriting karena Mas Alan yang masih saja memainkannya sesuka hati.

"Nggak bosen pegangin tangan Dira terus?"

Mas Alan lekas menggelengkan kepalanya. "Nggak dong. Nggak akan pernah bosen. Biar Dira sama Mas Alan terus."

Aku jadi tertawa. "Dira kan emang sama Mas Alan terus. Nggak bakal kabur ke mana-mana, Mas. Jadi nggak perlu dipegangin terus kaya gini," godaku sambil menggoyang-goyangkan pergelangan tanganku, supaya Mas Alan mau melepaskan genggaman tangannya dariku.

Tapi tak bisa. Karena kini, tangan kananku justru jadi semakin digenggam dengan begitu erat seakan Mas Alan memang tak mau kalau aku sampai menjauh darinya.

Astaga.

Bayi besar siapa si ini?

Kenapa bisa posesif sekali?

"Nggak. Pokoknya, Mas pegangin terus. Biar Dira nggak jauh-jauh."

Kembali tertawa, akhirnya aku membiarkan Mas Alan asik sendiri dengan kebiasaan barunya.

Ya. Tak apa. Yang penting suamiku bahagia.

Menyamankan posisi bersandarku di dada bidang Mas Alan, aku lekas tersenyum dengan begitu senang, saat pandanganku kembali menatapi hamparan laut yang begitu menakjubkan. Kilau air yang seakan memancarkan warna birunya yang begitu menenangkan.

"Dira suka?"

Maka aku jelas langsung menganggukan kepalaku. "Suka. Dira kan udah sering bilang, kalau Dira suka pantai. Apalagi kalau yang pantainya pasir putih."

"Kapan-kapan, mau ke sini lagi?"

Aku jelas langsung berbinar dan memberikan anggukan kepalaku dengan semangat sekali. "Mau dong."

"Oke. Nanti, weekend, kalau jadwal praktek kita lagi selesai cepet, kita stay cation di sini lagi ya?"

"Iya, Mas."

Mengeratkan pelukannya di bagian perutku, dan semakin mengeratkan genggaman tangannya padaku, Mas Alan sungguhan seperti sedang ingin menunjukan semua rasa kepemilikannya atas diriku.

"Dira suka resort ini?"

"Suka."

"Apa aja yang Dira suka?"

Nadira Beserta Bahagia Miliknya ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang