🌸 Nadira
Selesai mengantar Bapak dan Ibu, aku lekas menyusul Mas Alan yang saat ini sedang berada di taman samping rumah kedua orangtuaku.
Ya. Hari ini, pagi sekali, Mas Alan kembali mengejutkanku dengan kedatangannya yang membuatku hanya bisa terkekeh dan menggeleng-gelengkan kepala, karena merasa bahwa kedatangan Mas Alan benar-benar sangat tiba-tiba. Karena kukira, Mas Alan sudah pulang ke Jakarta bersama seluruh anggota keluarganya. Tapi ternyata, pagi ini, Mas Alan kembali muncul di hadapanku dengan senyum kelewat ceria di wajah tampannya.
Mau ditolak, jelas aku tak bisa. Jadi di sini lah aku sekarang, di taman samping rumah Bapak dan Ibu, bersama calon suamiku yang sampai saat ini terlihat masih sibuk sekali dengan panggilan telepon yang begitu setia ia terima.
Tadi pagi, ketika Mas Alan tiba, seperti hari yang lalu, aku sedang memasak bersama Ibu. Jadi untuk yang kedua kalinya, kedatangan Mas Alan disambut oleh Bapak yang dengan sangat senang hati langsung tersenyum, memeluk, dan menepuk-nepuk bahu tegap dan lebar milik calon putra laki-laki satu-satunya Bapak dan Ibu.
Setelahnya, kami sarapan bersama, mengobrol, bercerita, sampai akhirnya kebersamaan kami berempat jadi terjeda karena Bapak yang harus segera pergi untuk memenuhi undangan dinas yang mengharuskan Ibu juga untuk ikut serta.
Jadi, sekarang, tersisa aku dan Mas Alan saja. Bersama Mba-Mba yang sedang sibuk di dapur karena memasak pesanan kotak makan siang yang telah dipesankan oleh Ibu sebelumnya.
Jadi setelah mengantar Bapak dan Ibu pergi, aku langsung menyusul Mas Alan di sini.
Sebenarnya, tadi, Mas Alan juga ingin mengantar Bapak dan Ibu. Tapi tiba-tiba ada panggilan telepon yang masuk saat tadi kami berdua telah siap berada di teras depan menunggu Bapak yang sedang memanaskan mobil terlebih dahulu. Jadi Mas Alan pamit sebentar untuk menerima telepon, sampai akhirnya jadi tak bisa untuk mengantar keberangkatan Bapak dan Ibu.
Aku mendudukan diriku di ayunan sambil menunggu Mas Alan selesai dengan kegiatannya. Tapi menunggu beberapa lama, ternyata Mas Alan masih terlihat sibuk sekali dengan sambungan teleponnya. Jadi aku juga memutuskan untuk sibuk dengan ponselku sendiri supaya aku tak melulu menunggu Mas Alan selesai dengan keperluannya.
Aku langsung tersenyum dengan begitu senang saat tanganku kini dengan sangat terampil sudah menggulir layar ponselku untuk melihat update dan juga postingan dari boy group kesukaanku. Bukan dari anggotanya langsung sebenarnya, tapi akun penggemar yang mempostingnya dan aku memang selalu melihat postingannya dari sejak beberapa waktu yang lalu. Walau semua membernya memang sudah mempunyai akun instagram pribadi sendiri, tapi kesibukan yang mereka punya jelas membuat akun milik mereka tak bisa aktif setiap waktu. Tapi tetap saja itu masih sangat berhasil untuk membuat senyumku langsung terbit karena bisa mengetahui apa kegiatan terbaru dari bias kesayanganku.
Masih asik melihat foto-foto di akun instagram milikku sendiri, aku dikejutkan dengan bergeraknya ayunan yang sedang kutempati.
"Astaghfirullah," ucapku reflek sekali, karena aku sungguhan terkejut dengan gerakan tiba-tiba dari Mas Alan saat ini.
"Mas Alan ih. Ngagetin Dira aja. Kalau Dira jadi jatuh, gimana?" sungutku.
Mas Alan terkekeh, dan masih senang sekali mendorong ayunan yang sedang kutempati. "Mas udah kira-kira. Buktinya, Dira tetap aman kan? Nggak jatuh kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Nadira Beserta Bahagia Miliknya ✔
RomansJANGAN LUPA FOLLOW YA 😊😍 Mari kita dukung para penulis yang sudah berusaha keras mempublikasikan dan menyelesaikan setiap tulisannya dengan memberikan apresiasi pada karya serta kehadirannya 😊 ***** [COMPLETED] SEQUEL "RASA PUNYA NADIRA" Katanya...