🌸 Nadira
Aku sedang makan salad buah saat tiba-tiba Mas Alan datang mendekatiku dan langsung mencium pipi kananku.
"Halo, sayang."
Aku terkekeh di tempat dudukku, lalu mengusap-usap pipi suamiku yang masih menempelkan wajahnya di sisi kepalaku. "Halo, Mas. Udah selesai main game-nya?"
Mas Alan ikut terkekeh bersamaku, lalu kembali mencium pipiku. "Udah, sayang. Maaf ya? Mas main game-nya kelamaan ya?"
Aku tersenyum ke arah suamiku, lalu segera menggelengkan kepalaku. "Nggak kok, Mas. Nggak papa. Dira kan nggak pernah protes kalau Mas Alan lagi main game. Selama Mas masih ingat waktu untuk ibadah, istirahat, dan makan, maka Dira nggak akan pernah larang. Karena Dira juga paham kalau Mas Alan main game karena butuh hiburan setelah Mas capek kerja. Jadi Mas tenang aja. Dira nggak papa. Malah mending Mas di rumah, main game. Daripada keluar rumah yang nggak ada tujuan jelasnya, baru Dira akan larang Mas Alan."
Mas Alan tertawa pelan di dekat telingaku, lalu menyerangku dengan ciuman bertubi-tubi di pipiku.
Aku ikut tertawa, dan jadi bergerak cepat untuk menahan wajah Mas Alan yang masih ingin menciumi pipiku seperti sebelumnya. "Mas Alan ih. Udah dong. Nanti wajah Dira jadi lengket kalau diciumin terus."
Mas Alan semakin tertawa, lalu jadi menangkup wajahku dengan kedua telapak tangannya. "Habisnya Mas gemes banget kalau sama Dira. Jelas happy juga."
"Happy kenapa?"
"Ya happy dong. Bahagia. Banget. Soalnya Mas punya istri yang pengertian banget kaya Dira."
"Masa?"
"Ya iya dong. Soalnya, Mas sering denger cerita banyak suami yang ngeluh karena istrinya suka ngomel kalau suaminya lagi main game. Tapi alhamdulillah, Mas nggak pernah diomelin sama Dira kalau lagi main game. Gimana Mas nggak happy coba?"
Aku terkekeh lagi, lalu jadi melepaskan tangan Mas Alan yang masih saja ingin menangkup wajahku sejak tadi. "Yang penting main game-nya ingat waktu. Jangan sampai keranjingan dan jadi lupa segalanya. Kalau Mas main game-nya masih dalam batas wajar, Dira nggak papa."
Mas Alan kembali mencium pipiku, lalu kini ia mendudukan dirinya di sebelahku. "Iya, sayang. Mas kan juga masih punya pekerjaan pokok yang lainnya. Jadi insyaAllah, Mas main game karena untuk hiburan aja. Biar nggak suntuk."
Aku langsung menganggukan kepalaku. "Iya, Mas."
"Dira lagi makan salad buah?"
Aku memberikan anggukan kepalaku lagi, "Iya, Mas. Yang Dira buat tadi pagi."
"Mas mau juga dong."
Aku belum sempat menyampaikan jawabanku, tapi Mas Alan sudah terlebih dahulu merebut satu suap salad buah yang baru saja kuambil dengan sendok yang ada di tanganku.
Sedikit terkejut karena gerakan Mas Alan yang terasa tiba-tiba sekali, kini aku jadi mendengus sambil terkekeh geli. "Mas ih."
Mas Alan tertawa, lalu langsung meraih sendok yang ada di tangan kananku padahal aku belum memperbolehkannya.
"Saladnya enak," puji Mas Alan sambil menyendok kembali salad buah yang tadi sedang kumakan.
Aku kembali memperdengarkan kekehanku, dan jadi memperhatikan bagaimana suamiku yang saat ini terlihat lahap sekali menyantap salad buah buatanku.
"Sayang."
"Dalem, Mas." (Iya, Mas)
"Kalau besok Dira buat salad buah lagi, terus mangganya manis kaya gini. Mas mau dong kalau dibanyakin buah mangganya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Nadira Beserta Bahagia Miliknya ✔
Roman d'amourJANGAN LUPA FOLLOW YA 😊😍 Mari kita dukung para penulis yang sudah berusaha keras mempublikasikan dan menyelesaikan setiap tulisannya dengan memberikan apresiasi pada karya serta kehadirannya 😊 ***** [COMPLETED] SEQUEL "RASA PUNYA NADIRA" Katanya...