Chapter 1 || pertemuan

747 54 4
                                    

Brakkkkkk !!!!

Suara dari dua mobil yang berbenturan cukup keras dan mengejutkan masing-masing pengemudi.

"Mampus gue"

Teriak Sandrina dari dalam mobil dengan segala kepanikannya. Segera dirinya meminggirkan mobil ketepi, begitu juga dengan pemilik mobil yang berbenturan dengan honda CR-V nya. Tampak dari spion, pengemudi mobil dibelakang membuka pintu dan mengamati bagian depan Mercedes Benz miliknya membuat raut wajahnya berubah menandakan kemarahan.

Tak lama Sandrina pun turun dari mobil tapi dirinya mencari, mengamati objek yang lain dan seketika setengah berteriak "Anjing !"

"Apa anda bilang? "
Kaget Raisa mendapati merasa dirinya yang dirugikan tapi malah mendapat umpatan.

"Ini maksud saya, anjing"
Jawab Sandrina dengan panikn sambil menunjuk ke arah anjing yang tadi dirinya hindari dan menyebabkannya berhenti mendadak dan ditubruk mobil dari belakang yang tidak lain mobil Raisa.

Mungkin anjing jenis poodle atau pomeranian yang Sandrina tidak terlalu paham jenis-jenisnya, tergeletak bersimpah darah dan kejang-kejang.

Saking paniknya Sandrina lari dan mendekat ke anjing yang terpental dihalaman depan rumah anjing itu tadi berlari, yang kemungkinan besar adalah rumah si empunya. Dia tengok kanan kiri dan rumah itu sepi. Segera dirinya bangkit dan lari memanggil yang punya rumah, lama mengetuk pintu dan memberi salam sampai mengitari rumah itu tapi sepertinya rumah dalam keadaan kosong.

Begitu Sandrina yakin rumah itu kosong, Sandrina berlari melewati Raisa begitu saja dan hendak bertanya ke tetangga sebelah tapi sepertinya juga sepi dan rumah sebelah gerbangnya tertutup rapat. Sandrina benar-benar terlihat panik apalagi melihat anjing yang sepertinya masih punya sisa nafas tapi sudah tidak berdaya. Yang biasanya jika manusia itu sudah harus dituntun mengucapkan syahadat. Apa hewan harus begitu juga? Tapi apa anjingnya muslim? Sandrina semakin berfikir konyol

Raisa hanya mengamati tingkah Sandrina sedari tadi dan merasa waktu hampir siang, dengan nada datar dan dingin dia berucap
"Daripada anda membuang-buang waktu saya, lebih baik anda meminta maaf dan bagaimana kelanjutan tanggung jawab anda"

Sandrina menoleh sebentar ke mobil Raisa dan melihat ke si empunya mobil, dia melihat dan sedikit mengamati Raisa dengan penampilan yang perfeksionis, cantik namun terlihat jutek sudah dipastikan dia bukan orang yang menyenangkan dan tidak suka basa basi. Dia terlihat lebih dengan sifat otoriter dan bossy. Kalau dia menjadi pemain film atau mungkin dikehidupan nyata seperti ini, mukanya sangat pas mempresentasikan peran antagonis. Baru kali ini Sandrina mendapati orang menyuruh meminta maaf untuk dirinya sendiri

"Dasar manusia gila hormat" Begitulah batin Sandrina dan segera membuyarkan lamunan tentang perempuan cantik dihadapannya yang wajahnya seperti pernah familar dalam ingatannya

Sandrina berjalan mendekati Raisa dengan sopan dan mulai tenang dari kepanikannya

" Saya meminta maaf, seperti yang mbak lihat tadi saya berhenti mendadak mencoba menghindari, karena tiba-tiba ada anjing berlari ketengah jalan walaupun tertabrak juga. Soal mobil mbak, saya akan ganti untuk kerusakannya"

Sandrina sudah tidak peduli dengan mobilnya sendiri dan berjalan ke arah mobilnya hendak mengambil kartu nama, tapi sayang kartu namanya habis tanpa dirinya sadari

" Maaf lagi ternyata kartu nama saya habis, mbak bisa simpan nomor saya nanti hubungi saya setelah tahu berapa biaya untuk kerusakan mobilnya"
Kata Sandrina penuh tanggung jawab sambil menengadahkan tangannya hendak menulis nomornya di handphone Raisa

" Ucapkan saja berapa nomor dan siapa nama anda"
Jawab Raisa tetap dengan mode datar dan dinginnya seolah tidak mau ponselnya dipegang oleh Sandrina

Birunya Cinta (englot) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang