Chapter 18 || wayang

414 54 11
                                    

"Iya mbak, aku tak mulih saiki"
Satria yang sedang bersama Nudee nampak gusar setelah menerima telfon dari kakak perempuannya

Nudee menangkap kepanikan dari Satria
"Hei kenapa? "

"Ibu gue darah tingginya kambuh sempet gak sadarkan diri, sekarang opname di rumah sakit"
"Bilangin Sandrina gue gak bisa ikut kelapangan. Nanti gue kabarin HRD"
Ujar Satria dengan tangan sibuk mengemasi pekerjaannya

"Udah lo gak usah pikirin itu, biar gue yang urus semua. Sekarang lo buru pulang. Take care"
Nudee mengusap punggung bidang Satria. Satria mengangguk dan lekas meninggalkan Nudee

Nudee tahu betul, Satria anak yang sangat berbakti. Apalagi sejak Bapaknya meninggal dunia. Satria paling tidak bisa mendengar kabar buruk dari keluarganya apalagi tentang ibunya

Satria satu-satunya anak laki-laki dari empat bersaudara. Dua kakak perempuannya sudah menikah dan ikut suami tinggal di Jakarta. Meski kedua kakaknya sudah menikah, Satria masih merasa bahwa dirinya adalah wali dari kedua kakaknya.

Adik perempuannya masih kuliah semester enam dengan mengandalkan uang pensiunan Bapaknya untuk biaya kuliah dan hidup, ibu bersama adiknya. Dan Satria merasa, tugas Bapaknya kini berada dipundaknya

Nudee menghela nafasnya memandang langit-langit ruangannya. Sandrina dan Raisa sedang dalam masalah mereka, Satria juga sedang tidak baik-baik saja. Seolah semua sedang memainkan perannya masing-masing sebagai wayang yang diatur dalang

Bunyi pesan masuk dari smartphone nya membuyarkan lamunan. Dilayar tertera nama kekasihnya, yang lain tak bukan anak pengusaha batik kenamaan dikota Solo, Damar.

"Malam minggu mbak Laras lamaran, kamu diminta dateng sama papa. Mama juga udah mesenin batik sarimbit buat kita"

Nudee meletakkan smartphone nya dengan keras. Menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Dari dulu hal paling dihindari dan ditakutinya adalah bertemu dengan keluarga Damar. Bukan karena apa, namun Nudee belum siap dengan segala pertanyaan tentang kelanjutan hubungannya dengan Damar

Melihat dari sekitarnya, bagaimana riwehnya kehidupan setelah pernikahan, membuatnya benar-benar enggan untuk melangkah sejauh itu.

Kedua orangtuanya yang hanya memasang keharmonisan saat didepan public, yang hanya demi image. Orangtua Sandrina yang bercerai. Ibu Satria yang berjuang sendiri setelah ditinggal mati suami, juga ditambah mama Raisa yang meninggal karena stres memikirkan perselingkuhan suaminya

Nudee memang paling anti dan bergidik ngeri jika membahas soal pernikahan. Bahkan dulu dirinya sempat berpikir untuk tidak pernah menikah. Apalagi usia Damar yang empat tahun dibawahnya, seolah sering kali membesarkan ragunya

Bagaimana kehidupannya jika menikah dengan brondong, bagaimana keegoisan laki-laki dan sifat kekanakannya nanti. Saat berpacaran saja, Nudee sering menemukan sikap Damar yang sering childish

Nudee memilih berpacaran dengan Damar, selain karena memang Nudee mencintainya, karena memang usianya yang jauh dibawahnya. Pikirnya, akan jauh dari pemikiran untuk membahas soal masa depan hubungan.

Namun mungkin perkiraannya salah, Damar selalu ingin membawa Nudee dalam setiap acara atau urusan keluarga besarnya. Mungkin juga itu cara Damar menunjukkan keseriusannya, walaupun dirinya lebih muda dari Nudee. Karena Nudee acap kali menyebut Damar brondong dalam candaannya dan sudah pasti membuat Damar merasa dibocahkan. Sepertinya juga, Damar sengaja banyak cerita tentang kekasihnya sehingga orangtuanya selalu menanyakan Nudee

Nudee mengabaikan dering smartphone nya. Namun ponsel itu terus berbunyi dan membuatnya dengan geram mengangkat panggilan dari Damar

"Udah dibaca kok gak dibales sih"
Suara lembut Damar dari sebrang telfon

Birunya Cinta (englot) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang