Chapter 11 || Goodnite

535 66 10
                                    

Malam semakin larut, tapi Raisa masih betah di balkon kamarnya. Sandrina sempat melihat, Raisa membuka pintu kaca balkon dan membawa laptop kerjanya saat Sandrina keluar dari kamar mandi. Pikir Sandrina, pasti ada pekerjaan penting sehingga dirinya tidak menganggu dan tidak menyusul.

Namun angin yang masuk kekamar kian dingin, Raisa diluarpun cukup lama. Kalau Sandrina tidak salah lihat, sepertinya Raisa hanya menggunakan piyama tipisnya

Sandrina berdiri untuk menghampiri Raisa. Dilihatnya Raisa tidak sibuk dengan laptopnya, namun berdiri pada sisi pagar balkon dan menatap kosong ke arah langit. Angin semilir membuat rambut lurus dan terurai Raisa menari-nari. Sandrina harus mengakui, Raisa memang benar dengan kesongongannya, bahwa dia diapakan juga cantik. Namun perih hati Sandrina melihat wajah cantik itu sayu, nampak layu dan tidak se bar-bar sebelumnya

"Kamu gak dingin? "
Sapa Sandrina yang tetiba langsung memeluk dari belakang. Raisa terlihat terkejut namun segera tenang saat menyadari siapa pelakunya. Dia menggeleng. Sandrina lega, pikirnya dirinya akan dilempar dari balkon

Sandrina menempelkan pipinya pada rambut belakang Raisa. Raisa memang sedikit lebih tinggi dari pada dirinya. Dari belakang tangan Sandrina meraba lengan menuju leher dan kening Raisa

"Tadi kenapa gak ngantor? Gak lagi sakitkan? "

"Ngantorku kan gak harus selalu dikantor"

"Setauku kamu selalu rajin kekantor"

"Aku manusia biasa, punya malas juga"

Sandrina mengeratkan pelukannya, ratu antagonisnya sedang rapuh. Yang biasanya selalu bersemangat dan tidak ada kata malas
"Sampaikan pada jiwa yang bersedih, begitu dinginnya dunia yang kau huni. Jika tak ada tempatmu kembali, bawa lukamu biar aku obati"
"Masuk yuk, ntar masuk angin"
Sandrina melonggarkan pelukannya. Setelah selesai dengan sepenggal lirik lagu dengan suara merdunya

"Tinggal minum obat"
Raisa menjawab datar dan sekenanya

"Oh iya, katanya smart people drink reject wind ya? "

Raisa mengerutkan dahinya sebentar, dan segera berbalik menampar lengan Sandrina kemudian berlalu sambil menggeleng dan tersenyum

Senyum perempuan yang belakangan selalu mengisi hari dan pikirannya ini menular pada Sandrina yang memegang sebentar gamparan Raisa dilengannya, kemudian mengekori Raisa menuju tempat tidur

Sebenarnya Sandrina ingin berpamitan pulang setelah mandi, namun entahlah. Dirinya berat beranjak pergi, tidak rela meninggalkan Raisa seorang diri. Percaya deh, saat ini apapun tentang Raisa adalah penting bagi Sandrina

Sandrina yang (katanya) tidak bisa nyenyak selain tidur diatas kasurnya, akan mengabaikan segala rasa. Raisa mau dirinya disana, Sandrina siap siaga. "Yang penting Raisa nyaman, gue gampang" Begitu mungkin isi hati Sandrina jika dituliskan

Raisa sudah dalam posisi tidur miring memunggungi bagian bed yang tersisa yang tak lain pasti space untuk Sandrina. Sandrina menempati sisa tempat untuknya dengan telentang. Sebenarnya Sandrina banyak pertanyaan, tentang apa yang terjadi dengan Raisa. Namun Sandrina merasa lancang jika harus bertanya. Toh kalau Raisa tidak pernah cerita berarti memang bukan lagi ranah Sandrina, untuk tahu lebih jauh tentang privasi Raisa

Birunya Cinta (englot) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang