Chapter 19 || matahari

444 54 11
                                    

"Djancuk ! Ki kantor sepimen do minggat nendi koen"
Nudee mencak-mencak di meja kerjanya yang penuh dengan berkas-berkas bertumpuk

Sandrina ke Jogja, untuk memastikan keadaan ibu Satria. Satria tentu absen kerja hari ini. Dan Raisa yang berada satu lantai dengannya, tak menampakkan batang hidungnya sama sekali

Pekerjaan yang menumpuk, ruangan sepi dan juga perkaranya dengan Damar, membuat otaknya membeku, tidak dapat berkonsentrasi. Setelah menekan angka pada telphone dimeja kerjanya yang langsung terhubung keruang OB, Nudee membuka akun instagramnya

"Raisa kemana ini, kok story update-nya seperti naik kereta"
Gumam Nudee saat membuka story Raisa, yang merekam gerimis hujan dari dalam kaca gerbong kereta tanpa caption namun dengan lagu Denting milik Melly Goeslaw yang di recycle oleh Petra Sihombing

"Rintik gerimis mengundang, kekasih dimalam ini. Kita menari dalam rindu yang indah"

Pada story pertama ada nama Raisa dan langsung Nudee klik untuk melihat update-an sahabat barunya itu

"Galau akut ni bocah"
Nudee me-replay story Raisa, menanyakan hendak kemana gerangan, namun tidak ada jawaban. Iseng Nudee membagikan cerita Raisa ke Sandrina dengan caption "anak orang lo apain Sand, galau begitu"

Walaupun Nudee hanya menerka dalam hati dan belum tahu persis ada apa diantara mereka, namun Nudee paham, masih ada kepeduliaan satu dengan yang lain

Tangan Nudee masih menggulir kekanan untuk melihat cerita-cerita orang yang dirinya follow. Yang kemudian tanpa sengaja membuka story Laras, kakak Damar yang akan lamaran malam minggu besok

Dalam story tersebut memperlihatkan video singkat Laras, calon tunangannya dan juga Damar, yang sepertinya sedang menyiapkan penghantar untuk lamaran

"Bontotnya mbak Laras ki gess, sik lagi belajar nyiapain penghantar juga, udah ngebet married doi, yo ra mas? "
Ucap Laras yang diangguki calon tunangannya. Sementara Damar hanya senyum-senyum manis

Nudee terbawa senyum Damar, pretty boy-nya itu memang punya senyum yang menawan. Namun Nudee segera merubah senyum diwajahnya menjadi datar dan menghela nafas panjang

"Damar, jangan gini dong"
Lirih Nudee kemudian menundukkan kepalanya diatas kedua tangannya yang berada diatas meja. Sakit hatinya mengingat percakapan by phone terakhirnya dengan Damar

"Misiii"
Suara ketukan OB pada pintu ruangannya mengganggu kegalauan Nudee

"Masokkk"

*****

"Alhamdulillah ibuk sudah ndak popo nduk. Ibuk ki jane baik-baik saja kok. Satria saja sik sering berlebihan kamu le"
Ucap ibu Satria pada Sandrina yang masih terbaring diranjang rumah sakit

"Ibuk pasti gitu, jangan sepelein kesehatan dong buk. Apa apa bilangnya gak papa terus"
Dengan lembut dan nada penuh kekawatiran, Satria tidak melepas genggaman tangan pada orangtua yang tinggal satu-satunya

Si ibu hanya tersenyum seraya mengelus kepala Satria. Sudah sangat paham jika anak laki-laki tunggalnya itu teramat mencintainya. Selalu memuliakan kedua orangtuanya. Seperti pepatah jawa, njunjung duwur mendem jero

Sandrina pun juga sangat bangga dengan Satria. Sebangsat-bangsatnya dia, tidak pernah menyakiti orangtuanya. Memprioritaskan orangtua selayaknya laki-laki yang memahami, kewajiban dan tanggung jawabnya akan terhenti jika dirinya sudah mati

Birunya Cinta (englot) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang