Chapter 10 || not alone

509 54 19
                                    

Walaupun " I hate monday" tidak ada dikamus Sandrina, namun schedule nya dihari senin selalu padat, penuh dengan meeting sana sini. Meeting pertama dengan team sekantor selesai saat memasuki waktu istirahat. Sekalian makan siang dengan kedua sahabatnya, Sandrina hendak mengambil mobil Raisa dari perbaikannya

Ketika di basement, pandangan matanya tak mendapati mobil CR-V miliknya. Apakah itu berarti Raisa tidak dikantor hari ini? Mungkinkah dia ada meeting diluar kota atau pertemuan diluar kantor? Pikiran Sandrina mulai bertanya-tanya sendiri

Sepanjang dan sampai di tempat makan, kedua sahabatnya bercengkrama dan bercanda seseru biasanya. Namun tidak dengan Sandrina yang tidak seperti biasanya. Kini ia sibuk mengecek satu persatu email dan chat group yang mungkin dirinya terlewat membaca. Berharap ada petunjuk dimana Raisa berada. Karena biasanya, jika ada pertemuan besar seringkali dirinya juga mendapat carbon copy email juga. Tapi sayang nihil, sepertinya hari ini tidak ada group atau email masuk yang menyangkut tentang Director of commerce

"Sibuk mulu sih Sand? Makanan lo keburu basi. Ini jam istirahat. Nanti lagi"
Nudee merebut paksa begitu saja ponsel ditangan Sandrina dan menaruh dimeja

"Pelan-pelan pak sopir"
Sandrina terkejut dengan perlakuan Nudee
"Lo tadi ada yang liat Raisa gak? "
Dijawab gelengan oleh kedua sahabatnya. Mereka tersadar sesuatu dengan raut muka Sandrina yang terlihat berbeda menanyakan Raisa.

Dari bahasa wajah kedua sahabatnya, Sandrina langsung bercerita tanpa diminta. Mulai dari pertemuannya di pusat perbelanjaan, melihat Raisa bersitegang dengan mrs.X, mengitari kota dan mengantarnya pulang dan melihatnya menangis saat dirumah.

Sampai disitu saja Sandrina menceritakan kepada dua orang yang tak lepas memandangnya itu. Sandrina tentu tidak menceritakan jika dirinya memeluk dan tidur dibawah Raisa, walaupun mereka terbiasa saling terbuka dan mencari solusi bersama. Namun kali ini Sandrina masih menyimpannya sendiri, daripada menggemparkan dunia persilatan

"Kenapa lo ga coba telfon aja sekedar tanya gimana keadaannya"

"Masalah kerjaan aja gue belum pernah telfon dia, apalagi masalah pribadi"

"Chat? "

Sandrina juga menggeleng. Memang Sandrina sudah menyimpan kontak pribadi Raisa di ponselnya. Namun, memang mereka belum pernah telfonan atau chat pribadi. Mereka hanya berada di beberapa group chat pekerjaan yang sama dan bertukar email pun dengan banyak penerima bukan personal.

Satria menggeleng tak heran
"Masih sama ya penyakit lo, malesan chat, gak suka telponan. Pacaran sama lo jangan ngarep ada sleepcall dong ya. Gak romantis amat"

Nudee terbahak
"Tapi langsung disamperin kan yaaa"

Satria sedikit berfikir mencari ide, saat melihat Sandrina yang tidak sedang ingin bercanda
"Pulang kerja lo kerumahnya aja, sekalian balikin mobilnya kan. Gue kasian juga kalo Raisa gak punya siapa-siapa disini dan sendirian pula menghadapi masalah. Bunuh diri bisa tuh jadi jalan tengah"

"Ee mulut lo bang Sat"
Timpal Nudee sambil menjejali tempe goreng ke mulut Satria

Sandrina merasa ragu
"Kalau ternyata Raisa gak ada dirumah, atau mungkin lagi healing sama pasangannya mungkin"

"Diotaknya cuma ada pekerjaan deh menurut gue. Pantes banget jadi budak corporate. Kalau sampai Raisa gak ngantor, menurut gue cuma satu, dia sakit. Itupun pasti masih WFH"
Kata Nudee

"Kemana-kemana juga sendiri. Wanita mandiri dan independen gitu, gue rasa gak mikir pasangan deh. Karena merasa bisa ngapa-ngapain sendiri"
Satria menambahkan
"Ya semacam lo"

Birunya Cinta (englot) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang