Chapter 6 || Heart Attack

510 47 1
                                    


Raisa lebih dulu sampai dikantor, dan sepertinya langsung menuju ruangannya. Pasti sudah banyak pekerjaan yang tertinggal sampai sehari penuh ini. Raisa dapat bekerja dari mana saja, namun sepertinya, seharian ini Raisa lebih banyak meletakkan ponselnya daripada kemarin.

Tak jauh beda dari Sandrina, yang juga langsung menuju ruang kerjanya melewati meja kerja Nudee. Nampak Nudee sedang berdiskusi serius dengan Satria dengan menunjuk pada layar laptop dihadapan Nudee. Sudah dipastikan perkara pekerjaan.

Sandrina ikut menengok pada pandangan kedua sahabatnya
"Ada kendala? "

Keduanya menoleh
"Eh ada si ibu. Aman dong. Cuma make sure data aja"

"Gimana lancar?"

"Aman aman ga ada problem. Tadi gue udah ambil mobil juga. Cuma gue belum sempet kerumah pemilik anjing itu lagi, kepikiran banget sebenernya. Tiap berangkat, gue selalu lewat sana, tapi rumahnya selalu sepi, pintu selalu ketutup. Kayak kosong gitu rumahnya. Tapi kok begitu terus ya"

"Besok kita temenin, udah lo tenang aja. All is well"
"Gue balik keruangan dulu ya"
Satria berdiri, menepuk bahu Sandrina sebelum berlalu

"Berkas di meja lo jangan lupa lo cek dulu"
Nudee mengedipkan satu mata dan mengacungkan kedua jempolnya

Sandrina kembali keruangannya setelah menangguk sebagai jawaban untuk Nudee.

Perkerjaan yang tertunda karena urusan dilapangan hari ini, membuat pekerjaan dikantor menumpuk. Tidak terasa sudah sampai pada waktunya jam pulang kantor. Nudee membuka pintu ruang kerjanya

"Pulang San, besok lanjut. Jangan lembur mulu, lo kerja apa dikerjain? "

"Udah kok ini tinggal kirim email doang. Lo duluan aja, ntar lagi gue turun" Jawab Sandrina sambil menyatukan jempol dan telunjuknya serta membuka tiga jari sisanya sebagai tanda OK!

Sandrina menutup laptop, merenggangkan sejenak ototnya dengan menyandarkan punggungnya dikursi, menarik kedua tangannya keatas. Setelah seteguk kopi, Sandrina berdiri kemudian meninggalkan ruangannya.

Sandrina berpapasan dengan Raisa di basement. Mobil mereka terparkir bersebalahan. Sandrina memberikan senyum sembari mengangguk sambil membuka pintu mobilnya. Namun, Raisa tidak menjawab dan berjalan mendekat kearahnya. Sandrina memundurkan tubuhnya membuat punggungnya menempel pada pintu mobil. Jarak mereka hanya tinggal sejengkal, ya, sedekat itu.

Sandrina kali ini tak paham dengan maksud Raisa. Sandrina hanya mengernyitkan dahi dan memiringkan muka sebagai tanda dirinya tak paham. Dan lucunya, Sandrina tidak memalingkan dari mata tajam yang mengunci tatapannya.

Bukannya menjawab, Raisa meraih siku Sandrina, mengusap sampai telapak tangan. Terlepaslah kunci mobil digenggaman tangan Sandrina, berpindah ke tangan Raisa.

Sandrina hanya diam melongo dengan perlakuan absurd Raisa. Jujur saja, itu membuat Sandrina menahan nafas. Untung saja tidak sampai serangan jantung. Hingga Sandrina tersadar, mengerjabkan matanya berkali-kali ketika tangannya kembali menggenggam kunci mobil dan telinganya mendengar bisikan titah

"Kembalikan jika sudah kembali seperti semula"

******

Pagi sekali, Sandrina sudah dibengkel dengan mobil Raisa. Sengaja mobil itu dibengkelkan pagi-pagi berharap sore sudah selesai dari perbaikannya. 

Sandrina mengeluarkan ponselnya hendak memesan ojek online, untuk membawanya kekantor, karena motornya juga kemarin masih ditinggal disana. Sandrina pulang dengan mobil Raisa.

Nudee dan Satria yang awalnya menanyakan soal motor yang ditinggal dikantor, membuat tahu jika Sandrina sedang membawa mobil Raisa untuk diperbaiki. Mereka berkali-kali menawarkan untuk menjemput, namun Sandrina menolak.

Birunya Cinta (englot) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang