chapter 20 || bimbang

464 61 14
                                    

Raisa duduk disalah satu meja yang berada diluar ruangan, memilih menu di restaurant ikan bakar cianjur, yang cabangnya ada diberbagai kota.

"Raisa! Kita ketemu lagi"
Henry menarik kursi dan duduk didepan Raisa
"Sory, waktu itu belum sempet kabarin kamu lagi dan aku udah balik jakarta. Ini juga baru aja landing kesini lagi"

"It's ok. Lagian saya juga lagi banyak kerjaan. Kebetulan kan kita ketemu disini"
Jawab Raisa sedikit terkejut bertemu mantannya lagi

"Oke deh, mumpung aku belum dihubungi klien, boleh dong aku ikut makan bareng kamu disini, sekalian kita ngobrol"

Sebenarnya niat Raisa tadi tidak ingin makan ditempat, mau take a way, tapi ya sudahlah daripada menolak juga tidak enak. Mumpung ada teman ngobrol. Karena dirumahnya, dikantornya atau bahkan dimana-mana, selalu mengingatkannya dengan Sandrina. Dikeramaian inipun, jiwanya masih terasa sepi

Raisa dan Henry mengobrol ringan sambil memilih lalu memesan menu. Sepertinya Henry juga masih single setelah putus dengan Raisa. Henry memang workaholic sama seperti Raisa, jadi mungkin belum sempat memikirkan itu atau mungkin belum move on dari Raisa. Tapi Henry tidak membahas soal masalalu mereka, mungkin agar tidak dianggap terlalu cepat atau merusak suasana pertemuan mereka. Mereka hanya bercerita ringan dan saling melepas tawa.

Tanpa keduanya sadari, sepasang mata ternyata menangkap pertemuan mereka. Mobil CRV melintas didepan jalan restaurant dimana Raisa dan Henry berada. Karena memang jam pulang kerja dan jalanan padat dan laju kendaraan sedikit tersendat. Mobil itu berjalan pelan, dan saat pengemudi menoleh kekiri, didapati nya pemandangan yang menyesakkan. Raisa dan Henry tertawa lepas bersama begitu akrabnya. Tawa yang biasa mereka ciptakan berdua, kini Henry yang menjadi alasan Raisa tertawa.

Kenapa mereka seakrab itu dan berkencan disana. Sudah sejak kapan mereka mulai dekat lagi? Sejak kapan mereka berkomunikasi dan berkencan seperti ini? Apakah sejak hari pertama Sandrina memutuskan untuk menghindari Raisa? Secepat itukah? Raisa tertawa lepas.
Dia sebahagia itu dan aku sekacau ini !!
Darah Sandrina mendidih dengan overthinking nya. Sandrina meremas stir dan mengalihkan pandangan kedepan dengan emosi dan kekacauan pikiran yang dibuatnya sendiri

Sementara direstaurant, Henry mendapatkan telphone untuk segera menemui kliennya. Henry jadi serba salah, namun tujuannya kembali kesini adalah pekerjaan. Dengan berat hati dirinya pamitan dengan Raisa dan membayar makanan mereka. Raisa awalnya menolak, tapi Henry mengatakan bahwa itu ia catat sebagai hutang dan Raisa harus mentraktirnya dilain hari. Raisapun hanya terkekeh dan menyetujui. Pikirnya semua aman-aman saja, Henry tidak pernah membahas masalalu mereka, tidak ada salahnya jika mereka bertemu lagi dan benar-benar menganggapnya sebagai teman bukan mantan

Raisa menenteng bungkusan makanan yang akhirnya dibawa pulang karena tidak mungkin menghabiskan dua porsi untuk dirinya sendiri. Namun sayang ternyata itu keputusan yang salah lagi. Menatap makanan yang begitu banyak yang sudah ditata diatas meja hanya akan mengingatkan kembali pada Sandrina. Sandrina yang selalu lahap makan dengannya. Yang selalu siap menghabiskan sisa makanan Raisa. Sandrina yang makan apa saja dan dengan porsi besar tapi tidak pernah membuat timbangannya naik. Beda dengan dirinya, hanya dengan melihat gorengan saja, jarum timbangan langsung bergeser kekanan.

Tanpa Raisa sendiri sadari, saat bersama Sandrina dia juga makan begitu lahap. Dan ah, lagi-lagi dia teringat saat Sandrina membawakan tengkleng dan dirinya makan denga  nikmatnya sampai belepotan. Sandrina membersihkan dengan menyusuri bibirnya atas bawah dari sudut ke sudut. Ingatannya membawa lagi bagaimana mereka berciuman begitu hangat sampai membawa mereka asing seperti sekarang. Mengingat itu, secepat buroq mood Raisa langsung berubah, menghilangkan seluruh nafsu makannya

Birunya Cinta (englot) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang