Chapter 4 || Wonogokil

438 47 1
                                    

Sandrina masuk kedalam ruang kerja Raisa setelah mengetuk pintu dan mendengar sahutan dari dalam. Sandrina memenuhi panggilan Raisa untuk menemuinya pagi ini.

Raisa hari ini hendak visit ke Brand Office Wonogiri dan meminta Sandrina untuk mendampingi karena Sandrina lebih paham area tersebut. Sekalian mengadakan meeting kecil dengan BO Wonogiri terkait produk baru yang diluncurkan oleh perusahaan Telekomunikasi yang menaungi mereka.

Namun Sandrina mengatakan kalau hari ini harus visit ke BO Klaten karena sudah dijanjikan dari beberapa hari yang lalu. Tapi Sandrina harus mengundur atau mungkin membatalkan agenda hari ini ketika Raisa mengatakan

"Reschedul atau nanti jika sempat kita langsung ke Klaten kalau masih ada waktu"

Katanya datar dan tegas seolah tidak menerima penolakan.

"Oke, baik."
Sandrina mengambil ponsel disaku blazer slim fit nya , mengabari team terkait jika dirinya tidak bisa visit sekarang. Mungkin nanti sore atau besok. Setelahnya dia hendak berdiri namun tertahan mendengar ucapan Raisa

" Kita berangkat sekarang, tolong bawakan sample product itu"
Sambil menunjuk kotak berbentuk persegi panjang yang dimaksud, sementara Raisa berdiri anggun serta menjinjing tas mahalnya

"Maaf bu, anda ada asisten jika perlu bantuan dengan barang ibu"
Kata Sandrina dengan sopan walaupun sedikit terkejut dengan perlakuan Raisa yang berani menyuruhnya. Bagaimanapun Sandrina punya posisi tertinggi di Jateng, walaupun Raisa dengan posisi lebih tinggi dalam sistem office nya. Tapi seluruh staf karyawan area Jateng pastinya dibawah kontrol Sandrina

Raisa tersenyum, berjalan mendekati kursi dimana Sandrina duduk. Satu tangannya ditaruh dimeja persis dihadapan Sandrina. Raisa ketuk-ketukkan jarinya disana

"Anda tau, kebaikan itu seperti nafas. Yang semua makhluk hidup memilikinya. Hanya saja, mereka mau mengeluarkannya atau tidak dari dalam dirinya. Lagi pula, itu bukan barang saya, itu barang kantor"
Raisa setengah menunduk dan berbicara persis disamping wajah Sandrina, sampai aroma parfum Raisa begitu lekat dengan indra penciuman Sandrina.

Yang kemudian Raisa hanya berlalu begitu saja meninggalkan Sandrina didalam ruangannya.

"Laahaula walaaquwwata Illa billah"

Sandrina hanya menghela nafas dan mengusap wajahnya frustasi. Misteri ilahi macam apa yang disiapkan untuk Sandrina, sampai harus berhadapan dengan raja Fir'aun dikehidupan nyata. Yang asal perintah kepada siapapun juga. Saat ini Sandrina benar-benar ingin semesta membantunya membelah lautan dan menenggelamkan Raisa didalamnya.

Biasanya Sandrina selalu akrab dengan VP dan bisa menjadi teman yang asyik diajak ngobrol, seperti hal nya dulu dengan pak Yusuf. Mereka layaknya teman, karena dengan posisi mereka berdua dalam pekerjaan memang membuat mereka sering bersama. Harusnya dengan Raisa begitu juga. Tapi mengapa, bisa dikatakan Raisa lebih sering bertingkah seperti bos nya kepada Sandrina. Padahal mereka bernaung dan digaji oleh perusahaan yang sama. Raisa harusnya hanya berhak bossy kepada Sandrina jika pekerjaannya tidak beres dan tidak tepat waktu untuk di foward kepada Raisa. Karena tanggung jawab Sandrina kepada Raisa hanya itu, harusnya.

*****

Diparkiran, Sandrina tidak menemukan Raisa. Sandrina berinisiatif mendekati mobil Raisa, nampak ratu antagonis itu sedang bergulat dengan ponselnya. Sandrina mulai berpikir, apa jangan-jangan perempuan ini sedikit retak dibagian kepalanya. Dia meninggalkan Sandrina begitu saja, tidak mengatakan memakai kendaraan siapa dan diminta membawa barangnya. Kini dirinya duduk manis bagaikan ratu Badarawuhi

Sandrina membuka kursi penumpang belakang dan menaruh bawaannya. Sandrina sempat berpikir lagi, ini hanya berdua atau Raisa membawa orang lagi selainnya, mungkin untuk menyetir. Karena Raisa duduk dikursi penumpang sebelah kemudi. Sandrina tak segera menutup pintu belakang, dia ingin bertanya tapi bibirnya seperti enggan untuk berucap

Birunya Cinta (englot) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang