1 | Melepas atau Bertahan

8.4K 393 186
                                    

"Anak bujang bangunnya nggak boleh siang-siang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Anak bujang bangunnya nggak boleh siang-siang. Emangnya kamu mau jodohnya nanti dipatok ayam?"

Zergan menggeliat pelan di atas ranjang yang terlihat berantakan. Matanya sedikit menyipit saat sinar mentari pagi menyelisik pengelihatan tanpa permisi. Weekend begini seharusnya ia habiskan untuk berhibernasi selayaknya beruang di Kutub Selatan. Tetapi rupanya, takdir berkata lain dengan cara menghadirkan alarm bernyawa yang siap mengganggu waktu tenang dalam tidurnya.

Cowok itu akhirnya bangkit. Memandang malas ke arah Isna meski sambutan dari wanita itu berupa senyuman hangat.

"Mama tunggu di bawah, kita sarapan bareng."

Bukannya menuruti apa yang diperintahkan oleh mamanya barusan. Zergan justru lebih memilih untuk mengotori paru-parunya dengan rokok yang baru saja berhasil menyala. Ia menuju pada balkon kamarnya, menikmati udara yang terasa cukup dingin akibat hujan deras mengguyur kota Jakarta sejak semalaman. Zergan yakin saat ini televisi sudah banyak menyiarkan berita mengenai banjir di beberapa wilayah tertentu. Dan hal itu sudah bukan lagi menjadi fenomena aneh di kota metropolitan ini.

Kepulan asap dari mulut Zergan terlihat menghiasi udara di sekitar kamar. Menciptakan bau tak sedap yang akan mengundang celotehan dari sang Mama, karena pada kenyataannya wanita itu sangat anti dengan bau rokok. Tetapi, Zergan tidak peduli selagi mamanya tidak mengidap penyakit paru-paru atau pernapasan.

Matanya beralih fokus pada ponsel yang saat ini sedang menampilkan roomchat-nya dengan Alara. Belum ada satu pun pesannya yang mendapat balasan dari perempuan itu. Helaan napas akhirnya berhasil lolos dari mulut Zergan. Tangannya mengacak pelan rambut yang memang sudah terlihat berantakan. Kemudian, kembali memandang ke arah luar jendela. Menyaksikan bagaimana setiap tetes air hujan itu membasahi bumi.

"Mama nggak setuju kalo sampe kamu mau bertanggung jawab atas apa yang nggak pernah kamu lakukan, Zergan! Masa depan kamu itu masih panjang, jangan cuma karena cinta sampai rela mengorbankan masa depan kamu!"

"Kehidupan dalam rumah tangga itu nggak seindah yang kamu pikirkan! Mungkin selagi kalian pacaran, banyak kemanisan yang kalian rasakan. Tapi, beda lagi ketika kalian membangun rumah tangga! Apalagi, umur kalian masih belasan, kalian masih remaja labil yang belum ngerti bagaimana cara menjalin rumah tangga yang baik. Pokoknya, Mama nggak pernah setuju dengan keputusan kamu untuk menikah dengan Alara!"

"Mama nggak peduli sekalipun Alara berasal dari keluarga terhormat, karena Mama nggak mau kamu dipandang buruk sama semua orang karena nikah di masa SMA!"

Zergan mematikan bara api yang masih terdapat pada ujung rokok yang hampir habis. Kalimat demi kalimat itu terus berkeliaran di kepala yang sialnya berhasil membuatnya frustasi. Tidak ada yang salah dari perkataan mamanya, tetapi ia juga tidak ingin membiarkan Alara menanggung semuanya sendirian. Meski ada rasa kecewa yang bersemayam di dalam hati Zergan setelah mengetahui kabar ini, dirinya masih tak bisa melupakan Alara seperti apa yang disarankan Isna. Rasa cinta itu jauh lebih kuat dibandingkan dengan rasa kecewanya. Dan lagi pula, semua ini bukan kesalahan Alara.

Zargan ; ANNOYING HUSBAND ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang