Laju motor milik Zargan berhenti ketika lampu lalu lintas berubah menjadi merah. Laki-laki itu melepaskan tangan yang semula menggenggam erat stang motor. Kepalanya menoleh pada arah kanan dan netranya terfokus pada seorang anak kecil dengan seluruh tubuh dicat silver. Dilihatnya anak itu terus berkeliling, menghampiri setiap pengendara motor dan mobil sembari menyodorkan kardus kecil, berharap ada yang akan berbaik hati sehingga mau memberinya sedikit uang. Namun, anak itu lebih banyak menerima penolakan dari para pengendara.
Lantas, Zargan menoleh pada lampu merah, sebentar lagi akan berubah menjadi hijau. Tangan Zargan kemudian melambai pada anak itu karena takut lampu berubah sebelum anak itu sampai di hadapannya.
Anak itu akhirnya berlari kecil, menyelinap di antara celah-celah motor dan mobil hingga akhirnya sampai di hadapan Zargan.
"Kamu sendirian?"
Pertanyaan Zargan berhasil membuat fokus Alara terpecahkan. Ia mengalihkan pandangan dari layar ponsel dan menyaksikan interaksi Zargan dengan anak kecil itu.
"Enggak, Kak. Ada lagi beberapa temen, tapi kita mencar. Nanti kalo udah mau pulang baru ketemu di tempat yang udah ditetapkan, terus nanti bagi hasil."
"Kamu umur berapa?"
"12 tahun."
"Nggak sekolah?"
Anak kecil itu kemudian menggeleng. Raut wajahnya terlihat tidak berseri. Zargan juga bisa menangkap air yang menggenang di pelupuk matanya.
"Kakak ada sedikit uang, ini buat kamu, ya? Terserah mau dibeliin apa aja, tapi jangan dibagi hasilnya sama yang lain. Pokoknya ini khusus buat kamu karena mau bekerja keras di umur yang seharusnya masih cuma main-main dan bersekolah.
Zargan memberikan dua lembar uang berwarna merah. Senyuman langsung merekah pada bibir anak itu, ia juga berulang kali mengucapkan terima kasih kepada Zargan sembari memberikan doa-doanya.
"Aku mau beliin Mama makanan enak. Dadah Kakak Ganteng yang baik hati!" serunya sebagai penutup perbincangan mereka sore ini. Lampu merah yang telah berubah menjadi hijau membuat Zargan kembali melajukan motor karena pengendara di belakangnya nampak tidak sabar sehingga bunyi klakson saling bersahutan.
Alara sedikit sebal dengan dirinya sendiri karena setiap kali Zargan berbuat kebaikan, ia justru hanya bisa memandanginya dalam diam. Seharusnya, ia ikut memberikan uang yang ada di dompetnya kepada anak tadi, padahal kalau dipikir, kondisi Zargan saat ini sudah tidak seperti dulu lagi. Zargan tidak bisa menghamburkan uang sesuka hatinya karena ia sudah tidak lagi mendapat jaminan dari papanya. Namun, Alara merasa begitu kagum dengan sosok Zargan. Ia tidak pernah mengira bahwa laki-laki super menyebalkan, yang hampir setiap hari selalu mengganggunya, membuat amarah di dalam dirinya selalu memuncak—adalah sosok yang begitu peduli dan lembut terhadap orang-orang kecil.
"Biasa aja ngelihatinnya. Terpesona, kan, lo?" Zargan terkekeh pelan, ia tidak sengaja melihat arah pandang Alara melalui kaca spion. Perempuan itu mengerjap beberapa kali dan baru menyadari bahwa sejak beberapa menit yang lalu, ia terus memandang Zargan dengan senyuman yang menghiasi bibirnya. Ah, Zargan benar! Sepertinya Alara mulai terpesona dengan sikap yang selama ini Zargan tunjukkan. Mungkin juga, ia telah jatuh cinta?
KAMU SEDANG MEMBACA
Zargan ; ANNOYING HUSBAND ✔
Novela Juvenil"Pengkhianat harus mati!" Karena kejadian pada malam hari itu, tepatnya saat Alara tak sadarkan diri. Berbagai masalah mulai menghampiri hingga ia harus rela menikah dengan kembaran dari kekasihnya sendiri. Ia bertekad untuk membalaskan dendam pada...