Zargan menghampiri Anyelir yang sedang duduk di halaman depan rumahnya dengan beralaskan sandal jepit. Wajahnya terlihat mendongak, menatap langit tak berbintang dengan fokus. Zargan ikut duduk di sebelah Anyelir dan hadirnya Zargan berhasil membuat Anyelir mengalihkan tatapannya pada Zargan. Gadis itu tidak banyak bicara, hanya memandang Zargan yang masih sibuk mencari posisi duduk ternyaman.
Lantas, Zargan menoleh setelah dirasa berhasil menemukan posisi ternyaman. Sementara itu, Anyelir masih sama seperti semula sehingga keduanya saling bertatapan, tetapi Anyelir memutuskan kontak mata itu lebih dulu dan Zargan tampak biasa saja.
"Lo belum tidur?"
"Kalo gue udah tidur, yang ada di sebelah lo ini siapa? Setan?"
Jawaban yang Anyelir ucapkan berhasil mengundang tawa dari Zargan. Memang benar, sih, tapi apa salahnya juga jika basa-basi? Anyelir ini memang terlalu sensitif dan mudah sekali marah.
"Lo ngapain di luar malem-malem gini? Nggak takut masuk angin?"
"Masuk angin aja, kok, takut. Lagian, gue juga kalo dagangan nggak laku udah biasa jualan sampe malem, kena angin malem. Jadi, ya, udah biasa. Masuk angin juga nggak bakalan bikin gue mati lebih cepet."
Zargan mengangguk, kemudian memutuskan untuk mengalihkan atensinya dari Anyelir. Zargan memandang ke arah depan, di mana suasana di kampung sini sudah lumayan sepi. Mungkin sebagian warga sudah terlelap akibat lelah menyelimuti mereka setelah seharian bekerja di jalan.
"Besok gue mau pulang."
"Besok banget?" Anyelir langsung menoleh pada Zargan. Raut wajahnya terlihat berbeda, seperti ada sesuatu yang mengganjal.
"Iya, gue nggak mungkin tinggal di sini mulu, ngerepotin keluarga lo. Gue juga nggak bisa bersikap egois terus, ninggalin Ara sendirian. Sesuai yang lo bilang, dia lagi hamil dan takut kenapa-kenapa. Lagian, Ara juga udah nelepon gue terus."
"Lo udah baikan sama istri lo?"
"Belum, tapi paling enggak gue harus tetep ada, kan? Walaupun gue belum baikan sama dia, terus nantinya berakhir diem-dieman, seenggaknya kalo ada hal-hal yang nggak diinginkan terjadi, ya, ada gue."
Anyelir menarik kedua sudut bibirnya, kemudian mengangguk singkat. "Bagus, kalo rumah tangga mau tetep awet, harus ada yang bisa bersikap dewasa."
"Lo nggak mau cerita apa-apa, An?"
"Apa?" Anyelir tampak mengerutkan dahinya. Dia memandang Zargan dengan tatapan heran.
"Gue udah banyak cerita tentang diri gue, tapi lo belum pernah cerita secara detail. Tentang lo, keluarga lo, atau percintaan."
"Sesuai yang lo lihat, hidup gue, ya, gini. Nggak ada hal menarik yang perlu diceritakan."
"Gue mau denger."
Anyelir menghela napas secara perlahan, tatapannya kembali ke arah depan. Lantas, Anyelir memutuskan untuk menyetujui permintaan Zargan karena kalau dipikir, dirinya juga butuh teman yang mau mendengarkan beban hidupnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zargan ; ANNOYING HUSBAND ✔
Teen Fiction"Pengkhianat harus mati!" Karena kejadian pada malam hari itu, tepatnya saat Alara tak sadarkan diri. Berbagai masalah mulai menghampiri hingga ia harus rela menikah dengan kembaran dari kekasihnya sendiri. Ia bertekad untuk membalaskan dendam pada...