10 | Hukuman dan Peraturan dari Zargan

3.5K 218 53
                                    

vote sama spam komennya, dong, plis 😔😫
aku pengen tau, ini cerita feel-nya dapet ga sih sebenernya? :(

vote sama spam komennya, dong, plis 😔😫aku pengen tau, ini cerita feel-nya dapet ga sih sebenernya? :(

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Good morning, istrinya Zargan."

Saat mengucapkan kalimat itu, bibir Zargan nampak merekah. Tatap matanya tertuju pada Alara yang masih berdiri pada posisi tak jauh dari Zargan. Beruntungnya kelas masih sepi sehingga tidak ada yang mendengar ucapan Zargan selain dirinya dan juga dua orang di belakang Zargan. Alara bisa menangkap dengan jelas bahwa mereka ikut tertawa kecil hingga akhirnya saling berbisik.

"Nggak usah ketawa lo berdua!"

"Yang udah halal mah emang beda, ya." Shellena menyandarkan tubuhnya pada kursi dengan kedua tangan dilipat di depan dada, sementara Alara sudah dibuat naik pitam saat menyadari bahwa Zargan dan Shellena bertukar tempat duduk.

"Lo kenapa malah pindah ke belakang, Shel?"

"Mau ngebucin juga, lah, sama ayang Galen."

"Dasar, si paling bucin!" katanya, sebelum kembali fokus menghadapi laki-laki super menyebalkan yang sudah berhasil menyandang status sebagai suaminya.

"Awas!" Alara menarik lengan Zargan beberapa kali, namun tidak berpengaruh apa pun. Laki-laki itu masih setia duduk pada kursi yang seharusnya menjadi tempat duduknya.

"Yang sopan, dong, sama suami. Bilang gini Zargan sayang. Aku mau masuk, ya? Kasih aku jalan buat lewat."

Alara mendecih pelan, memilih untuk mengabaikan kalimat Zargan barusan. Untung saja tubuhnya begitu ramping, bahkan nampak seperti model-model majalah sehingga celah antara kursi milik Zargan dan meja Galen dapat ia jadikan peluang untuk bisa masuk dan duduk masam di kursi. Emosinya belum mereda, lalu sengaja bersandar pada dinding kelas. Menatap Zargan yang sialnya juga ikut memutar posisi duduknya, sehingga mereka saling berhadapan.

"Habis dari mana aja, Ra? Tadi berangkat bareng, katanya mau ke toilet dulu, tapi lumayan lama juga, ya, sampe kelasnya?" Pertanyaan yang Zargan lontarkan nampak lebih menjurus ke arah introgasi. Jelas, karena kalimat itu didukung dengan tatapan penuh intimidasi.

"Cewek kalo di kamar mandi emang suka lama."

"Bukan mampir ke kelas Zergan dulu?"

Alara tidak menjawab, perempuan itu memilih untuk kembali memutar posisi duduknya. Malas berhadapan dengan Zargan yang hanya bisa membuat emosinya memuncak. Aneh, tapi aura Zargan memang sering kali terasa menyebalkan. Namun, terkadang juga terasa menenangkan.

"Besok-besok gue kayaknya harus beli borgol."

"Buat apaan?"

"Ngeborgol tangan gue sama lo. Nanti dilepasnya cuma kalo lo atau gue mau ke toilet."

"Nggak waras!"

"Satu lagi, gue juga kayaknya harus bikin peraturan, setiap kali lo bicara nggak sopan sama suami sendiri, maka lo akan dapat hukuman."

Zargan ; ANNOYING HUSBAND ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang