2. Kasus yang Saling Berhubungan

569 76 1
                                    

Bismillah, bab 2.

Jangan lupa follow dan ramaikan tiap paragrafnya yaa

Ambil posisi nyaman, menjauh dari keramaian, dan silakan membaca.

—Happy Reading—

Bab 2. Kasus yang Saling Berhubungan

Suara yang terdengar karena benturan pelan gelas dengan permukaan meja membuat lamunan Lea buyar seketika. Atensinya beralih pada Bu Utami, satu-satunya pegawai di kedai kopi di pinggir jalan yang baru saja mengantar dan meletakkan pesanannya di meja.

"Makasih, Bu." Raga yang duduk di kursi depannya tersenyum tipis kepada Bu Utami.

Lea meminum minumannya sampai setengah setelah Bu Utami pergi dari hadapannya. Lain dengan Kala yang meminum dengan tenang dan memperhatikan layar ponselnya.

"Lo haus banget, Le?" tanya Raga melihat minuman Lea yang tinggal setengah.

Lea menganggukkan kepalanya. "Iya, ngerjain tugas bikin gue haus kayak nggak minum satu tahun," jawab Lea asal.

Lea mengalihkan pandangannya ke arah jalanan yang tidak terlalu ramai. Burung-burung mulai berterbangan di langit sore itu. Suasana kedai yang sedang sepi membuat ia sedikit tenang karena tidak mendengar kebisingan pengunjung lain.

Niat Lea pergi ke sini bersama Raga dan Kala sebenarnya ingin mengerjakan tugas bersama. Setelah tugas mereka selesai, akhirnya waktu sore itu kembali diisi dengan obrolan ringan.

Kedai milik Ibu Laras sudah menjadi tempat favorit mereka. Pegawai disana hanyalah Bu Utami. Kedai ini juga menghidangkan aneka kue dan roti.

"Kal, lo jadi pindah rumah?" tanya Raga memecah keheningan disana.

"Mungkin tiga hari lagi," jawab Kala santai.

"Tapi lo pindahnya nggak jauh-jauh amat, kan?" tanya Lea memastikan.

"Komplek sebelah," jawab Kala melirik Lea sekilas.

Lea dan Raga mengangguk-angguk kan kepalanya. Lalu suasana hening seketika. Mereka bertiga saling lirik entah kenapa. Lea menggigit bibir bawahnya menahan tawa, begitupun dengan Raga. Pada akhirnya tawa mereka berdua pecah begitu saja hanya karena saling melirik. Kala yang memang tidak mudah tertawa pun hanya memutar bola matanya malas.

"Anjir, receh banget sih, apa yang diketawain coba?" ucap Lea bingung sendiri.

"Tau tuh, nggak bisa banget nahan tawa kalo sama lo," balas Raga.

Lea menggeleng-gelengkan kepalanya, mengambil sepotong roti didepannya dan memakannya dengan lemah lembut.

Raga memasukkan langsung roti yang tersisa di tangan Lea ke mulut gadis itu karena gemas dengan Lea yang makan dengan begitu menghayati dan sangat lama.

"Makan aja pake di slowmo," nyinyir Raga kepada Lea.

"Ini tuh, gue lagi nyontohin yang kaya di tv," balas Lea setelah semua makanan di mulutnya sudah tertelan.

Raga pun hanya melirik malas dan menyeruput kopinya. Mengingat pembunuhan di sekolah tadi, Raga jadi teringat sesuatu.

"Le, kasus... Tante Naura gimana?" tanya Raga kepada Lea dengan hati-hati.

The Mysterious Killer (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang