13. Kenyataan Pahit

316 50 7
                                    

Setelah bertemu dengan Raga dan Lea, Kala pulang ke rumah. Tadi, ia sempat membicarakan sesuatu tentang Ayana kepada kedua sahabatnya. Dan sekarang, Kala ingin meminta penjelasan kepada Artika tentang sesuatu yang mengganjal pikirannya. Ucapan Arzan terdengar jelas di telinganya.

"Lagipula, Kala bukan anak kandung saya."

Kala terus melangkahkan kakinya, memasuki rumah dan menghampiri Artika yang sedang memasak di dapur. Kala sangat ingin tahu, kebenaran dibalik ucapan Arzan itu.

"Mama," panggil Kala membuat Artika seketika melirik sebentar dengan tangan yang sibuk meracik bumbu.

"Ya? Kenapa, Kal?" balas Artika.

"Orang tua kandung Kala siapa?" Pertanyaan Kala membuat pergerakan Artika terhenti. Ia memandang Kala sepenuhnya dalam diam. Saking kagetnya, Artika bahkan tidak mampu untuk berkata-kata. Jujur, Artika tidak siap jika Kala bertanya seperti itu.

"Ka-kamu kenapa nanya gitu?" ucap Artika terbata-bata.

"Kala denger papa bilang, kalo Kala bukan anak kandung papa. Atau mungkin, Mama juga bukan mama kandung Kala?" ucap Kala yang membuat Artika sukses terdiam.

Hal itu membuat Kala semakin yakin, bahwa ucapan Arzan benar adanya. Namun, hatinya masih menolak dan berharap bahwa hal itu hanya kebohongan.

"Ma," Kala menyadarkan Artika dari lamunannya.

Artika menatap Kala dengan ekspresi yang sulit diartikan. Bertahun-tahun, ia mati-matian menyembunyikan rahasia besar itu. Bahkan sebenarnya, Artika tidak ingin Kala mengetahui siapa dirinya yang sebenarnya, untuk selama-lamanya.

"Kala," Artika mengusap lembut lengan Kala.

"Nggak papa Ma, jujur aja" Kala pasrah dengan segala konsekuensi yang akan ia terima nantinya.

"Maaf ya, Mama nyembunyiin ini karena Mama sayang sama kamu, Mama nggak mau kamu marah sama Mama," ucap Artika pelan.

"Kala nggak akan marah, sekalipun ucapan papa itu bener," balas Kala dengan tatapan teduhnya.

Hal itu membuat hati Artika tercubit. Ia tahu, sekarang Kala tidak mungkin baik-baik saja setelah mengetahui sebuah kebenaran besar. Namun, laki-laki itu berusaha menyembunyikan perasaannya.

"Walaupun Mama bukan ibu kandung kamu, tapi Mama bener-bener sayang sama kamu," ungkap Artika dengan sungguh-sungguh.

Kala masih diam, berusaha menerima kenyataan pahit yang ia hadapi. Fakta baru yang ia ketahui, tidak bisa disangkal lagi.

"Terus, siapa orang tua kandung Kala?" tanya Kala penasaran.

Artika menggeleng pelan. "Mama bener-bener nggak tahu, Kala. Waktu kamu bayi, Mama sama Papa nemuin kamu di depan pintu rumah," ucapnya jujur.

Kala terdiam dengan perasaan kecewa. Namun ia bersyukur, telah dipertemukan dengan perempuan sebaik Artika. Namun jika mengingat kelakuan Arzan kepada Artika, Kala sangat tidak terima.

***

Memasuki kamarnya sendiri, selalu bisa membuat Ayana flashback masa-masa dulu. Sebelum kamarnya sesepi sekarang ini, kamar ini pernah menjadi saksi bisu betapa bahagianya Ayana dan keluarganya. Rasanya, keadaan cepat sekali berubah. Rasanya baru kemarin Ayana membicarakan tentang konspirasi luar angkasa bersama papanya, berbicara tentang mimpi besarnya dan bercanda bersama kakak serta mamanya. Sekarang, kamar ini juga yang membuatnya merasa sedih karena kenangan menyenangkan itu tidak bisa diulang. Hanya bisa diingat lalu dikenang dengan baik.

Setelah puas menghabiskan waktu bersama Laras, Ayana segera pulang ke rumah. Ayana mengambil kamera yang tergeletak di mejanya, lalu menatap deretan foto hitam putih di dinding. Ayana memutar kembali video dari kamera tersembunyinya. Ia mencoba menyusun rangkaian teka-teki dalam pikirannya, dan mencari ide untuk menentukan apa yang harus ia lakukan. Namun sepertinya, ia hanya menemukan jalan buntu. Ia benar-benar tidak tahu harus bagaimana untuk mengetahui siapa si pembunuh misterius itu.

The Mysterious Killer (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang