23. Antara Erfan dan Aldi

246 40 31
                                    

JANGAN LUPA KASIH BINTANG DULU

FOLLOW AKUN AUTHOR

KOMEN TIAP PARAGRAF JIKA BERKENAN

JANGAN LUPA SHARE CERITA INI KE TEMAN-TEMAN KAMU YAA

HAPPY READING💙

Motor berwarna hitam milik Erfan berhenti di parkiran sebuah apartemen. Hawa dingin sangat terasa di area itu. Hanya ada beberapa kendaraan yang terparkir di apartemen yang terlihat sepi itu. Erfan turun dari motornya dan melangkahkan kakinya masuk ke dalam apartemen untuk menemui seseorang. Laki-laki berjaket hitam itu menampilkan ekspresi dinginnya. Ekspresi yang jarang ia perlihatkan kepada teman-temannya.

Erfan terus mempercepat langkahnya hingga ia sampai di depan unit apartemen yang berada paling ujung di lantai 7. Tepat saat Erfan hendak memencet bel, seseorang lebih dulu membuka pintu dari dalam. Tatapan keduanya bertemu. Orang itu tampak terkejut melihat kedatangan Erfan. Namun, orang itu buru-buru menormalkan ekspresinya kembali.

"Tumben lo ke sini, gue kira lo nggak akan nemuin gue lagi." Aldi terkekeh pelan seraya menatap wajah Erfan yang sedang tidak bersahabat.

Erfan mendorong kasar tubuh Aldi sampai masuk ke dalam. Lalu, Erfan menutup pintu agar tidak ada orang yang menguping pembicaraan mereka.

Aldi menaikkan sebelah alisnya heran. Ia tetap santai meskipun ia tahu, Erfan datang bukan untuk bermain-main. "Lo mau apa ke sini?" tanya Aldi basa-basi.

"Lo yang bunuh Elara, kan?" tuduh Erfan seraya melayangkan tatapan marahnya.

Sudut bibir Aldi melengkung membentuk sebuah senyuman. Erfan anggap senyuman Aldi itu sebagai jawaban yang membenarkan tuduhannya. Namun, Erfan membenci hal itu. Senyuman Aldi membuat dirinya muak berhadapan lama-lama dengan laki-laki itu. Sekaligus membuat amarahnya semakin bertambah.

"Kalo iya, kenapa? Lo baru tahu sekarang? Payah." Aldi tertawa pelan. Ia suka mempermainkan seseorang seperti ini.

Erfan mencengkeram erat kerah baju Aldi. "Lo ngingkarin janji. Lo lupa sama kesepakatan kita? Gue udah bilang, jangan pernah sentuh Elara, dan gue nggak akan bongkar siapa lo sebenarnya. Tapi apa? Lo bohongin gue, Al," ujar Erfan seraya menahan emosinya. Sorot kecewa terlihat jelas di matanya.

Aldi menepis kasar tangan Erfan. Senyumannya memudar begitu saja. "Lo pikir, gue bakal biarin Elara bahkan saat cewek itu hampir berhasil bongkar kasus pembunuh bayaran? Nggak akan, Fan. Gue nggak akan biarin siapapun ganggu gue. Harusnya, lo berterima kasih sama gue. Karena apa? Karena kalo Elara berhasil usut tuntas kasus pembunuh bayaran, lo juga bakalan kena, Fan." Aldi melayangkan tatapan dingin.

"Kenapa lo harus bunuh dia? Dia nggak salah apa-apa," balas Erfan.

Aldi menertawakan ucapan Erfan. "Bilang aja lo nggak terima kalo gue bunuh dia."

Erfan menatap Aldi dengan tatapan sulit diartikan. Tumbuh bersama Aldi sejak kecil membuatnya mengerti bagaimana sifat laki-laki itu. Erfan dan Aldi tidak memiliki ikatan darah apapun. Namun, mereka memiliki nasib yang sama. Ditinggalkan orang tua sejak kecil. Mereka juga dipertemukan di sebuah panti asuhan tempat mereka tinggal dulu. Namun untuk sekarang, Erfan sulit untuk mengerti jalan pikiran Aldi. Entah mengapa, Erfan merasa ada sesuatu yang berubah dari Aldi sejak mereka masuk SMA.

The Mysterious Killer (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang