5. Pembalasan yang Sempurna

379 60 1
                                    

Bab 5. Pembalasan yang Sempurna

“Orang yang tetap tenang meskipun berada dalam tekanan, adalah orang yang tidak pantas diremehkan.”

****

Dua hari berlalu dengan tenang tanpa gangguan dari si pembunuh misterius. Namun, ketakutan para siswa belum sepenuhnya hilang, karena kematian bisa menyapa dengan tiba-tiba tanpa diminta, kapanpun dan di manapun.

Suasana kelas masih riuh sampai kedatangan Bu Mei membuat keheningan di antara mereka. Para siswa menghela napas lelah karena mereka tahu bahwa hari ini akan diadakan ulangan seperti yang Bu Mei katakan pada pertemuan sebelumnya.

"Ayana?" panggil Bu Mei membuat seorang gadis yang duduk dibelakang itu mengangkat tangannya.

"Nilai ulangan kamu minggu lalu, paling rendah di kelas ini. Ketidakhadiran kamu selama 2 bulan ini juga membuat kamu tertinggal banyak pelajaran. Nanti pulang sekolah, tolong temui saya di ruangan saya. Saya akan memberi kamu tugas untuk mengisi kekosongan nilai kamu," jelas Bu Mei dengan ekspresi tegasnya.

"Baik, Bu."

Banyak siswa yang berbisik-bisik sembari melirik Ayana. Lea hanya memperhatikan sekitarnya dengan tatapan sulit diartikan. Ia merasa iba dengan Ayana. Banyak dari siswa di kelas ini yang menjauhi gadis itu. Jika Lea yang berada di posisi Ayana, Lea pasti sudah tidak betah. Sedangkan Ayana, gadis itu menjalani hari-hari nya seperti biasa dan tidak begitu mempedulikan perkataan orang-orang.

"Makanya belajar, biar nggak ketinggalan," celetuk Nava tiba-tiba yang entah ditujukan untuk siapa.

"Kalo emang udah nggak niat sekolah, ya mending keluar aja," tambah Rezi.

"Pantesan nggak ada yang mau temenan sama dia, dianya aja nggak mau bergaul." Hela ikut-ikutan seraya melirik Ayana dibelakang.

Yang lain pun tahu, siapa yang sedang dibicarakan oleh Nava dan temannya. Siswa yang lain hanya diam seolah ingin melihat bagaimana selanjutnya.

"Nggak bakal naik kelas sih kayaknya,"

"Udahlah Bu, mending dia dikeluarin aja."

Ayana hanya diam seraya menunduk menatap buku-buku dan membukanya. Lea, Raga, dan Kala hanya diam karena mereka merasa tidak tahu apa-apa disini. Mereka juga tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi sebelum mereka ada di sekolah ini. Juga mereka tidak tahu mengapa Ayana diperlakukan seperti itu.

Ayana melirik balik ke arah Nava dan yang lain. Perkataan mereka sudah pernah Ayana dengar sebelumnya.

Tenang Aya, lo nggak boleh kepancing.

"Sudah, sudah. Ulangan akan segera dimulai. Jangan ada yang berisik."

Perkataan Bu Mei menghentikan segala ucapan yang keluar dari mulut siswa dan digantikan dengan helaan napas kecewa ketika Bu Mei mulai membagikan lembar soal ulangan.

***

Bel istirahat berbunyi menandakan bahwa jam pelajaran telah usai dan waktunya kantin ramai dikunjungi. Lea seperti biasanya, selalu antusias dan tidak sabaran untuk menginjakkan kakinya di kantin. Ia tidak ingin kehabisan tempat duduk.

"Li, kenapa ya, Nava sama yang lain kaya nggak suka gitu sama Ayana?" Lea bertanya kepada Alia, gadis berkacamata dan rambut yang dikepang dua yang sedang duduk di sampingnya.

Ya, Lea memang mengajak Alia untuk bergabung dengannya karena meja kantin sudah penuh semua. Sedangkan Lea tidak melihat tanda-tanda keberadaan Ayana di kantin.

The Mysterious Killer (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang