14. Seseorang dan Dendamnya

304 46 1
                                    

Tepat saat bel masuk berbunyi, Ayana yang baru saja berangkat melangkahkan kakinya masuk ke dalam kelas. Semua pandangan mengarah padanya, dan Ayana sudah terbiasa akan itu. Ayana melirik Kala sebelum duduk di tempat duduknya. Sebenarnya, Ayana memikirkan apa yang akan dilakukan Kala setelah kejadian kemarin. Namun Ayana sedikit tenang, karena keadaan kelas yang ramai, juga Bu Nilam yang baru saja masuk kelas, Kala pasti tidak akan berani memaksanya untuk berbicara tentang Mysterious Killer.

"Anak-anak, hari ini kita kedatangan seseorang. Di antara kalian, pasti ada yang tau siapa orang ini, karena dia pernah sekolah disini, dan 6 bulan yang lalu dia pindah. Lalu, sekarang dia akan sekolah disini lagi." Kalimat panjang dari Bu Nilam itu menciptakan tanda tanya bagi para siswa.

"Silakan masuk, Nak," suruh Bu Nilam kepada seseorang yang berdiri di depan pintu.

Sebagian dari para siswa ada yang menatap tak percaya saat sosok laki-laki dengan seragam yang rapi memasuki kelas dan tersenyum manis. Nava dan Rezi yang tadi sedang mengobrol dengan wajah cerah secerah matahari pagi ini, tiba-tiba terdiam menatap laki-laki dengan name tag 'Aldino Airlangga'. Begitupun dengan Hela dan Jupiter yang hanya diam membisu tanpa melepaskan pandangan dari sosok yang mereka kenal sebagai Aldi.

Di belakang sana, Ayana terpaku dengan ekspresi sulit diartikan. Saat tatapannya bertubrukan dengan Aldi, Ayana lebih dulu mengalihkan pandangan.

"Hai semua, gue harap kalian masih inget gue ya. Kalo kalian lupa, nih gue kenalan ulang, Aldino Airlangga, panggil aja Aldi," ucap Aldi dengan nada ramah.

"Baik, Aldi. Silakan duduk di kursi yang kosong," ucap Bu Nilam seraya menunjuk kursi milik Alia yang sudah tidak ditempati lagi. Para siswa juga sudah mendengar berita tentang Alia. Para siswa semakin dibuat cemas, karena pembunuhan itu bisa saja menimpa mereka di luar sekolah.

Aldi melangkahkan kakinya ke kursi yang ditunjuk Bu Nilam. Saat melewati Nava dan yang lain, Aldi memberikan senyuman terbaiknya, begitu juga kepada Ayana. Namun sebenarnya, senyuman itu memiliki arti lain.

"Zi, kenapa dia balik lagi?" bisik Nava kepada Rezi.

"Nggak tau, tapi perasaan gue kok nggak enak ya?" balas Rezi.

"Anak-anak, silakan tugas kelompok kemarin dikumpulkan. Bagi yang belum mengerjakan, silakan berdiri," kata Bu Nilam diakhiri dengan nada tegas.

Ayana memejamkan matanya beberapa detik. Tugasnya dengan Kala tidak terselesaikan kemarin. Ayana dan Kala sama-sama berdiri tanpa diminta. Dan celakanya, hanya Ayana dan Kala yang berdiri, membuat siswa lain menoleh ke arah mereka berdua. Sepertinya, hari ini Ayana tidak dibiarkan untuk tenang.

"Kalian berdua, silakan keluar kelas dan jangan masuk sampai jam istirahat tiba!" tegas Bu Nilam, membuat Ayana dan Kala sama-sama melangkahkan kakinya dan keluar dari kelas.

Ayana dan Kala sama-sama menyandarkan punggungnya di tembok lorong kelas yang sepi itu. Keduanya saling diam, dan samar-samar suara Bu Nilam yang sedang menjelaskan materi mulai terdengar.

"Soal nyokap gue sama Om Arzan kemarin, mereka nggak ada hubungan apa-apa. Jadi, lo jangan salah paham. Om Arzan sendiri yang deketin nyokap gue," ucap Ayana dengan tatapan yang tertuju pada lapangan basket di depannya.

Kala yang sedari tadi memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana, menolehkan kepalanya begitu mendengar suara Ayana. Ia kemudian melangkah mendekat kepada Ayana, dan berdiri tepat di depan gadis itu. Tubuh atletis Kala menutupi pandangan Ayana dari lapangan. Ayana mendongakkan kepalanya untuk menatap wajah Kala yang lebih tinggi darinya.

Keduanya saling menatap satu sama lain. Sorot tajam Kala tidak pernah hilang dari mata elang itu.

"Tenang aja, lagian gue udah nggak peduli, papa gue itu lagi deket sama siapa." Kala membalas dengan nada tenang.

The Mysterious Killer (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang