26. Firasat Buruk

212 33 1
                                    

HALLO SEMUANYA!

JANGAN LUPA FOLLOW, VOTE, DAN KOMEN SEBANYAK-BANYAKNYA!!

Maaf kalo up-nya kelamaan🙏

Koreksi kalo ada typo yaa

—HAPPY READING—

Suasana ruang tamu di rumah Kala kini hening. Ekspresi yang ditampilkan 4 remaja di hadapannya berhasil membuat Erfan sedikit merinding. Erfan merasa ada yang berbeda dari teman-temannya itu. Hanya Kala yang berekspresi seperti biasanya. Sedangkan Lea, Raga, dan Ayana memasang ekspresi datar yang tidak biasanya mereka tampilkan.

Erfan berdehem untuk mencairkan suasana. Kemudian ia berkata, "G-gue mau ngomong sesuatu."

"Ngomong aja," balas Ayana cepat. Terlihat sekali bahwa Ayana tidak suka basa-basi.

Erfan menghela napas panjang sebelum mengucapkan kalimat yang sudah ia susun di otaknya. "Sebenernya, gue ini mantan pembunuh bayaran."

Erfan menatap Kala, Ayana, Raga, dan Lea secara bergantian. Tidak ada raut kaget seperti yang Erfan bayangkan. Erfan mengernyit heran. "Kalian nggak kaget?" tanyanya.

"Sebenernya kita udah tahu," jawab Lea dengan nada super datar. Bagaimanapun, Lea membenci seorang pembunuh. Namun sebisa mungkin ia menahan dirinya.

Kini Erfan yang malah kaget mendengar ucapan Lea. "Kalian tahu dari mana?"

"Gue nemu catatan di ponselnya Kak Elara. Catatan itu tentu Kak Elara yang nulis. Dan dalam catatan itu, gue jadi tahu sesuatu. Di dalam catatan itu, Kak Elara bilang kalo dia sebenernya udah tahu kalo lo itu pembunuh bayaran. Dia juga tahu kalo kecurigaannya terhadap Aldi itu bener. Dia kecewa sama lo, tapi dia lebih memilih diam seolah dia belum tahu apa-apa."

"Dia diem karena dia nggak mau ngerusak hubungannya dengan lo. Dia bingung mau ngelakuin apa setelah dia tahu kebenarannya," ucap Ayana membuat Erfan diam mematung.

"Lo serius?" tanya Erfan dengan tatapan tak percaya.

Ayana mengulurkan ponsel milik Elara dengan layar yang sudah menampilkan catatan milik Elara. "Kalo nggak percaya, liat aja sendiri."

Erfan menerima ponsel itu. Ia membaca semua catatan Elara. Semua tulisan di layar sukses membuatnya terdiam. Entah mengapa rasa bersalah dalam dadanya semakin besar.

"Kenapa harus kayak gini, Ra? Kenapa Tuhan mempertemukan kita di posisi yang sulit? Gue jadi ngerasa bersalah sama lo. Kita saling mencintai, tapi kita nggak bisa sama-sama," batin Erfan.

"Maaf." Kata itulah yang akhirnya keluar dari mulut Erfan.

"Jangan minta maaf sama kita, tapi sama korban-korban pembunuhan lo," celetuk Kala.

"Kalian marah sama gue?" tanya Erfan dengan nada pelan.

"Ck. Pikir aja sendiri!" ketus Raga tanpa memandang wajah Erfan.

Erfan terdiam. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana jika teman-temannya yang lain tahu siapa dirinya yang sebenarnya.

Pandangan Erfan kemudian beralih kepada Lea yang sedang menatapnya. "Le, gue juga mau ngasih tau, kalo sebenernya yang bunuh bunda lo itu Aldi, bukan Mysterious Killer," ungkap Erfan serius.

Bugh!

"RAGA!" Lea menarik Raga menjauh dari Erfan, setelah laki-laki itu tiba-tiba berdiri dan memukul Erfan tanpa aba-aba.

Erfan sama sekali tidak menghindar dan ia merasa pantas menerima pukulan itu.

"Sorry, tangan gue nggak sopan emang." Raga dengan santai mengibaskan tangannya yang tadi ia gunakan untuk memukul Erfan.

The Mysterious Killer (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang