"Pak, tunggu! Jangan ditutup dulu gerbangnya, Pak!"
Lea keluar dari taksi dan berlari mendekati gerbang. Pak satpam yang tadinya ingin menutup pintu gerbang, mengurungkan niatnya melihat Lea yang datang 1 menit setelah bel masuk berbunyi.
"Pak, makasih ya, Pak!" Lea tersenyum cerah ketika ia diizinkan masuk.
Tanpa menunggu jawaban dari satpam penjaga gerbang, Lea berlari kecil menuju kelasnya. Suasana sekolah sudah terlihat sepi karena para siswa sudah masuk kelas dan mungkin para guru sudah mulai mengajar.
Lea terlambat karena ia mengira bahwa Raga akan menjemputnya seperti biasa. Namun, setelah lama Lea menunggu di rumah, Raga tidak kunjung datang. Akhirnya, sebelum Lea semakin terlambat, ia memilih untuk memesan taksi.
Lea menangkap sosok Ayana yang masih duduk sendirian di depan kelas. Lea kemudian menghampiri gadis itu dengan raut bertanya. "Nggak masuk kelas, Na?" tanyanya.
Ayana menggeleng pelan, lalu berkata, "Jamkos."
Lea mengangguk paham. "Raga di dalem kan?" tanyanya lagi. Ayana mengangguk sebagai jawaban.
"Yaudah, gue ke dalem dulu ya."
"Tapi-"
Lea langsung saja melenggang pergi tanpa mengindahkan perkataan Ayana. Ia duduk di samping Raga yang sedang duduk seraya mendengarkan musik dari earphone yang terpasang di telinganya. Mata laki-laki itu terpejam seraya melipat tangan di depan dada.
"Ga, Raga!" panggil Lea seraya menepuk pundak sahabat laki-lakinya itu.
Raga membuka matanya dan melirik Lea dengan wajah tanpa ekspresi. Tatapan Raga membuat Lea merasa asing dengan sosok laki-laki di hadapannya itu.
"Eum, lo kok tumben sih nggak jemput gue tadi?" tanya Lea.
Raga diam tidak menjawab. Lea semakin bingung dengan sikap Raga. "Lo kenapa? Sakit?"
Lea ingin menempelkan telapak tangannya di dahi Raga untuk memastikan apakah suhu badan laki-laki itu normal, tetapi Raga menepis tangannya dan menatapnya dengan tatapan tidak suka.
Lea mengerjapkan matanya, merasa bingung dengan sikap Raga kepadanya. Entah mengapa Lea merasa sedikit sakit hati dengan sikap Raga kepadanya. Mungkin karena selama ini ia dan Raga terlalu dekat.
"Lo kenapa sih?" tanya Lea bingung.
"Jangan ganggu gue," ucap Raga dengan nada yang terkesan dingin.
Lea terdiam tidak mengerti. Ia semakin bingung. Tidak biasanya Raga seperti ini.
"Lo kenapa? Gue ada salah sama lo? Kalo iya, gue minta maaf. Tolong jelasin salah gue apa, biar gue nggak bingung kayak gini," ucap Lea dengan nada lelah.
Sementara anak-anak yang ada di dalam kelas hanya menatap heran. Heran melihat Lea dan Raga yang biasanya seperti Tom and Jerry, sekarang seperti ada sesuatu yang berbeda dari mereka.
"Ga, katanya kita sahabat? Kalo ada apa-apa cerita dong sama gue, jangan kayak gini," Lea tidak bosan mengajak Raga bicara, meskipun laki-laki itu mengabaikannya.
Raga menoleh ke arah Lea dengan tatapan malas. "Sahabat? Lo aja kali yang nganggap gitu. Gue sih, enggak."
Mendengar hal itu, hati Lea seakan tergores. Rasanya sakit ketika mendengar sinisan dari Raga. Namun, Lea masih meyakinkan diri bahwa mungkin saja Raga hanya bercanda.
"Lo jangan bercanda deh, nggak lucu. Lo mau ngerjain gue kan?" balas Lea.
Raga menatap Lea semakin tajam. Sedangkan Lea merasa detak jantungnya semakin kencang. Ia merasa aura Raga berbeda dari sebelumnya.
"Asal lo tahu, selama ini gue temenan sama lo, itu cuma karena kasihan karena lo nggak punya temen. Itu aja. Nggak lebih. Jangan pernah berharap, kalo lo bisa sedekat itu sama gue. Gue nggak sudi sahabatan sama cewek kaya lo," ucap Raga kasar.
Deg.
Lea terdiam tanpa bisa mengatakan apapun. Ucapan Raga bagaikan hantaman keras yang menerjang dadanya. Raga terlihat tidak sedang main-main kali ini. Lea merasa dunianya berhenti. Matanya mulai berkaca-kaca. Dan sebelum air matanya menetes, Lea segera pergi keluar kelas dan menuju toilet.
Sedangkan di luar kelas, Ayana mengernyit heran melihat Lea berlari dari dalam kelas. Ia ingin menyusul Lea, tetapi ia mengurungkan niatnya ketika melihat sosok Kala yang berjalan ke arah kelas. Laki-laki itu baru saja berangkat dengan hoodie hitam yang menutupi seragamnya.
Ayana lebih memilih untuk menghampiri Kala dan ingin meminta penjelasan. Ayana menghadang langkah Kala dengan berdiri tepat di depan laki-laki itu.
"Kenapa semalem nggak jadi jemput gue? Lo batalin rencananya?" tanya Ayana seraya menatap wajah Kala yang memancarkan ekspresi datar nan dingin.
Ayana menahan tangan Kala saat laki-laki itu ingin melewatinya begitu saja. "Jawab pertanyaan gue," desak Ayana.
Kala menatap mata Ayana dengan tajam. "Lupain semua yang udah kita bahas. Selesaikan sendiri masalah lo. Gue nggak mau ikut campur," ucap Kala dingin.
Kernyitan di dahi Ayana semakin terlihat setelah mendengar ucapan Kala. Apa ini? Ada sesuatu yang berubah dalam diri Kala.
"Why? Lo ada masalah?" tanya Ayana.
"Gue nggak mau berhubungan dengan apapun yang berkaitan sama lo. Lo itu pembawa sial," balas Kala tajam.
Lo itu pembawa sial.
Kata-kata itu terngiang-ngiang di telinga Ayana. Kata-kata itu sudah pernah Ayana dengar dari mulut orang lain. Kata-kata yang pernah membuatnya membenci dirinya sendiri.
"Gue bukan pembawa sial!" bantah Ayana dengan ekspresi yang berubah datar.
Kala maju satu langkah mendekati Ayana. Ia menunduk seraya menatap wajah Ayana dengan tatapan yang sangat tajam.
"Kenyataannya emang gitu. Dan jangan pernah ganggu gue lagi," ucap Kala.
Ayana balik menatap Kala dengan tatapan yang tidak seperti tadi. Jujur, Ayana tidak suka dengan kata-kata yang keluar dari mulut Kala.
"Tapi, lo pernah janji buat bantu gue," ucap Ayana dengan nada pelan.
"Kalo gue mau ngingkarin janjinya, lo mau apa?" balas Kala dengan entengnya seraya mengangkat sebelah alisnya, seolah sedang menantang Ayana.
Tangan Ayana mengepal di sisi roknya. Entah mengapa hatinya terasa perih melihat Kala yang seperti ini. Kala yang berbeda dari sebelumnya.
"Pengecut. Cowok yang ngingkarin janjinya itu pengecut," ucap Ayana sinis.
"Terserah. Tapi apa lo nggak pernah mikir tentang diri lo?"
"Lo itu pembunuh," lanjut Kala sebelum melangkah pergi meninggalkan Ayana sendiri.
Ayana mematung mendengar kata terakhir Kala. Apa maksudnya laki-laki itu menyebutnya sebagai pembunuh?
-tbc-
Spam next untuk lanjutt
See you!
KAMU SEDANG MEMBACA
The Mysterious Killer (End)
Misterio / Suspenso"Hati-hati, siapapun bisa jadi pelakunya." *** Setelah beberapa bulan menghilang, kini si pembunuh misterius itu kembali melancarkan aksinya. Seseorang yang membunuh nyawa banyak orang, kembali menggemparkan seluruh penghuni SMA Gemintang. Teror pem...